Rintik hujan turun dengan begitu derasnya sampai membuat atap sebuah halte yang menjadi tempat berteduhnya seolah mengalunkan sebuah alunan nada yang cukup untuk menghilangkan kesunyian dikala malam dan dingin seperti hari ini.
"angkatlah!!!" Gerutu seorang gadis yang tengah menyibukan jemarinya mendial sebuah nama di benda persegi canggih miliknya.
Tuutt... Ttuutt...
Begitu lah bunyi benda persegi itu ketika si gadis menempelkannya ditelinga yang sedikit tertutup surai hitam lembut miliknya."aishh!! Sial sekali aku ini!" Geram gadis itu ketika bukan suara seseorang yang ia hubungi menyahut panggilan ponselnya melainkan suara operator yang menandakan panggilan itu gagal tersambung.
Seketika pandangannya mengedar pada ujung kanan dan kirinya, sudah pasti bukan hanya ia seorang yang berteduh dari guyuran hujan malam ini.
dibagian kanan ada sepasang suami istri dengan seorang anak, beberapa pria dewasa dan gadis muda yang ia perkirakan mungkin seusia dengannya. Dan tak lupa ia juga melirik seseorang disebelah kirinya yang tengah berdiri memegang payung berwarna hitam, menggunakan masker dan jaket jeans yang sudah basah dibagian lengan kirinya.
bahkan saat menggunakan masker pun gadis itu masih bisa mengakui bahwa pria berpostur tinggi dan berbahu lebar itu memang tampan sesuai dengan tipenya. Dia juga sudah memberi nilai 8 pada penampilan pria yang tengah terpejam dengan earphone menyumpal kedua telinga seolah ia tengah menikmati suasana malam hujan seorang diri.
ya. Hanya 8. Hanya sebatas itu penilaian gadis bersurai coklat cantik dengan keunikan fitur wajah cantik dan juga kulit putih mulusnya terbalut seragam sekolah.
Karena baginya pria tertampan dan sempurna hanya Hanbin seorang. Cinta pertama sekaligus seseorang yang ia tunggu untuk datang menjemputnya saat ini.
2 tahun meninggalkan Seoul. Cukup banyak perubahan yang terjadi disini. Banyak bangunan yang asing menurut gadis itu dan juga kota yang sangat ia rindukan menjadi semakin canggih saat ini. Pasalnya ia dapat melihat beberapa papan peringatan tentang datangnya hujan dan kapan hujan itu akan mereda disana karena sebelum ia tinggalkan Seoul tidak terasa senyaman ini.
Entah karena pembangunan atau karena hal lain yang membuat si gadis merasa benar-benar nyaman disana.
"Cantik..." sebuah suara baritone yang ia kenali menyadarkannya dari lamunan tentang hujan. Beberapa memori tentang kisah kasih bersama pria tertampan menurutnya ini tiba-tiba saja muncul diingatannya saat tengah menghibur dirinya ditengah rasa jengkel.
bagaimana tidak? 3 jam lalu mereka datang bersama tapi baru 10 menit didalam toko buku itu pria bermarga Kim ini meminta ijin untuk pergi sebentar.
entah ia lupa atau urusannya memang sangat penting. Si gadis bahkan sudah 3 jam menunggunya tapi pria itu tak juga menampakan batang hidungnya sampai hujan mengguyur dengan derasnya. Bahkan ponselnya pun tidak bisa ia hubungi. Jika saja si pria ini mengatakan lebih awal untuk tidak menunggunya mungkin si gadis akan pulang menggunakan taksi dan tidak terjebak ditengah hujan seperti ini.
"maafkan aku, kau pasti menunggu lama kan?" Ucap pria itu dengan wajah yang sudah siap menerima omelan dari sigadis. Tapi ternyata gadis ini hanya diam membuat pria itu malah merasa makin bersalah.
"kau marah? Baiklah aku mengaku aku salah" ucapnya lagi sambil menunduk menampilkan raut wajah penuh penyesalan.
raut wajah yang lagi lagi mampu meluluhkan hati si gadis. Padahal sebelum kedatangan pria ini, otaknya sudah merencanakan cara balas dendam terbaik karena membuatnya menunggu dalam keadaan basah dan kedinginan tanpa kabar. Padahal ia baru 5 hari menginjakan kaki di kota ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
D-DREAM
Fanfiction"Jika kau bingung patahkan saja menjadi 2. Berikan 1 untukku dan 1 untuknya. Kita lihat saja milik siapa yang akan tumbuh" "Kau bukan tidak pernah mencintaiku. Kau hanya terlambat menyadari siapa pemilik hatimu" "Jika dikehidupan ini kau tidak bersa...