[1] Pesta Kue

248 18 25
                                    

Aku hanya sedang merindukan taeny.

Enjoy!

.

.

.

Seoul adalah tontonan yang luar biasa. Kerumunan orang-orang memadati jalan-jalan di luar istana kepresidenan dan di seluruh kota. Suvenir pernikahan anak kepala negara ada di mana-mana; wajah tampan Kim Jiwoong dan mempelai wanita terpampang pada segala hal mulai dari kipas berbentuk hati hingga hiasan di atas kepala yang terlihat lebih mirip mata hewan kukang dalam film ice age. Tiffany hampir tidak percaya menyaksikan begitu banyak orang yang peduli terhadap acara pesta yang membosankan. Dia yakin tidak ada orang yang hadir seperti ini di depan istana kepresidenan Amerika ketika dia atau Leo menikah suatu saat nanti. Oh percayalah, dia tidak menginginkan hal itu terjadi.

Prosesi upacara pernikahan itu sendiri tampak berlangsung selamanya namun setidaknya cukup unik dengan melihat orang-orang berpakaian tradisional. Bukan berarti Tiffany tidak menghargai arti ikatan pernikahan hanya saja Jiwoong adalah anak pertama presiden sementara pengantin wanitanya merupakan anak tunggal dari keluarga konglomerat yang terhormat. Pernikahan mereka lebih seperti transaksi bisnis. Tidak ada gairah, tidak ada drama.

Kakinya hampir mati rasa seolah-olah dia telah berdiri selama satu dekade sebelum mereka dipersilahkan duduk menikmati jamuan resepsi. Dia cukup kesal sehingga tanpa sadar bertingkah kekanak-kanakan. Jessica memberinya segelas sampanye dan tentu saja Tiffany dengan senang hati menerimanya.

"Kapan pesta ini akan berakhir?" tanya Tiffany dengan nada rendah namun tidak terkesan lembut.

Jessica hendak membuka mulutnya untuk membalas ketika seorang petugas muncul di meja mereka secara mengejutkan.

"Nona Jung," sapa wanita itu yang dikenal luas sebagai asisten pribadi dari anggota keluarga presiden. Dia membungkuk dan menyelipkan helai rambut yang terjatuh ke belakang daun telinga. "Nona Taeyeon bertanya-tanya apakah Anda bersedia memberinya kehormatan untuk berdansa?"

Jessica membeku dengan mulut setengah terbuka; menatap mata rusa yang cantik sementara otaknya memproses informasi yang tidak masuk akal. Hanya ada satu orang yang pantas menerima kehormatan sebesar itu dan sudah pasti bukan dirinya yang menjabat sebagai sekretaris umum dalam pemerintahan gedung putih.

Sunny menyeringai lebar. "Oh, dia sangat menyukainya. Dia berharap bisa berdansa sepanjang malam."

"Tidak..." Jessica berkata lalu berhenti, mulutnya hampir mengacau tapi otaknya berputar lebih cepat. "...mungkin aku bisa menolaknya, kan? Ya, tentu saja, itu akan menyenangkan."

"Bagus sekali," balas Yoona tersenyum lalu berbalik dan memberi isyarat dari balik bahunya.

Dan di sanalah Taeyeon, terlihat cantik dalam balutan hanbok yang dimodifikasi secara modern. Rambut hitam berkilau, mata cokelat madu dan bibir merah yang lembut. Dia menjaga proporsi tubuh dengan sempurna seakan-akan badannya tidak pernah bertambah berat dari tahun ke tahun.

Tiffany tidak bermaksud melihat ke sana tetapi mata cokelat itu tertuju ke arahnya kemudian pandangan mereka bertemu. Mungkin hampir setahun sejak terakhir kali mereka berbicara dan itu membuat rasa jengkel meledak di dadanya.

"Hai," sapa Taeyeon mengulurkan tangan dengan sopan kepada Jessica yang kini tersipu malu.

"Apakah kamu tahu cara berdansa?"

"Mungkin," katanya dengan nada lembut yang berlebihan hingga membuat Sunny tergeletak dan berpura-pura pingsan. Dia meraih tangan Taeyeon dengan hati-hati lalu melanjutkan, "jika itu gaya bebas."

Blue and White HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang