01. The book

4 2 0
                                    

Sudah seminggu setelah hari berkabung itu terjadi. Keluarga Rania akhirnya memilih untuk pindah rumah dan hari ini adalah jadwal untuk memilih barang-barang yang mana akan ia buang, jual, atau pun ia bawa pindah.

Rania mendapatkan tugas membereskan barang-barang di ruangan yang hampir tak pernah Rania masuki hingga barang-barang di sana tampak asing baginya. Ruangan ini memang telah lama tak di tempati lagi, namun ruangan ini selalu dibersihkan tiap minggunya.

Begitu memasuki kamar ini, mata gadis itu langsung tertuju pada meja belajar yang terbuat dari kayu itu. Meja itu begitu unik dan kuno sehingga meja itu berhasil menarik perhatiannya.

Rania menduduki diri perlahan di kursi belajar itu. menatap kagum pada meja dan segala hiasannya. Rania memang penggemar barang antik dan kuno.

Rania membuka laci meja belajar itu, disana terdapat beberapa kamus berbagai macam bahasa. Mata Rania berbinar ketika ia juga mendapati berbagai koleksi novel di laci meja itu. Ah, ya. Satu lagi kesukaan gadis itu yang tak bisa terlewat, Novel. Rania membaca sinopsis di belakang buku-buku itu, memilih buku mana yang akan ia bawa lewat sinopsis novel yang menurutnya menarik.

Sebuah buku tebal bersampul hitam dengan tulisan memories itu menarik perhatiannya. Setelah melihat isi buku itu sekilas, Rania bisa tahu bahwa itu adalah sebuah buku diary. Cukup lama mempertimbangkan, akhirnya Rania memilih membawa buku itu ke tempat tinggal barunya.

Setelah Rania pindah kerumah barunya, Rania langsung membaca novel yang ia dapat di rumah lamanya. Kebanyakan novel itu ber-genre romance membuat Rania menjadi cepat bosan. Kemudian buku hitam yang menurut Rania itu adalah buku diary mencuri perhatiannya.

Rania menoleh kearah jendela kamarnya, hujan di luar sana semakin deras. Rania mengambil selimut, menyelimuti diri lalu mulai membaca lembaran pertama buku tersebut.

~o0o~

September adalah bulan sialku. Aku sampai tak tahu harus mengeluh dengan cara apalagi.

Dimulai dari pagi tadi, Bajuku yang tiga hari lalu aku bawa ketukang jahit baru selesai semalam hingga akhirnya aku harus langsung mencucinya semalam dan baru menyetrikanya pagi-pagi yang membuat aku hampir terlambat.

Siangnya, pada saat pelajaran Seni rupa, kelasku diberi tugas menggambar poster. Tak ada yang salah karena aku cukup suka menggambar, hingga akhirnya... Gambaran ku yang hampir selesai tercoret karena kecerobohanku sendiri.

Sepulang sekolah, aku tak langsung pulang karena ada ekstra voli. Saat bermain voli, aku terjatuh hingga akhirnya kakiku memar.

Lalu sesampainya di rumah, aku baru ingat kalau Tupperware milik Ibuku ketinggalan di sekolah, aku pun jadi dimarahi habis habisan.

Mengingat kejadian-kejadian yang kualami hari ini, aku tak bisa untuk tidak menghembuskan napas lelah. Menatap langit-langit kamar, aku berpikir hal mengesalkan apa lagi yang akan kualami dalam bulan ini? Baru di awal bulan saja sudah begini.

Suara dentingan notifikasi dari ponselku membuyarkan lamunanku. Aku menghela napas, mengambil ponsel dan bersiap menerima pesan dari teman kelasku yang biasa menanyakan perihal tugas yang harus dikumpulkan besok.

Aku memandang layar ponselku bingung. Melihat bukan pesan dari teman sekelas yang mengirimiku pesan, melainkan teman sekelasku saat kelas sepuluh dulu. Kami sudah lama tak berbalas pesan.

Dhika
online

|Ya, lagi ngapain?

Lagi rebahan aja. Kenapa, Dik?|

|Gue mau ngasi tau lo sesuatu. Tapi gue takut lo marah.

Aku mengernyitkan dahi melihat balasan pesan Dhika. Jujur saja, aku bukan tipe orang yang kepo-an tapi jika lawan bicaraku sudah mengatakan; 'gue takut lo marah kalau gue kasih tau' sumpah demi apapun aku akan berubah menjadi orang yang sangat amat super kepo. Itu sebabnya aku benci jika seseorang sudah mengatakan hal itu kepada ku.

hah?? apaan? Jangan bikin gue kepo deh|

|itu... yahh lo ngerti lahh

ngerti apaan anjerr?? Lo aja blum ngasih tau apa-apa?!|

|lupain

bgst. gaje bener lo|

|marah-marah mulu, Ya. lagi pms ya?

YA KENAPA MEMANG?!|

|ampuunn dehh🛐
|btw, Ya. Lo punya pacar nggak?

kepo banget? ngapain memang?|

|tinggal jawab doang elahh

nggak punya|

|ohh

kenapa? mau jadi pacar gue lo?!|

|Iya nihh

Aku tersedak liurku sendiri. Terbatuk-batuk dengan mata melotot melihat layar ponselku.

gak lucu|

|Ya iyalah, orang gak ada yang ngelucu juga

jadi ini yang mau lo omongin dari tadi?|

|hehehe

lagi gak mau pacaran gue|

|gak papa. pdkt aja dulu

Setelahnya, aku tak membalas pesan itu lagi. Keterkejutan masih menyelimuti ku. Aku dan Dhika memang sempat dekat saat kelas sepuluh. Tak kusangka lelaki itu menyimpan perasaan padaku.

Aku melihat kearah jam digital yang terletak di meja belajarku. Sudah jam 10 lewat. Aku kemudian beranjak untuk sikat gigi dan mencuci wajah. Bersiap untuk tidur.

Tentang Dhika... Aku sudah tak bisa berpikir jernih lagi saat ini. Aku sudah cukup lelah saat ini setelah melewati kesialan kesialan hari ini. Mungkin besok akan kupikirkan.

Entah apa yang akan terjadi besok. Saat ini aku hanya harus tertidur agar siap menjalani hari esok.

Yah... semoga saja hari esok lebih baik dari hari ini.

MemoriesWhere stories live. Discover now