Trijata dan Kutukan Rahwana

40 4 3
                                    

Perhatian
Semua cerita ini berdasarkan referensi dari berbagai kisah wayang. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyebutan lakon, tempat, maupun cerita wayang.

Happy Reading

⋇⋆✦⋆⋇

"Jika kalian sedang ada masalah yang tidak dapat ditangani, datang saja untuk berkonsultasi ke Sanggar Ati. Apapun masalahnya, simbah dalang yang tinggal di sana pasti akan membantu kalian untuk memecahkan solusinya."

Begitulah kata orang-orang di sekitar tentang tempat bekas sanggar wayang tersebut. Tampang luar bangunannya persis seperti rumah zaman dulu yang mana masih bertembok anyaman bambu. Pada tengah malam, seorang wanita datang ke tempat bernama ‘Sanggar Ati’.

Wanita muda itu mematung di depan bangunan dengan bayi yang tertidur pulas dalam gendongannya. Bayi itu masih berupa bayi merah yang butuh susu serta pelukan hangat dari Ibunya.

Wanita itu meletakkan bayi yang ada dalam gendongannya pada sebuah kardus, lalu ditutupinya dengan selimut sedemikian rupa untuk melindungi si bayi dari dinginnya malam.

Sungguh, dalam hati ia benar-benar berharap bahwa bayinya akan tumbuh bahagia. Dia berani memutuskan untuk meninggalkan bayinya di tempat itu dengan harapan simbah dalang yang katanya mampu memecahkan permasalahan apapun dapat pula menyelesaikan permasalahannya.

Dia merasa kalau bayinya hanya akan sengsara bila bersamanya. Lebih baik anak itu tak tahu siapa ibunya dan apa yang telah dilakukannya alih-alih menanggung malu dan penderitaan atas kesalahan yang telah diperbuat orangtuanya.

Wanita itu berbalik hendak pergi sebelum akhirnya menemukan seorang laki-laki lanjut usia telah berdiri di belakangnya—memerhatikan apa yang telah diperbuatnya sedari awal. Dia adalah simbah dalang pemilik bangunan lawas tersebut. Bangunan yang disebut sebagai ‘Sanggar Ati’

Simbah dalang tersenyum hingga kerutan di sekitar mata dan jidatnya terlihat jelas. “Bukankah di luar dingin? Kebetulan saya tadi baru buat susu jahe. Mau mampir sebentar untuk menikmati susu jahe?”

Wanita itu hendak menolak ajakan simbah dalang. Akan tetapi simbah dalang mengurai kembali ajakan yang sulit ia tolak. “Mungkin sampeyan ingin mendengar kembali cerita wayang seperti saat sampeyan masih kecil dulu. tak pikir sampeyan bakal seneng karo kisah Trijataⁿ.”

Simbah dalang tersebut kembali tersenyum. Meski wajah simbah dalan telah dipenuhi keriput, wanita itu masih merasakan keteduhan yang sama seperti beliau saat masih muda dulu.

Wanita itu pun kembali membawa bayi merah dalam gendongannya. Melihat hal itu simbah dalang manggut-manggut, kemudian meletakkan tangannya di belakang. Tubuhnya sudah mulai membungkuk sehingga tinggi badan simbah hampir sama dengan wanita itu.

Simbah menunggu wanita itu sampa berada di sebelahnya sebelum kembali melanjutkan langkah. “Duwurmu wes ngungkuli aku to, Nduk?¹” simbah dalang kembali berbasa-basi.

Wanita itu hanya tersenyum tipis menanggapi candaan simbah dalang. ”Nggak keroso, wektu wes berlalu sakmene tahun,²” imbuh simbah dalang.

Saat keduanya sampai di dalam rumah simbah dalang meletakkan secangkir susu jahe hangat sebagai obat untuk menghangatkan badan. Suhu di malam itu terasa lebih dingin dari biasanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[√] SANGGAR ATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang