Jam setengah 6 Vadella berangkat dari rumah ke sekolah yang jaraknya lumayan jauh demi mengantar paket data yang Alaska maksud. Gara-gara itu juga dia harus mandi dengan subuh dingin saking tidak maunya masa hukumannya bertambah dua bulan.
"Neng Vadella tumben berangkat awal?" kata sopir pribadi keluarganya.
"Hehe, iya nih pak. Aku ada piket jadi harus dateng lebih awal."
"Gitu ya neng?"
"Iya, pak!"
Vadella yakin sopir keluarganya tidak akan percaya dengan ucapannya. Pasalnya, Vadella adalah tipe siswa yang walau piket akan datang terlambat. Tapi tak apa, yang penting ada alasan. Percaya atau tidak itu urusan belakang.
"Pak, bisa agak cepet nggak?" Vadella bertanya seraya melihat jam dipergelangan tangannya yang sudah menunjukkan jam 6.45.
"Siap, neng!"
Setibanya di sekolah, Vadella langsung berlari kencang keatas rooftop. Lima detik lagi jam 6 dan Vadella masih di tangga lantai empat.
"Tiga...,"
"Dua...,"
"Sa-"
Brak!
"Gue gak terlambat kan?" tanya Vadella ke Alaska yang duduk dikursi melihatnya datang dengan keringat bercucuran dengan nafas tersegal.
"Tepat waktu." kata Alaska melihat jam diponselnya.
"Ahh! Capekk!" Vadella berjongkok seraya menekan perutnya yang tiba-tiba kram.
"Lo sering terlambat ya?" tanya Alaska.
"Emm!"
"Lo kenapa?"
"Gue mau mati!"
"Beneran?"
Vadella menggeram kemudian mendongak menatap Alaska yang juga menatapnya tanpa ekspresi. "Pake nanya! Bisa nggak sih lo ngasih gue waktu buat nafas?"
"Emang daritadi lo nggak nafas?"
"Diem buah talas!"
Alaska bersandar kemudian menatap ponselnya. "Paket data gue mana?"
Vadella melempar benda itu kearah Alaska. "Ambil tuh paket data busuk lo!"
"Thanks."
Suasana menjadi canggung. Alaska terus menatap Vadella yang terus menetralkan nafasnya seraya menekan perutnya. Tak berdiam diri saja, kini Alaska merongoh kantong seragamnya kemudian mengulurkan uang seratus ribu kepada Vadella.
"Apa ini?" beo Vadella menatap kertas merah itu.
"Daun pisang."
"Apaan sih, itukan uang!"
"Kalau tau kenapa nanya?"
"Maksud gue, mau diapain? Mau nyuruh gue lagi beli ini itu??"
"Buat lo. Gantiin uang lo yang kemarin sama yang sekarang." kata Alaska melempar uang itu karna Vadella tak kunjung mengambil nya.
"Gue kira lo sengaja buat nguras uang gue,"
Alaska terkekeh sinis. "Gue gak matre." cowok itu beranjak kemudian berjalan pergi meninggalkan Vadella sendiri.
<<••>>
Jam istirahat, Vadella dan Killa memutuskan untuk ke kantin. Berat rasanya melangkahkan kaki kedalam ruangan penuh manusia yang lapar dan bau badan. Tapi karna mereka juga lapar mau tidak mau mereka harus ikut berperang di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Genç KurguHiraeth adalah sebuah istilah dalam bahasa Wales yang menggambarkan perasaan kerinduan mendalam atau nostalgia terhadap sesuatu yang telah hilang atau masa lalu yang tidak akan bisa kembali lagi. Kata ini sering kali mencakup perasaan rindu akan te...