PROLOG

132 20 2
                                    

Halo, teman-teman.
Sebelumnya aku beritahu dulu kalau aku adalah crush_bear, lmaoo mungkin pembaca yerene story merasa familiar dengan nama crush_bear itu, tapi kalau nggak juga gapapa.

Baik di sini, aku mau memberitahu kalau cerita ini sebenarnya angst ketimbang horror. Sebisa mungkin karena aku merasa belum pernah ada author yerene bikin cerita horror dengan YERI & IRENE sebagai tokohnya.

Aku beritahu juga di dalam cerita ini ada banyak kata-kata kasar. Dan tentunya ada typo juga 😄😄

Terimakasih sudah mampir untuk membaca.

Have fun.






⛔⛔⛔

Dunia itu kadang... Nggak adil. Iyakan?

Banyak di luar sana yang mengatakan kalau Irin yang resmi dipersunting oleh Sandi sebagai istrinya itu, memiliki kehidupan bak cerita dongeng.

Gimana enggak? Parasnya yang cantik, kulitnya yang putih bersih, memiliki pekerjaan sebagai seorang dokter anak, serta yang paling membuat manusia di luar sana bersorak adalah, Irin itu menantu terakhir dari keluarga Dewangga. Kabar mengenai ia yang dinikahi oleh Sandi Dewangga ternyata sudah menyebar secepat itu. Membicarakan soal pernikahan Irin dan Sandi yang katanya masih ada kurangnya, publik mulai menanyakan kapan pasangan suami-istri ini dikaruniai anak.

Mulanya baik Irin maupun Sandi tidak begitu memikirkan. Namun setelah pernikahan dua insan ini berjalan nyaris lima tahun, disitulah Irin merasa cemas dan ketakutan. Sandi yang memperhatikan sang istri yang belakangan ini suka menyendiri dan nampak tidak bersemangat seperti biasanya pun mulai bertanya-tanya.

Oh beruntunglah Irin. Menjadi menantu terakhir untuk anak bungsu Dewangga itu ternyata sangat menyenangkan. Orangtua Sandi; Surya Agung Dewangga berserta istrinya Yanti Dwi Ratna tidak pernah memaksa mereka untuk segera memiliki momongan. Seolah mengerti dan ikut merasakan, baik Surya dan Yanti sama-sama mendukung Irin dan Sandi untuk melakukan program kehamilan.

Hari sudah mulai gelap, dan pasutri ini baru saja sampai di rumahnya. Ralat di rumah keluarga Dewangga lebih tepatnya. Sandi yang mau mematikan mesin mobilnya mendadak tidak jadi karena ia melihat Irin, yang sangat sibuk menggulir sesuatu di layar ponselnya. Suasana hati Sandi mendadak tidak enak. Ia mengambil cepat ponsel Irin dan secara mengejutkan begitu tahu apa yang di baca oleh istrinya itu.

AndAnt
"Denger-denger Mbak Irin istrinya Mas Sandi itu mandul, lhoo."

Rtavd07l
• me-reply AndAnt
"Oohh kalau alasannya itu, saya tidak heran sih, wkwk 😆😆 Soalnya mereka nikah udah jalan lima tahun, tapi masih belum ada momongan, upss 😁😁"

⛔⛔⛔

"Jangan didengarkan apa kata orang, Nak. Insyaallah kalau sudah waktunya pasti di kasih sama Allah." Ucap sang ibu mertua memberi nasihat kepada Irin.

Irin yang diam mendengarkan hanya menunduk tidak berani mengangkat kepalanya. Karena jujur saja..  Irin merasa malu. Apa mungkin, ia dan Sandi belum dikaruniai anak karena dirinya mandul? Meski selama ini ia sendiri belum secara resmi memeriksa ke dokter kandungan, mungkin tidak menutup kemungkinan juga ia belum bisa hamil sampai sekarang karena mandul.

Sandi yang baru selesai mandi itu langsung duduk disamping istrinya dan membawa kepala Irin untuk bersandar di dada bidangnya. "Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita, Sayang." Ujarnya. Sandi yang mulai merasakan tubuh mungil istrinya bergetar, langsung memeluknya dan menciumi puncak kepala Irin. "Jangan berkecil hati dulu, ya? Apapun yang terjadi, baik untuk sekarang ataupun kedepannya, aku cintanya cuma sama kamu."

Surya yang mendengar penuturan lembut yang menenangkan dari putra bungsunya itupun hanya tersenyum tipis. Kepala keluarga Dewangga ini sedari tadi hanya diam menyimak, namun begitu tahu kalau ada sesuatu yang mengganggu menantunya, ia tentunya tidak bisa duduk diam saja.

"Jangan terlalu dipikirkan, Nak Irin. Kalau Sandi sampai berani cari yang lain, langsung Ayah kebiri di hari itu juga."

Sontak Sandi yang memeluk istrinya itu langsung melotot ngeri. "Ayah! Mana mungkin Sandi kayak gitu!?"

Surya bersama Yanti langsung tertawa. Irin yang tadinya murung pun kembali ceria. Wanita itu sangat bersyukur, memiliki suami yang tulus  mencintainya, serta menjadi menantu yang sangat di sayang oleh mertua.

⛔⛔⛔

Cakra Wizar Atmajaya - lebih ringkas di panggil Cakra itu merupakan teman masa sekolah menengah atas sekaligus sekretaris Sandi.

Saat ini Cakra meletakkan secangkir kopi yang masih mengepul asapnya keatas meja kerjanya. Menatap heran kepada Sandi yang hanya diam seolah tidak menanggapi ada secangkir minuman favoritnya.

"Kenapa?" Cakra bertanya.

Lamunan Sandi pun buyar. Sedikit terkejut karena tahu-tahu sudah ada Cakra berdiri persis disampingnya.

"Kapan kesininya!" Cakra mendengus dan menatap sinis atasan sekaligus temannya itu. "Parah." Cakra mengambil secangkir kopi yang ia bawa tadi untuk ditiup-tiup lalu di minum. Sandi yang melihatnya mau protes tapi tidak jadi. Tidak tahu kenapa, ia sendiri juga tidak berminat untuk mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein itu. "Aku udah ketok pintu kamu lebih dari sepuluh kali."  Ucap Cakra setelah meneguk tiga kali kopinya. "Masa iya tidak terdengar?"

Di tanya begitu, Sandi dengan polosnya menggeleng. Mata Cakra semakin melotot.

"Aku pusing, Cak." Sandi mulai berkeluh-kesah.

Cakra yang tadinya mau marah mendadak tidak jadi. Cowok bertubuh bak gerbang kabupaten ini duduk didepan Sandi yang sibuk memijit pelipisnya.

"Cerita."

Sandi mengangguk. "Kemarin aku sama Mbakmu Irin jadi gitukan konsultasi ke dokter kandungan lagi." Cakra mengangguk. Mulai teringat jika Mbaknya itu mengabarkan kalau ia berserta Sandi akan konsultasi ke salah satu dokter kandungan di rumah sakit.

"Terus-terus."

"Yaahhh.. masih belum di kasih sama Allah."

Raut wajah Sandi jadi sendu. Cakra pun menepuk-nepuk salah satu bahu Sandi, bermaksud untuk menyalurkan energi positifnya.

"Tidak ada yang tidak mungkin selagi masih di kasih kesempatan buat bernafas, Mas." Cakra pun mengeluarkan uneg-unegnya. "Sabar, terus berusaha, jangan lupa berserah diri ke Allah dan banyak-banyak berdoa. Kalau katanya kun fayakun, pasti langsung dikabulkan. Semangat!"

Sandi yang mendengarkan itupun langsung tersenyum. Cakra itu temannya, sekretarisnya, bahkan adik iparnya. Kadang Cakra itu kekanak-kanakan, tapi seperti barusan juga, Cakra bisa juga menjadi orang yang memberikan dukungan kepadanya.

"Atau gini saja, Mas." Sandi menaikkan kedua alisnya. "Kalau memang belum di kasih, mungkin Allah masih belum yakin kalau Mas dan Mbak benar-benar bisa jadi orangtua."

"Lalu?" Sandi mulai tertarik.

"Ya.. ini saranku, lah, ya. Terserah di Mas sama Mbak apa mau direalisasikan atau juga nggak ya gapapa." Cakra menyeruput kopinya lagi. "Gimana kalau Mas sama Mbak ambil satu langkah yang berbeda, dengan cara kayak: adopsi anak, mungkin?"

INDIGO {RV}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang