HIRAETH E02

107 11 0
                                    

Apa saja yang Vadella alami dimimpinya tadi sehingga dia dihadapkan dengan suasana awakward seperti sekarang. Dikelilingi lima lelaki dengan wajah tak bersahabat.

"Al"

"Hm?" saut Alaska tanpa mengalihkan pandangannya kepada Vadella yang gugup setengah mati.

"Kita batalin aja, dia udah pucet tuh-"

"PUCET APAAN SIH. GAK TUH?!" teriak Vadella tak mau kalah.

Alaska terkekeh. "Liat? dia itu keras kepala. Bodoh, bego, gak punya otak!"

Vadella menunjuk Alaska kemudian menatapnya nyalang. "Diem lo buah talas!"

"Apa lo bilang?" Alaska mengeraskan rahangnya.

"Buah talas, kenapa? Masalah buat lo?!"

"Hahaha gila njir! Baru liat gue cewek begini didepan Alaska!" Cello tertawa cukup keras.

"Kok talas si?" tanya Gilang yang telat mikir.

Cello memukul kepala belakang Gilang. "Athalaska, thalaska. Talas! Bwhaha!"

"Owh..WAHAHA IYA ANJIR BARU NYADAR!" Gilang dan Cello saling menabok tak bisa menahan tawanya. Alaska menutup matanya berusaha tak memukul dua manusia tak berguna itu.

Vadella menggigit bibir bawahnya gelisah, sejenak suasana menjadi tak sedingin tadi setelah kedua teman sekelasnya itu tertawa. Gadis itu sedikit mundur sebelum suara Alaska membuat suasana kembali menjadi dingin.

"Gerak satu langkah lagi gue patahin kaki lo." ancam Alaska membuat Vadella langsung berhenti membuat keseimbangannya tidak stabil.

"Gue mau keluar!" teriak Vadella setelah keseimbangannya membaik.

"Silahkan." kata Alaska dengan wajah dingin.

Vadella melirik kearah pintu keluar dimana dua teman Alaska terlihat menyeringai kepadanya. Gadis itu merinding. "Yaudah! Gue harus apa sekarang?"

Alaska kini tersenyum miring. Kakinya berjalan mendekat kearah Vadella. "Lo harus nurutin kemauan gue selama sebulan."

Semua yang ada disana langsung terdiam seribu bahasa, beda dengan Vadella yang langsung melotot tak setuju.

"Apaan! GAMAU!"

Alaska memutar bola matanya jengah. "Atau pilihan yang lain, lo harus traktir gue dan teman-teman gue selama sebulan?"

Vadella berdecak kesal, uang sakunya selama seminggu saja hanya seratus ribu. Mana cukup untuk mentraktir Alaska dan teman-temannya. "Ada pilihan lain nggak?"

"Gak." ucap Alaska tanpa basa-basi. "Lo harus pilih dalam tiga, dua.., sa-"

"Yang pertama aja!" ucap Vadella cepat.

"Pintar." ucap Alaska dengan seringai di bibirnya.

"Gue udah bisa keluar nggak?" tanya Vadella penuh harap.

Alaska diam memandangi wajah Vadella sejenak. "Silahkan."

Akhirnya Vadella bisa keluar dari kelas itu dengan aman dan damai. Berada di kelas itu membuat ubun-ubunnya mendidih saking panasnya. Sekarang dia berjalan mencari keberadaan Killa, ingin meminta pertanggung jawaban setelah ditinggalkan sebanyak 2 kali oleh killa.

<<••>>

Kini jam pelajaran terakhir yang merupakan pelajaran matematika wajib. Semua siswa duduk dengan tak semangat di kursi mereka sambil menunggu guru mata pelajaran. Bagaimana tidak semangat, matematika di jam terakhir.

Sudah gerah, jam terakhir, matematika pula.

Yuda selaku ketua kelas datang kemudian berdiri di depan. "Jadi gini, kita kan sekarang mau belajar matematika kan.. tapi bu Lim nya nggak ada-"

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang