B

352 33 1
                                    

Jay merebahkan diri di salah satu batang pohon di samping sungai. Dari atas sini ia mengamati Riki yang tengah mencuci tubuh rusa yang baru saja mereka buru. Beberapa kali Riki terpeleset batu yang di pijak, disitu Jay mendengus jengkel. Hampir tiga minggu bersama Riki, ia menyadari jika anak itu adalah anak yang ceroboh dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Tak jarang pemuda muda yang lebih jakung darinya itu kepentok bagian atas pintu karena tingginya yang menjulang. Padahal rumah itu sudah ditempatinya sejak lama, bukankah harusnya ia sudah hafal jika tinggi daun pintunya seberapa.

Srett

Byurr

"Yaaaaa yaaaa, rusa kau mau kemana!" Teriak Riki sambil berusaha menggapai rusanya yang mulai terbawa arus air sungai.

"Bodoh." Decak jay sambil menggeleng kecil.

Jay langsung turun ketika rusa yang sudah bersih hanyut terbawa arus. Dengan cekatan ia menarik rusa itu dan menaruhnya dipunggung. Ia berjalan melewati Riki yang tengah mengumpat karena lagi-lagi terpeleset.

"Apa tingkat kecerobohan mu memang setiap hari akan meningkat dengan pesat?" Tanya Jay sambil membenarkan rusa dalam gendongan pundaknya.

"Hei apa maksudmu?! Itu karena kau sendiri ya hyung! Kenapa juga minta rusa harus dicuci, organ dalamnya dibuang. Padahal kan tinggal makan saja apa susahnya sih." Jawab Riki dengan kesal. Lihat saja tingkah alpha besar ini. Sangat menyebalkan.

"Rusa yang bersih jauh lebih nikmat Ikie." Jay berbicara sambil menirukan gaya nyonya Jeon berbicara. Memanggil nama Riki, dengan embel-embel manis.

Riki menghentikan langkah kakinya menghadang Jay. Ia menyipitkan mata kecilnya, menatap penuh intimidasi ke arah yang lebih tua. Sedangkan yang ditatap terlihat santai, merasa tak terganggu sama sekali.

"Kau.."

"Apa?" Jawab Jay dengan satu alis yang terangkat.

"Bukan orang kerajaan kan?" Tanya Riki hati-hati.

Jay mengerjapkan matanya beberapa kali. Menatap Riki dengan pandangan yang sulit di artikan. Ia memperhatikan raut serius beta muda dihadapannya ini. Dan dalam hitungan ketiga tawanya meledak hingga rusa dipundaknya terguncang akibat tawanya.

"Bwahahahahahaha aduh aduh perutku."

Melihat dirinya yang ditertawakan, Riki menendang salju dikakinya.

"Yakkkkk hyung aku serius! Tak ada orang yang melakukan itu kecuali darah biru!"

"Darah biru? Kemarin aku luka kau yang merawatnya kan. Apakah darahku berwarna biru?" Jawab Jay sambil mendorong Riki hingga anak itu sedikit mundur sehingga ia bisa kembali berjalan.

Tak lama langkah santai Jay disalip oleh Riki kini berjalan lebih cepat. Mengajak Jay berbicara sama saja melatih dirinya untuk mengasah darahnya untuk mendidih. Pantas Heeseung hyung sangat tidak menyukai Jay. Jay menyamakan langkahnya dengan milik Riki. Tangannya yang bebas dari tubuh rusa ia gunakan untuk mengacak rambut Riki. Riki menoleh hendak melayangkan protes, tapi ia urungkan. Ia dapat melihat senyum tulus Jay saat ini. Ia bersumpah ini pertama kalinya ia melihat Jay tersenyum. Senyum itu sehangat matahari, membuat Riki ikut menyunggingkan senyum tanpa sadar.

"Kau mirip seseorang."

Kata Jay sambil berlalu dari sana. Ngomong-ngomong sudah dua hari ini Jay dan Riki berada di dalam hutan yang cukup jauh. Sengaja memang, karena kata Riki di ujung sana sering terlihat aurora yang sangat indah. Jay sih hanya ikut saja, walaupun udara dinginnya tak main-main setidaknya ada sebuah gubuk kecil yang bisa menghangatkan ke duanya. Lagipula Riki juga akan sering tidur di sana ketika ia berburu. Sebulan sekali paling tidak, ia akan menikmati rusa buruannya dengan ditemani cahaya aurora yang menghiasi langit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The King | JaySeungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang