IV

15 0 1
                                    

Chapter Music / Leitmotif :
MSR - Drifting Blossom
-------------------------------------------

Aku masih mengingat hari itu.

Empat puluh delapan jam setelah terjadi pengeboman di Milan.

Lounge staf akademik Institut Astrofisika Max Planck mendadak riuh. Di antara wajah-wajah panik, gusar, dan khawatir, pandanganku bertemu dengan wajah salah seorang pria tua yang terlihat sangat cemas. Ketika ia mendapati diriku di Lounge, pria tua itu langsung memanggilku.

"Ah, Tuan Nadir! Kemarilah! Saya ingin berbicara dengan Anda! Boleh minta waktunya sebentar?"

Aku mengenal pria tua itu. Martin Schultz, salah satu profesor di bidang Astrofisika, sekaligus direktur institut ini.

"Ah, Profesor Schultz, ada yang bisa saya bantu? Anda tampak sangat letih, Prof," sapaku.

Buru-buru kuajak Profesor Schultz untuk pergi ke tempat yang sedikit sepi dari kehebohan para staff akademik. Ia kemudian mengambil duduk di sebuah sofa ruang tunggu dan aku mengambil duduk di sampingnya.

"Seperti yang kautahu, Tuan Nadir," ucapnya dengan jeda sebelum ia kembali bercerita.

"Dalam 48 jam terakhir, situasi telah kacau. Teror bom telah meledak di Milan. Parahnya lagi, bom itu telah telah dibubuhi oleh substansi radioaktif, membuat Milan kini terpapar substansi radioaktif yang cukup tinggi. Hampir sama tingginya dengan Pripyat. Kini situasi di Eropa menjadi semakin memanas, paska Krisis Milan. Konfederasi Eurasia tengah bersiap untuk mobilisasi perang. Kami jadi sulit untuk mendapatkan informasi mengenai beberapa kolega akademisi yang terjebak krisis di sana."

Aku terdiam saja mendengar penuturan Profesor Schultz. Seperti yang dikatakan beliau, serangkaian ledakan besar terjadi di hampir setiap sudut kota Milan. Serangan Bom Kotor-perangkat peledak yang telah dibubuhi oleh substansi radioaktif yang dapat mengontaminasi area di sekitarnya-itu, diduga diinisiasi oleh nasionalis sayap kanan Italia, sebagai bentuk represivitas atas Gerakan Revolusioner Padania & Lombardi.

Namun, mendadak aku teringat sesuatu sampai-sampai aku hampir setengah teriak menanyakannya.

"Bagaimana dengan Pasangan Ilmuwan La Spazia??"

"Ah ... Alba dan Speranza ...." Profesor Schultz menggeleng. Detik itu, aku memastikan bahwa kedua pasangan ilmuwan itu telah tiada. Tertelan oleh kekacauan di Milan.

"B-bagaimana dengan anak mereka? Kudengar mereka berdua memiliki seorang anak tunggal?"

Profesor Schultz mengembuskan napas panjang. "Ketika Pasangan La Spazia menghadiri Konferensi Milan, ia tengah menjalani ujian disertasi. Sebenarnya, itulah yang ingin saya bicarakan dengan Anda, Tuan Nadir. Ini terkait dengan anak dari Alba dan Speranza. Aku ingin meminta bantuan Anda, Tuan Nadir."

"Aku?" kunaikkan setengah alisku.

"Aku ingin kau menjenguk dan menengok keadaan dia. Segera setelah ia menyelesaikan ujian disertasinya, ia langsung pulang ke apartemennya. Ia tidak pernah keluar dari sana," pinta Profesor.

"Kalau tidak salah namanya Cecelia La Spazia. Kedengarannya gawat, Profesor Schultz??"

Profesor Schultz menghela napas dalam untuk kesekian kalinya. "Aku mencoba untuk menghubungi semua orang. Kenalannya, rekan apartemen, hingga induk semangnya, tetapi mereka tidak mendapati Cecelia keluar dari apartemennya sejak pulang dari ujian disertasi."

"Dia baik-baik saja?" Aku mencoba mengejar informasi lainnya.

"Menurut laporan tetangganya, sepanjang hari Cecelia mengurung diri di kamar. Terkadang induk semangnya membawakan makanan untuk di taruh di depan pintu kamarnya, tetapi ia hanya menyentuh sedikit makanannya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EVENT HORIZON : All Quiet Under Distant SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang