Chapter 3

2.1K 175 49
                                    

⚠Disclaimer⚠
BoBoiBoy Hanya Milik Animonsta
Saya Hanya Meminjam Namanya Saja
Jangan Dianggap Serius Karena Ini Hanyalah Imajinasiku Saja
14+
Kekerasan, Perkataan Tidak Baik dan Lain sebagainya

༶•┈┈⛧┈♛ Happy Reading ♛┈⛧┈┈•༶

.

.

.

.

.





































Seperti biasa disekolah, tidak ada hal yang menyenangkan, tapi mereka tetap ingin menghibur nya.

Tapi hiburan itu tidak akan lama, mereka akan kehilangan sosok yang paling periang disekolah, sosok yang paling suka membuat orang lain disekitarnya tertawa karena leluconnya.

































































"Kamu yakin? Tapi itu bisa membahayakan nyawamu nak,"

"Tidak apa, ini demi keselamatan nya."

"Baiklah jika itu mau mu."








































































Lagi, Taufan diantar pulang oleh Supra, berpamitan lalu ia langsung masuk kedalam rumah.

Tak seperti biasanya, Taufan langsung kekamar, apa yang Taufan lakukan setelah pulang sekolah? Yaitu memeluk kakaknya.

Walau kakaknya itu selalu saja menolaknya.

Tapi untuk hari ini ia tidak melakukan itu, setelah pulang dari sekolah menuju rumah sakit untuk menjenguk sang adik tanpa sepengetahuan Halilintar.

Ia tahu Halilintar bakal melarangnya untuk menemui Gempa disana, jadi Taufan mengatakan sesuatu pada dokter itu, yaitu tidak memberitahu kan hal ini pada Halilintar apalagi tentang dirinya yang ingin-

Drrt!

"Assalamu'alaikum Taufan"

"Wa'alaikumussalam, kak Supra, ada apa kak? Tumben nelpon nih?"

"Jadi aku tidak boleh menelpon adik ku ini? Hm.."

"Gak gitu kak! Maksud Taufan tumben banget nelpon jam segini biasanya malam baru nelpon,"

"Yah.. Kakak menelpon mu ingin mengajakmu ketaman yang biasa kita bermain dulu sekaligus lusa melihat matahari terbenam, apa Ufan mau?"

Tanya sang kakak mengajaknya untuk pergi.

Taufan berpikir, haruskah ia menerima ajakannya Supra?

Tapi itu adalah yang paling tunggu untuk kebersamaan dirinya dengan sang kakak kelas yang sudah ia anggap sebagai kakak kandung nya sendiri.

"Taufan mau kak," jawabnya.

"Oke! Kalau gitu sampai jumpa besok ya!! Dada Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam.."

Pembicaraan itu diakhiri salam, menaruh ponselnya di meja belajar, ia kembali terdiam sama seperti disekolah memikirkan ucapan sang kakak.

Ucapan yang membuat hatinya sakit.

Traumatized [Taufan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang