Inget cuman fiksi, Happy Reading!
*
Setiap kali kamu berbuat sesuka hatimu pada hatiku. Coba letakkan dirimu jadi diriku.
Lihat siapa diantara kita yang menyebalkan?*
Pagi ini yang dikiranya Jeno akan disambut senyuman secerah mentari oleh Renjun ternyata salah. Kayuhan sepedanya terasa lebih berat. Menyukai seseorang itu ternyata berat, apalagi bertepuk sebelah tangan begini.
Jeno tiba di rumahnya, memarkirkan sepedanya sebelum ia bawa tubuhnya untuk melepas kotak tempat susu ke gudang peternakan.
"Sudah pulang, Jen?" Suara lembut sang Ibu bertanya. Kepalanya menoleh, mendapati sang Ibu dengan sekeranjang sayur. Jeno kembali mengulas senyumnya. "Iya.. Sini, Bu.. Biar Jeno bantu.." Keranjang itu diambil alih oleh Jeno.
"Sudah ketemu sama Renjun hari ini?" Ibu kembali bertanya yang dijawab gumaman dengan senyum tipis Jeno.
"Renjun hari ini kelihatan sedih. Jadi Jeno.. tidak bisa bicara banyak.." jawab Jeno pelan.
Jeno menarik nafas. "Renjun sudah lama tinggal di Kota.. Kira kira apa yang akan buat Renjun senang ya di tempat kita ini?"
Tangan keriput itu mengusap punggung tegap putranya. "Coba ajak berkeliling dengan sepedamu, justru karena anak kota dia jarang ketemu dengan pemandangan disini, kan?" Saran Ibunya terdengar masuk akal.
"Kalau begitu, nanti sore Jeno akan ajak Renjun jalan jalan.. Semoga saja Renjunnya mau hehe.." ucapan Jeno malah membuat senyuman ibunya menyendu.
"Jeno sudah lama suka Renjun.. Semoga jika memang bukan Renjun belahan jiwa Jeno, Tuhan melapangkan hati Jeno dengan cepat.." Ibunya menggenggam tangan Jeno lembut.
Jeno hanya membalas ibunya dengan senyuman lebar. "Jeno juga selalu berdoa yang sama.." balas Jeno.
"Jeno pamit ke Ladang dulu ya, Bu.. Sarapannya sudah dibawa ayah, kan?" Jeno takjim menyalimi sang Ibu.
"Hati hati ya, Jen.."
"Iya, Bu.. Selalu kok.." Jeno mengambil topi miliknya, pudarnya warna menjadi saksi bahwa topi itu sering menemani harinya.
Jeno menatap kembali langit yang cerah dengan awan awan cantik menemani kesendirian mentari di langit siang. Kicau burung juga masih belum reda, sebuah permulaan yang indah untuk harinya. Hari ini juga, Ayo kita semangat!
*
Semakin siang cuaca semakin terik, hingga tengah hari sudah waktu menyapa. "JEN, AYO MAKAN DULU..." teriakan Ayahnya terdengar.
"Iya yahh!" Jeno balas berseru.
Jarak dengan Ayahnya hanya tinggal beberapa meter, dia bisa melihat Ayahnya tidak sendirian. Ada orang lain disana, Sosok sendu yang tidak membalas senyumannya pagi tadi. Renjun dan Ayahnya.
"Oh, Halo Ayah Renjun, Halo juga Renjun.. Selamat Siang.." sapa Jeno dengan senyumnya.
"Halo, Jen.. Emang Rajin ya, Kamu.. cocok beneran jadi calon mantu Ayah nih.." ucapan Ayah Renjun mengundang tawa Jeno. Sedangkan Renjun tidak menjawab hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
"Jen, sehabis makan siang ajak Renjun jalan jalan ya.." perkataan Ayahnya membuat Jeno gagal untuk minum, menatap Ayahnya bingung.
"Renjun dari sejak pagi tadi gak mau keluar kamar, Jen.. Dari dia ambil susu, mungkin emang kamu yang bisa hibur dia.." Ayah Renjun yang menjawab.
Jeno terkekeh. "Engga juga, Saya gak pintar menghibur orang lain, Ayah Renjun.. Ayah tahu sendiri, Jeno duplikat Ayahnya Jeno. Kita sama sama gak bisa bercanda.." ujar Jeno.
"Lah, saya tahu.. Menghiburkan bukan cuman di bercandain, Jen.. Lagian Renjun gak butuh candaan dia butuh diseriusin.." balas Ayah Renjun dengan wajah seriusnya.
Jeno kembali tergelak. "Aduh, Ayah Renjun ini selalu begini bercandanya.." kali ini Jeno menjawab dengan senyum tipis setelah tawanya usai.
"Udah sana.. Ayah tahu kamu punya tempat rahasia, makan disana sama Renjun.." Ayah Jeno menyodorkan satu tas makan siang dengan nama Jeno di ujungnya.
"Pakai sepeda ibu aja, tadi ibu simpan sepedanya di depan.." lanjut sang ayah.
Jeno melirik Renjun, yang dibalas senyuman seadanya. "Ayo, Jen.. Aku juga bawa makan siang.." Renjun mengangkat satu tas jinjingnya.
Jeno akhirnya mengangguk, baiklah.. kalau begitu tidak ada masalah. Jeno bergerak menyalimi dua pria paruh baya yang akan mereka tinggalkan "Jeno pamit ya, yah.."
"Iya, jaga baik baik Renjunnya, kalo lecet sedikit Ayah blacklist dari calon mantu" ancam Ayah Renjun.
Jeno tertawa. "Siap, Ayah.." Jeno memberi tanda hormat.
Mereka akhirnya berjalan beriringan keluar ladang.
"Simpan sini bekalnya.." Jeno mengambil alih tas jinjing milik Renjun untuk ia simpan di keranjang sepeda bersama miliknya.
"Sebenernya aku gak suka sepeda Ibu, keliatan perempuan banget.." ujar Jeno sambil memastikan Renjun sudah naik.
Renjun hanya terkekeh sebagai respon.
Jeno menghela nafas, masih tidak mau bicara banyak ya, Renjun. Mungkin mereka masih canggung. Yah mau gimana lagi?
"Jangan lupa pegangan, pegang ujung bajuku juga gak papa..." Pesan Jeno.
"Gak papa, kayak gini aja gak masalah.." balas Renjun memilih untuk berpegangan pada ujung jok penumpang.
"Ya sudah, tapi kalo beneran takut, pegang ujung bajuku juga gak masalah ya.." Jeno mulai mengayuh sepeda.
Perjalanan mereka hanya di isi oleh sunyi. Renjun sibuk menatap pemandangan hijau. "Memang berbeda dari kota.." bisik Renjun pelan. Namun siapa sangka Jeno bisa mendengar bisikan itu? Buktinya senyum tipis tersemat di wajah rupawan milik Jeno.
"Pemandangan disana jauh lebih indah.." ucapan Jeno membuat Renjun penasaran. "Oh ya?" Balas Renjun.
"Iya, pegangan sebentar. Jalannya di sini jelek.." begitu Jeno selesai mengucapkan kalimat awas, sebuah jalanan berbatu membuat sepeda mereka oleng.
Renjun refleks memeluk pinggang Jeno sambil memekik.
"Maaf, kita bentar lagi sampe kok.."
Nafas Renjun memburu, hanya bisa mengangguk dengan wajahnya yang pucat karena kaget. Tidak apa apa.. Sebentar lagi mereka sampai, kan?
_____
Bersambung
ayo pelan pelan aja, di cicil dikit dikit biar gak cepet tamat hehehehe..
Emang kayaknya kalo lebih banyak yang komen lebih semangat ಥ‿ಥ
Makasih udah udah mau baca, maaf kalo banyak kurangnya yaa! See you soon hehehehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Semesta | Noren
Fanfiction[COMPLETED] "Sampai mana batas menjadi manusia? Manusia itu serakah, kalau bukan kita yang merasa cukup. Kita akan selalu merasa kecil. Jadi, Jangan khawatir karena tidak menjadi apa apa ya?" - Jeno. BxB - Jangan Salah Lapak ⚠️ Jeno [Dom] Renjun [Su...