Distopia

3 0 0
                                    

Radang kantuk sepanjang waktu namun enggan mimpi untuk berlabuh. Sekiranya begitu dan hari-hari tetaplah berlalu. Kehampaan meradang. Menanti ujung dari sepersekian kehancuran demi kehancuran yang mengendap, menunggu waktu untuk memantik pelatuknya.

Ini aku dalam rajutan pasrah berserah pada nasib yang tak tentu, mengutuk diri sepanjang waktu, sendiri dalam hening ruang bercumbu. Ini aku yang sakit dan tak mau sembuh. Duri-duri di jalan setapak juga helai rambut itu butakan antero jagad. Menjadi kegelapan abadi yang kian hari kian menjadi. Sia-sia mereka yang menjadi lilin untuk kehancuran ini. Menjadi fasik dalam firdaus yang anggun, menjadi bebal untuk dunia yang banal. Badai tak akan berlalu dan kuharap kehancuran meluap untuk segera kita berserah. Inilah hakikat semu yang seharusnya hancur. Serupa rasa yang seharusnya tak perlu kau ramut seumur hidupmu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MemoarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang