3. Hot News

1.3K 147 17
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

Universitas YGE di hebohkan oleh kedatangan Park Jeongwoo bersama salah satu wanita yang tak pernah mereka sangka-sangka, yaitu Jihan.

Keduanya tiba di kampus dengan menaiki motor yang sama, tak lupa juga perlakuan manis sang empunya pada wanita itu membuat siapa saja bertanya-tanya apa hubungan sepasang lawan jenis tersebut.

Haruto belum tiba, dia memutuskan akan datang di jam ketika kelas akan di mulai. Ia enggan untuk menemui Jeongwoo di kampus sementara waktu, entah sampai kapan.

"Mau di anterin sampe kelas gak?" Jeongwoo bertanya sembari merapikan surai kehitaman Jihan yang sedikit berantakan, wanita itu tersenyum simpul atas tindakan prianya.

Ya, prianya. Semalam Jihan menerima pernyataan rasa suka Jeongwoo ketika sampai di rumah, Jeongwoo bilang ia sudah lama menyimpan rasa dengan Jihan dan baru berani mengungkapkannya sekarang.

Siapa yang tidak mau dengan si bungsu Park tersebut, salah satu keluarga terpandang di Korea Selatan karena impact dari orangtuanya yang tidak main-main di dunia bisnis dan musik.

"Boleh, tapi kamu gak malu apa di lihatin anak-anak yang lain?" Ia hanya tidak mau mendapatkan gunjingan karena telah menjadi kekasih Park Jeongwoo, si anak pemilik kampus.

"Ngapain malu, pacar gue secantik ini harus di pamerin lah." Senyum simpul itu semakin merekah, wajahnya benar-benar memerah ketika jemari keduanya saling bertautan.

Berjalan dengan tenang tanpa terganggu oleh bisikan mahasiswa/i lain yang memandang keduanya, terlebih Jeongwoo terus mengusap jemarinya ketika rasa gugup itu menyerang.

Mencoba menenangkan wanitanya agar tidak perlu takut dan tetap memandang lurus saja, seolah mengatakan bahwa tidak ada yang boleh berani mendekati kekasihnya atau bahkan mengejek wanitanya.

"Istirahat nanti gue jemput, kita makan di luar aja. Di sini terlalu berisik," kata Jeongwoo ketika keduanya sampai di kelas Jihan.

Di dalam sana ada Wonyoung yang memangku tangan di dada seraya menatap datar Jeongwoo dan Jihan, interaksi keduanya terlalu berlebihan baginya.

"You cheap bastard," gumamnya pelan. Namun masih bisa terdengar oleh teman-temannya yang lain, mereka sedikit terheran-heran ketika Wonyoung mengatakan hal seperti itu.

Karena citra si anak donatur terbesar tersebut adalah wanita yang anggun dan begitu menjaga tutur kata, tidak pernah memandang rendah orang lain dan selalu tau caranya menghormati lawan bicara.

Itu lah yang membuat mereka sedikit terkejut, bahkan ketika kepergian Jeongwoo di sana pun Wonyoung masih memasang wajah datarnya hingga Jihan merasa ada yang salah dengan make up-nya.

"Make up gue terlalu berlebihan ya?" Dua yang lainnya menggeleng pelan, tidak ada yang salah sama sekali karena pada nyatanya make up Jihan sama saja seperti hari biasanya.

Hanya saja Wonyoung membuat situasi semakin tidak tenang dengan air muka datarnya yang terkesan mengintimidasi Jihan saat ini, sang empunya sampai tidak bisa berkutik padahal beberapa detik yang lalu dia masih merasakan bunga-bunga cinta di sekitarnya.

"Kenapa sih, Won? Gitu banget ngeliatnya. Lo suka sama Jeongwoo?" Celetuk Bahiyyih yang membuatnya jadi pusat perhatian.

Wonyoung memutar pelan kepalanya menghadap Bahiyyih yang duduk di samping kirinya, dia tersenyum manis seperti yang selalu ia lakukan.

"Gue? Suka Jeongwoo? Yang bener ajalah, pacar gue lebih cakep daripada dia. And also, more loyal. Mata minus gue cuma kambuh aja tadi," kilahnya.

Sejujurnya ia ingin sekali menampar wajah Jeongwoo.

.
.
.

Padahal Haruto sudah sengaja datang di waktu mepetnya jam kelas di mulai, tapi tetap saja ia di takdirnya untuk bertemu Jeongwoo.

Niat hati ingin buang air kecil terlebih dahulu sebelum memulai kelasnya hari ini, tetapi yang sedang di hindari malah datang ke tempat ini seorang diri.

Membuatnya kini terduduk di pangkuan sang empunya di dalam bilik toilet, Haruto sudah mewanti-wanti bahwa ada orang di luar sana.

Tetapi Jeongwoo tidak mau mendengarkannya dan menyuruhnya agar tidak mengeluarkan suara, atau keduanya akan ketahuan.

"Nanti aja, Jeo. Bentar lagi kelasku di mulai," rengek Haruto karena Jeongwoo tidak mau melepaskannya. Lima menit lagi itu bukan waktu yang lama.

"Kangen, Ru. Masa cium bentar aja gak boleh," Jeongwoo memasang wajah sememelas mungkin untuk merayu kekasihnya itu.

Karena itu adalah trik yang selalu berhasil ia gunakan ketika Haruto tidak mau menurutinya, seperti sekarang.

Lantas dengan berat hati Haruto menganggukkan kepalanya pelan, padahal ia ingin sekali mengatakan pada Jeongwoo agar meminta hal tersebut kepada Jihan saja jangan dirinya.

Namun Haruto tidak punya nyali sebesar itu mengingat ia sangat tau betapa tempramental nya Jeongwoo, hanya dia yang tau seberapa gilanya jika pria itu marah.

Sebisa mungkin Jeongwoo tidak menciptakan suara-suara yang mengundang tanda tanya mahasiswa yang masuk ke dalam toilet.

Sama halnya seperti Haruto yang menahan suaranya agar tidak mendesah ketika jemari besar itu mengusap punggungnya di balik kaos coklat yang tengah ia kenakan.

Bibir plumnya di hisap kuat-kuat oleh Jeongwoo karena merasa gemas, sesekali menggigitnya kecil agar sang empunya membuka mulut.

Sensasi itu masih sama, rasanya masih semanis yang selalu Jeongwoo rasakan. Terus saja memberikan rasa candu yang tidak bisa ia deskripsikan juga sebagai penenang jiwa berontak nya.

Lidah Jeongwoo bermain di dalam rongga mulut Haruto untuk membangkitkan gairah lain yang bersemayam, menari-nari mengajak lidah Haruto saling membelit satu sama lain.

Dengan sedikit remasan di bongkahan bokong sang empunya, menciptakan suasana panas antara keduanya di dalam salah satu bilik toilet.

Tidak memperdulikan orang di luar sana silih berganti, keduanya sibuk dengan cumbuan panas yang tak di ketahui oleh siapapun.

Termasuk Dongpyo yang sedang mengomel sembari mencuci tangannya karena tidak menemukan Haruto dimana-mana.

.

.

.

TBC


Mau rajin update tapi kalian males votment, gimana ini hadoh.

Terimakasih sudah singgah membaca♡

Ha+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang