Hari ini aku lumayan sibuk. Pertama, Ulangan harian di dua pelajaran terjadi hari ini. Kedua, tugas kelompok Minggu kemarin belum sepenuhnya selesai dan hari ini harus aku selesaikan karena teman sekelompok ku yang beban. Terakhir, Diakhir kegiatan sekolah ini sudah ada dua ekstrakurikuler yang menungguku.
Aku bersyukur karena nyeri menstruasi ku sudah tidak separah kemarin.
"Ya, dicari Kinaya di luar." Informasi yang diberikan oleh Citra membuat aku bergerak keluar kelas.
Di luar kelas, sudah ada Kinaya dan Kinan yang sudah menungguku. Mereka berdua adalah sahabat dekatku sejak masa SMP. Kini, kami terpisah oleh kelas— hanya kelasku yang berbeda, tapi tak masalah karena kelas kami hanya diberi jarak oleh dinding, alias kelas mereka tepat di samping kelasku.
"Kenapa?" Tanyaku pada mereka.
"Hp lo mana sih? Gue sama Kinan nge-spam di gc tapi lo gak bales-bales." Ujar Kinaya yang tampak sedikit kesal.
Aku mengusap leher belakangku. "Ya... Maaf. Hp gue dipinjem anak-anak kelas." Ponsel ku memang kerap kali dipinjam bermain oleh teman sekelasku, alasannya sih, karena di ponselku banyak permainan yang seru-seru. Aku tak mempermasalahkan hal itu. Toh, juga ponselku tak ada hal yang penting atau hal privasi.
Kinan mendengkus, "Udah gue duga."
Aku menyengir melihat wajah kedua sahabat ku ini yang tampak muak. "Emang kenapa, sih kalian sampe spam di gc gitu?"
"Mau ngajak lo jalan-jalan. Lo bisa kapan?" Tanya Kinaya.
Aku bergumam panjang, berpikir. "Hari ini gue sibuk, sih. Tapi besok lumayan free sorenya."
"Kalau gitu besok kita main. Nanti gue sama lo jemput Kinan, kayak biasanya." Aku mengangguk membalas ucapan Kinaya.
Rumahku dan Kinaya memang cukup dekat, hanya rumah Kinan yang lumayan jauh tapi Kinan tak bisa berkendara. Mungkin ia bisa, hanya saja ia belum berani.
...
Setelah sekian lama, ekskul musik kembali aktif. Aku sebenarnya tidak terlalu pintar di bidang musik, hanya saja tepat setahun lalu, seseorang mengajakku untuk ikut grup musik ini, dan aku mengiyakannya lalu menyesal. Karena aku sadar bahwa aku hampir tidak berbakat di bidang musik. Lebih sialnya lagi, aku tidak bisa keluar setelah dua bulan ikut ekskul ini.
Anggota band grup musik sekolah tahun ini tak terlalu banyak peminatnya. Hanya tujuh orang lelaki dan tiga orang perempuan.
"Halo, Kak Ishya!" Adik kelas bernama Keysa menyapaku saat aku memasuki ruang musik ini.
Beberapa orang di ruangan itu yang sedang sibuk dengan aktifitas masing-masing sontak menoleh menatapku.
"Halo juga, Keysa." Balasku.
"Tumben lo dateng awal. Biasanya lagu pertama selesai lo baru datang." Sinis Angga.
"Tadi gue ulangan, trus gue duluan selesai. Ya, udah gue langsung ganti baju terus kesini deh." Ucapku sambil mengambil sebuah gitar—satu-satunya alat musik yang bisa kumainkan, itupun tak terlalu lancar.
"Yang lain mana?" Tanyaku karena kami hanya berlima di ruang musik ini. Aku, Keysa, Angga, Nadir, dan Yura.
"Lagi ada rapat OSIS, Kak." Ucap Yura.
"Katanya lagi bentar ada perekrutan OSIS, ya?" Tanya Nadir.
"Iya, Kak. tiga hari lagi."
Nadir menyenggol lenganku. Aku berdecak menatap nya.
"Ikutan, gih."
"Dih, buat apaa? males banget jadi babu sekolah."
Nadir menyentil dahiku. Aku meringis dibuatnya.
"Heh, Maemunah! Lo gak inget waktu itu lo kalah taruhan sama gue waktu main PS? Yang kalah nyalonin diri jadi anggota OSIS!" Perkataan Nadir membuatku mengingat kenangan lima bulan lalu saat kerkom di rumah Dewangga, saat itu aku menantangnya taruhan karena tak terima di rendahkan.
"Ishya jago bet buset!" Ucap Dewangga.
"Ah elah gitu doang gue juga bisa kali."
Aku menatap tak suka kearah Nadir. "Kalo gitu lawan gue!"
"Yakin? Mau taruhan gak? Kalo gue menang, lo harus nyalonin diri jadi anggota OSIS periode depan."
"Oke! kalau gue menang, lo haru jadi kacung gue selama di sekolah!"
"Oke, Deal!"
"Lah, iya! Gue inget tu!" Angga menambahi yang membuatku menjadi semakin jengkel.
"Gak mau aja, kek gini aja gue udah cape."
"Yeu... gak menepati janji banget, lo! bullshit! Pantes aja banyak yang lari habis deket sama lo. Kecuali—"
"Lagi ngomongin apa nih? Seru banget nih, keknya." Seseorang yang baru datang menginterupsi ucapan Angga.
Anggota band yang lain datang.
"Eh, Rakyan. Ini si Ishya udah janji mau ikut OSIS periode tahun ini, tapi dia malah gak mau. Heran gue, lo dulu kok—"
"OKE FINE GUE IKUT! MANA FORMULIR PENDAFTARANNYA!" ucapku kesal yang mengundang senyum puas di wajah Nadir.
"Selamat menjadi babu sekolah, Ishya."
sialan!