Chapter 1

7K 858 18
                                    

Selamat membaca 😁

Sudah hampir setengah jam Ariel berdiri di depan lemari untuk memilih pakaian. Dan akhirnya, pilihannya jatuh kepada blouse lengan pendek dengan warna putih gading kesukaannya.

Dia segera memakai blouse itu, dan merias wajahnya dengan sebaik mungkin.

"Ini sudah cukup," ucapnya seraya melihat pantulan wajahnya di cermin.

Ketika Ariel sudah siap berangkat, ada notifikasi pesan masuk.

Morgan : Aku tidak bisa pergi hari ini. Aku ada urusan penting.

Ariel yang membaca pesan itu tidak menunjukkan reaksi apa-apa.

"Seharusnya dia bilang beberapa jam sebelumnya."

"Yeah, dia memang selalu seperti ini." Ariel seakan sudah terbiasa dengan sikap Morgan yang suka seenaknya sendiri.

Karena merasa sayang jika harus menghapus riasan di wajahnya, Ariel memutuskan menghubungi sahabatnya dan mengajaknya pergi.

"Di mana, Liv?" tanya Ariel saat panggilan tersambung.

"Di rumah aja, nih. Kenapa?"

"Pergi, yuk," ajak Ariel.

"Bukannya setiap Minggu lo pergi sama tunangan lo?"

"Dia bilang nggak bisa pergi karena ada urusan penting."

"Bagus, deh. Gue jadi bisa pergi sama lo Minggu ini," celetuk Livy.

"Kalau gitu, gue siap-siap dulu."

"Oke. Gue ke rumah lo sekarang."

Ariel segera menuju ke rumah Livy untuk menjemput sahabatnya tersebut.

Dan setibanya di sana, ternyata Livy sudah menunggu di depan teras.

Livy naik ke motor Ariel. "Kita mau ke mana, nih?"

"Nggak tau, gue juga nggak ada ide," sahut Ariel.

"Lah? Gimana? Lo yang ngajak gue."

"Kita muter-muter dulu aja di jalan. Siapa tau nanti ada tempat yang mau lo tuju," kata Ariel.

"Gimana kalau ke mall? Kebetulan gue juga mau beli parfum," ujar Livy.

"Gaass!" Ariel melajukan motornya ke jalan raya.

Saat mereka berdua tengah berkeliling mall, pandangan Ariel terpaku ke arah seorang laki-laki yang berada di ujung sana.

Jadi ini yang dia maksud urusan penting?

"Riel?" Livy menoleh ke arah Ariel karena sahabatnya itu mendadak berhenti di tengah jalan.

Livy mengikuti arah pandang Ariel, dan mendapati Morgan tengah berada di toko perhiasan bersama dengan seorang wanita. Pandangan Livy kembali beralih ke arah Ariel. "Lo mau gue samperin mereka?"

"Nggak usah, biarin aja. Ayo kita pergi." Ariel melanjutkan langkahnya.

"Lo mau biarin mereka gitu aja?"

"Nggak ada gunanya juga gue samperin mereka," ucap Ariel ringan.

"Tapi dia udah bohongin lo, masa lo cuma diem aja?"

"Gue sadar diri, Liv. Gue bukan siapa-siapanya Morgan."

"Bukan siapa-siapanya gimana? Lo itu udah jelas tunangannya dia. Dan lo berhak marah kalau tau dia jalan sama cewek lain," pungkas Livy.

"Itu cuma status aja, Liv. Faktanya dia nggak pernah anggap gue sebagai tunangannya."

"Gue cuma bakal capek sendiri kalau gue marah ke dia. Karena dia nggak akan peduli sama perasaan gue," imbuhnya.

Memilih Pergi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang