01

120 13 0
                                    

My fiance, 𝐍𝐚𝐜𝐡𝐭 𝐅𝐚𝐮𝐬𝐭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

My fiance, 𝐍𝐚𝐜𝐡𝐭 𝐅𝐚𝐮𝐬𝐭

———

Gadis itu menatap lelaki dihadapannya dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Sedangkan sang lelaki menatap sang gadis dengan tatapan hangat, walau dengan wajahnya yang tak tersenyum sama sekali.

"Aku yang meminta pertunangan ini, kau bisa menolaknya, jika kau tidak menginginkannya," ujar sang lelaki dengan dadanya yang bergemuruh, entah itu karena wajah keduanya yang berdekatan atau karena takut akan jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan.

Sang gadis memiringkan kepalanya, bingung akan penuturan sang lelaki barusan.

Beberapa saat lalu ia yakin, ia sedang memakan roti di pinggir pantai dengan nikmat, dengan hembusan angin pantai yang menyegarkan juga suara ombak yang sangat ia sukai.

Beberapa saat lalu juga lelaki ini datang, mengatakan hal yang sudah ia ketahui dari kemarin lusa.

Gadis bernama [Name] ini kenal dengan lelaki dihadapannya, tentu saja karena ia dan lelaki tersebut baru saja mengadakan pertunangan beberapa hari yang lalu.

Benar, gadis ini dan lelaki tersebut memang memiliki hubungan.

"Astaga Nacht, kau tau kan kita sudah bertunangan tiga hari yang lalu?"

Nacht mengangguk, masih dengan dadanya yang bergemuruh.

Gadis itu kemudian melanjutkan perkataannya. "Kau telat kalau menanyakan itu," Nacht menunduk lemas mendengarnya. Itu berarti bisa saja gadis dihadapannya ini menolak pertunangan itu.

"Lagipula untuk apa aku menolaknya?" [Name] berkata, memiringkan kepalanya. Lagi.

Mendengar itu Nacht mendoakan kepalanya dengan cepat, menatap tak percaya [Name] yang baru saja melontarkan kata kata yang tak dapat ia percaya.

Saking terkejutnya tak sadar ia memegang kedua bahu hingga membuat sang gadis kaget akan perlakuannya yang mengejutkan. "Ku fikir kau akan menolaknya."

"Kau memang terlihat seperti preman, tapi kurasa aku tidak akan menolaknya."

"Kata kata itu terasa sakit ternyata," katanya sambil memegang dadanya seakan tengah tertusuk sesuatu.

Gadis itu terkekeh, "Aku tak pernah menyangka preman sepertimu, bisa berdrama seperti itu."

"Itulah menariknya diriku,"

Keduanya tertawa, menikmati hembusan angin sore dengan matahari yang kini mulai tenggelam. Menghangatkan hati kedua insan.

———

My Fiancé, 𝐍𝐚𝐜𝐡𝐭 𝐅𝐚𝐮𝐬𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang