"Awas, awas!"
"Sshh.. "
"Kansa yang kuat ya sayang.. "
Perempuan dengan perut buncit itu mengangguk meski suasana wajahnya tidak mendukung untuk itu. Ibunya terlihat panik sambil membantu para suster mendorong brankarnya. Kemudian sepasang mata perempuan itu berpindah dari sisi ke sisi. Suaminya.. di mana?
Apa laki-laki itu sekolah?
"Nda.. Skara di mana?" tanya Kansa lemah. Ini sakit sekali.
Bunda mengulum bibir, seperti sedang menahan tangis. Ia benar-benar tidak menyangka, putri kecilnya akan menjadi seorang Ibu. Padahal beberapa minggu yang lalu perempuan itu baru saja menjalankan masa orientasi siswa bersama murid-murid seangkatannya yang lain.
Bersamaan dengan tangis yang mulai pecah, bunda melebarkan senyum. Putrinya akan sangat menikmati peran sebagai seorang Ibu. Ia tidak boleh bersedih.
"Nda?"
"Udah bunda hubungin, dia—"
"Pasti enggak datang.. "
Kansa overthinking. Semenjak pernikahan mereka dilangsungkan, keduanya tidak berada di bawah atap yang sama. Alskara juga jarang mengunjunginya dengan keinginan yang tulus. Tiba-tiba perempuan itu menangis, tangannya mengelus lembut perutnya yang buncit. Hari ini persalinan akan segera dilangsungkan. Setelah putra mereka lahir, apa akan ada perceraian?
Bunda mengelus kepala Kansa sayang, Ia juga ragu soal itu. Alskara Sky Elgailel, laki-laki yang setahun lebih tua dari putrinya itu terlalu abstrak untuk diterawang. Begitu berantakan untuk sekedar dimengerti.
Brankar yang membawa Kansa tiba-tiba berhenti. Bunda memegang erat jemari Kansa, menguatkan. Wajah Kansa penuh keringat..yang mungkin sudah menyatu dengan air mata. "Ndaa.. " perempuan itu bergumam lirih. Pandangan matanya mulai mengabur. Cengkraman pada lengan Bundanya kian melemah.
Potongan-potongan peristiwa di masa lalu yang melibatkan keduanya mendadak berisik bak riakan air sungai. Kansa merasa tidak becus menjadi anak, payah menjaga diri, dan begitu bodoh soal perasaan. Demi Tuhan, Ia sama sekali tidak menyesal. Perempuan itu seolah tidak tahu diri, sebab jalan hidup yang ini.. sangat Ia nikmati.
"Skara.. "
Kansa selalu punya harapan.
"Maaf bu, apakah adik ini sudah memiliki suami?"
Dokter tersebut melirik ragu-ragu sepasang ibu-anak itu. Hanya dengan melihat wajah dan perawakan Kansa, sepertinya wanita berjas putih itu menyadari bahwa ada yang berbeda dari pasiennya yang ini. Mungkin ia tak perlu jawaban. Melihat dari pasien-pasien sebelumnya yang memiliki keadaan seperti Kansa saat ini.. kebanyakan memang tak bersuami.
Kansa mendesis lirih, dokternya pasti lagi so tau.
Bunda menghela napas. Wajah cemasnya terhadap Kansa belum memudar, wanita itu menatap sang dokter dengan sedikit senyuman. "Suaminya sedang di perjalanan."
Ya. Kansa harap juga begitu. "Bunda.. hiks." Ini semakin sakit. Perutnya keram bukan main.
"Sebaiknya segera dihubungi lagi.
Kehadiran suami dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi istri yang sedang menghadapi proses persalinan." Dokter sesekali melirik ke belakang di mana ruangan sedang disterilkan. Ia kemudian menghela napas berat, "kalau tidak ada, Ibu diperbolehkan untuk menemani adik ini melahirkan. Tapi sebelumnya, tolong isi data dulu di sana."Bunda mengangguk mengikuti arah telunjuk sang dokter. Wanita itu menghapus air matanya dengan kasar, "tunggu Bunda, ya?"
Kansa berusaha meresponnya dengan senyuman. Mata perempuan itu terpejam menahan sakit. Presensi sang Ibu kian menjauh tak terlihat. "Ssh, s-sakit dok."
"Siapkan peralatan!"
Setelah ruangan benar-benar ditutup, samar-samar suara keributan mengalun tak tentu di telinga Kansa. Perempuan itu sibuk mengatur napas, sesekali meremas benda-benda di sekitarnya menyalurkan rasa sakit. Kalau keluarganya retak sebab ketiadaan sang ayah yang penuh manipulasi, makan tolong izinkan Kansa membuatnya sendiri tanpa cacat parah, Tuhan..
Waktu itu benar-benar mengerikan. Menyisakan luka bernanah yang makin hari kian membusuk. Kansa mau sembuh.
"Argh!!"
"Ayo, terus.. "
"Tarik nafas.. lagi, lagi!"
Salah satu suster di sana membiarkan anggota tubuhnya menjadi sasaran. Ibu dari pasien ini betul-betul belum kembali. Kebisingan di luar agak menurunkan konsentrasinya, tidak terlalu bising, namun begitu begitu kuat memicu rasa penasarannya. "Di luar ada apa? Astaga.." gumamnya kebingungan.
"Hiks.. Argh!!"
Ini sakit.
"Ayo!!" Dokter berusaha menyemangati Kansa yang sepertinya mulai melemah, "sedikit lagi.."
Kansa menarik napas kuat, keringatnya terus-terusan menetes. Ia berusaha tersenyum, ayo Kansa! Kamu bakal jadi Ibu.
"Iyaaaa!! Terus!!"
Sekali lagi, Kansa selalu punya harapan. Di mana pun, kapan pun, dalam situasi apapun. Meski sepasang matanya memberat, meski tenaganya terkuras habis, meski napasnya melemah.
Remasan Kansa terhadap lengan salah satu suster di sana kian mengendur. Suster tersebut tentu menyadari. "Dok.."
Mereka saling pandang.
"Yang kuat.. tolong tetap bertahan!"
"Coba lagi!"
Tidak. Tangis Kansa pecah. Rasanya begitu asing. Perempuan itu sedikit kesulitan menerima keadaan. Nda.. kesini. Skara..
"Keadaannya darurat, hubungi wali pasien! Mintai persetujuan untuk lakukan opesai."
Salah satu suster mengangguk, "baik dok."
Belum sempat berhasil keluar ruangan, bisingnya keributan di luar semakin terdengar jelas. Suster itu berhenti melangkah, satu sisi penasaran, sisi lainnya sedikit takut. Agaknya ada seseorang yang tengah mengamuk tanpa kendali.
Di mana para satpam? Sejak tadi keributan belum juga usai.
"Sus?!"
Menghilangkan sisi takutnya, suster itu memberanikan diri mendekat ke arah pintu. Sial! Suara itu kian mendekat seolah di depan mata. Meski begitu, langkah kakinya tak gentar. Ia harus profesional sebab dua nyawa sekaligus tengah dipertaruhkan.
Sementara Kansa berhenti menarik napas sedari tadi. Namun perasaannya merasakan getaran aneh. Untuk kesekian kalinya Kansa katakan, bahwa ia selalu punya harapan. Mungkin benar.
BRAK!!!!
Pintu ruangan tempat persalinan Kansa didobrak secara brutal. Sosok laki-laki berseragam SMA muncul dengan napas memburu, dengan mata tajamnya, dengan segala kecemasan yang menjadikan Kansa selalu percaya pada sebuah harapan.
Laki-laki itu.. datang.
"MANA ANAK GUE?!!"
***
SEKARANG BETULAN😭😭😭 Gak bakal mogok lama/php lagi :(
Terimakasih buat kalian yang sudah mau menunggu, always dukung, dsb. Mulai saat ini, waktunya kembali menghidupkan kisah mereka!!Jamgan hujat aku plis!!
Komen yang buanyakkkkkkk :$$

KAMU SEDANG MEMBACA
ALSKARA
Novela JuvenilAlskara Sky Elgailel, orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Dia dingin, kaku dan cuek. Nyatanya, Ia bahkan sudah bergelar Ayah di awal masa SMA-nya. # 2 - teenfiction, April 202...