Sesuai saran dari adik ipar, Sandi bersama Irin sepakat untuk menyetujuinya. Ditemani alunan musik yang sengaja Sandi putar agar perjalanan menuju panti asuhan tidak begitu sepi. Sesekali juga pria pertengahan kepala dua ini melirik Irin yang sejak tadi hanya diam melihat ke sisi jendela.
"Mas."
"Iya, Sayang? Ada apa? Kamu haus? Mau mampir ke minimarket dulu?"
Irin menggelengkan kepalanya.
Sandi perlahan-lahan menginjak pedal rem saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Ia pun memusatkan perhatiannya kepada Irin yang nampak ragu untuk mengutarakan keinginannya. Namun dari Irin sendiri juga ternyata dengan sengaja menyimpan segudang pertanyaan yang terbesit di kepalanya. Walaupun tidak ada satupun kata yang terucap dari bibir manis sang istri, Sandi tahu. Jika saat ini juga Irin istrinya tengah beroverthinking.
⛔⛔⛔
Panti asuhan.
Bangunan dua lantai ini ternyata memiliki halaman yang luas, yang di mana terdapat banyak mainan yang dapat mengasah kemampuan motorik anak-anak. Tidak perlu diherankan juga sebenarnya, karena panti asuhan ini memang di isi oleh banyak anak-anak yang mungkin sengaja di buang oleh orangtuanya, ataupun sudah berstatus yatim piatu.
Sejak tadi kedua mata Irin sibuk melihat sekeliling. Beruntunglah Sandi karena suasana hati istrinya kembali membaik.
"Anak-anak di sini banyak banget, yah." Ujar Sandi, yang langsung diangguki oleh Irin.
"Kebanyakan dari mereka ini ditelantarkan oleh kedua orangtuanya."
Sontak pasangan suami-istri ini langsung menoleh ke sumber suara. Dengan senyum yang ramah, wanita yang Irin perkirakan sudah menginjak kepala lima itu memanggil nama suaminya.
"Pak Sandi, ya?"
"Iya, betul. Saya sendiri, Bu." Jawab Sandi dengan senyum tak kalah ramahnya.
"Saya Sherene, Pak, Bu."
Irin yang merasa jika pemilik panti ini baru saja memberitahu namanya langsung membalas jabatan tangan Sherene, "Salam kenal kembali, ya, Bu. Saya Iriana Rahayu Atmajaya, biasa di panggil Irin agar lebih mudah di ingat namanya, Bu Sherene."
Sandi tersenyum menahan gemas pada sang istri yang justru memperkenalkan nama lengkapnya. Karena biasanya Irin tidak mau memperkenalkan dirinya dengan nama selengkap itu.
"Sandi Tri Lukman Dewangga, kerap disapa Sandi saja, Bu Sherene."
Sherene pun menganggukkan kepalanya, "Bagaimana perjalanan kesini, Pak, Bu? Jakarta masih macet, ya."
Sandi terkekeh membenarkan sedangkan Irin mengiyakan dengan senyum yang ramah. Tak perlu berbasa-basi lagi juga, sebagai pemilik panti asuhan Sherene langsung mengajak pasangan suami-istri ini untuk berkeliling, sekaligus melihat anak-anak yang ada di sini.
Sambil bercerita juga Sherene menjelaskan mengenai kepribadian yang berbeda dari anak-anak panti, seperti:
"Anak yang rambutnya di kepang itu bernama Queena. Usianya tujuh tahun. Sejauh ini, dia anak yang baik, tidak banyak bertingkah juga. Namun guru di sekolah sering mengeluhkan jika Queena sangat lamban saat pelajaran menghitung."
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO {RV}
HororRed Velvet & EXO lokal. Iriana Rahayu Atmajaya - mulai berkecil hati ketika dokter kandungan yang sudah kesekian kali mereka datangi mengatakan jika ia benar-benar tidak bisa memiliki anak. Namun Sandi Tri Lukman Dewangga - sebagai sang suami tentun...