tergoda

171 8 0
                                    

Kirana mengigit bibir bawahnya saat menyadari apa yang dia lakukan semalam bersama Suga Martinez. Dibalik bed caver dia melirik tubuh polosnya, helaan nafas penyesalan berhasil lolos dari sudut bibirnya. Tetapi saat dia menyadari cincin yang melingkar dijari manismya. Kirana sadar jika harusnya inilah ibadah yang dia lakukan sebagai bentuk menyempurnakan dirinya layaknya seorang istri yang sesungguhnya.

"Ingat tidak seperti yang kalian fikirkan, Lagi-lagi Kirana hanya menelan pahit-pahit keinginannya karena apa? Karena pria yang menjadi suaminya tidak akan pernah menyentuhnya hingga tuntas, dan pada ahirnya Kirana harus menuntaskannya sendiri!"

Astaga! Sungguh memalukan.

Kirana meraih satu persatu pakaiannya,  dan melangkah segera kearah kamar mandi.

Kirana mulai menghidupkan kran showernya, Mengguyur tubuhnya dengan air hangat sambil mengingat-ingat kejadian semalam.

"Haisss!" Umpatnya kesal sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "dia mempermalukanku! Bagaimana aku bisa bertemu dengannya."

Lagi-lagi Kirana menggeleng , dia tidak ingin lagi mengingatkan apa yang semalam terjadi kepadanya.
Meski tidak ada perjanjian hitam diatas putih sebelum menikah, harusnya Kirana sadar akan posisinya sebagai seorang istri. Istri yang tidak diinginkan, Menikah adalah sebagian dari pada iman. Lalu kenapa dirinya merasa kecewa?

Astaga! Sejauh itukah dia menilai suaminya sendiri dengan sebelah mata? Sepertinya Suga Martinez tidak seburuk itu. Pria itu sering ketahuan diam-diam membela dirinya didepan ibu kandungnya dan juga sering menanyakan tentang keadaannya kepada orang terdekat Kirana tanpa sepengetahuannya. Bentuk kasih sayang yang sama sekali tidak pernah dia tunjukkan dengan wajah cueknya.
Harusnya dia banyak berterimakasih kepada Suga Martinez yang sudah mau menerimanya sebagai wanita terpilih yang menjadi pendampingnya, banyak kandidat yang ditolaknya saat orang tuanya menjodohkannya dan dengan bodohnya dia malah menerimanya sebagai pasangan yang katanya pernikahan dalam bentuk hubungan simbiosis mutualisme.

Pernikahan yang saling menguntungkan satu sama lain. Kirana terbebas dari belitan hutangnya dan Suga Matinez terbebas dari perjodohan yang selalu membuatnya tidak nyaman.

"Morning babe."

Satu sapaan yang keluar dari bibir pria yang menikahinya dua tahun lalu dan ini kali pertama sapaan manis keluar dari bibir merahnya.

Pagi? Sapaan selamat pagi kau bilang manis? Astaga Kirana, apakah kamu terlalu bodoh atau terlalu berharap lebih?

"Yaaaaaaa... Kenapa mas masuk!" Teriaknya saat sadar jika pria yang dia pikirkan sedari tadi tengah berdiri didepannya.

Pria yang berprofesi sebagai produser film, produser lagu, pemilik rumah produksi dan juga sebagai penyanyi pria solois terlaris saat ini tengah menertawakannya.

Kirana sedikit tercengang tanpa menutupi tubuh polosnya.
Tanpa sadar!

"Astaga ini jam berapa?" Suga mengerang kesal saat melihat Kirana mandi tanpa memiliki waktu. "Kenapa kamu sangat lama!"

Kirana merasa ucapan mesra pria itu hanya terlintas semalam saja, buaya yang menginginkan mangsa dan setelah itu membuangnya begitu saja jika sudah mendapat apa yang dia inginkan. Menyebalkan! Kirana merasa terabaikan setelah kesuciannya hampir saja direnggut untuk pertama kalinya.
Meski sejujurnya dialah yang menginginkan semua itu terjadi.
Hah! Apakah dia yang terlalu baper, semalam pria itu hanya melambungkan angannya saja dan setelah itu membiarkannya begitu saja dalam keadaan basah ingin disentuh lebih. 

"Iya sebentar lagi mas, bisa kamu keluar sebentar?" Ucapnya sambil menarik handuk kimono yang tergantung disebelahnya.

Disaat dirinya sudah selesai mengenakan Kimononya, Suga keluar dari dalam kamar mandi. Melenggang begitu saja tanpa ada keinginan untuk menyentuh istrinya lebih jauh lagi.

"Mau sarapan dirumah apa diluar?" Kirana mencoba kembali bersabar dan melupakan longlongannya tentang perceraian. Sepertinya Kirana harus bertahan sebentar lagi demi mendapatkan rumah beserta isinya.

Kurang baik apa coba dia sebagai istri?
Tidak ada pembantu dan tidak ada yang membantu pekerjaan rumah, Kirana menyelesaikannya sendiri meski setelah itu dia harus berangkat kerja.

"Secangkir kopi dan pancake madu"

Kirana mengangguk dan segera meraih baju kerjanya, memakainya dengan cepat sebelum keluar dari dalam kamar menuju dapur.

"Baguslah!" Kirana mengeluarkan semua bahan untuk membuat pancake.
Diliriknya pria bertubuh tegap berkulit bersih yang tengah duduk sofa ruang makan. "Mau tambahan sedikit gula?"

Suga menggeleng tanpa menoleh kearah Kirana.

"Oke! Kerjakan saja tugasmu Kirana sebelum kau memutuskan untuk pergi bekerja." Kirana bermonolog dengan dirinya sendiri sembari menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suaminya.

Langkahnya terhenti saat melihat Suga melangkah kearah pantri, meraih roti tawar dalam kotak roti yang ada diatas meja, mengoles selai diatas roti lalu melahapnya tanpa menoleh kearahnya.

Kirana menghela nafas panjang, dia benar-benar harus bisa menahan amarahnya karena lagi-lagi pria itu seolah mengerjainya.

"Apa mas benar-benar ingin menguji kesabaran Kirana?"

Suga mengernyit heran sebelum kembali melangkah duduk disofa tanpa menggubris pertanyaan istrinya.

Lagi-lagi Kirana hanya bisa menghela nafas panjang sembari mengangguk-ngangguk "sudah Kiran! Bukankah kau diciptakan untuk menjadi wanita pendiam? Kenapa mulitmu suka sekali bertanya." Kesalnya sambil sesekali menepuk-nepuk bibirnya.

Tanpa Kirana sadari, Suga memperhatikannya sembari mengulas senyum pelitnya, senyum yang hanya dia tunjukkan dengan sedikit lengkungan kecil dibibirnya.

Lima belas menit kemudian, Kirana sudah menyiapkan makanan diatas meja makan, seperti keinginan sang suami.

Secangkir kopi dan pancake, sedangkan dirinya menyiapkan nasi goreng dengan taburan bawang goreng yang baru saja dia keluarkan dari microwave, karena makanan itu hanya makanan sisa semalam yang dia hangatkan jadi dirinya benar-benar tidak menyiapkan untuk suaminya.

Suga melangkah mendekati meja makan, menarik satu kursi lalu duduk tepat didepan istrinya, menatap heran kearah makanan yang ada didepan wanita itu.

"Bisakah kamu menukarnya?"

Kirana yang baru saja selesai melafalkan doa sebelum makan, menatap heran kearah suaminya.

Suga berdecih lalu tanpa basa-basi dia segera meraih piring berisikan pancake dengan piring yang berisikan nasi goreng Kirana.

"Mas!"

Suga menyedokkan sesuap nasi goreng kedalam mulutnya.

"Itu makanan semalam yang Kirana hangatkan."

Suga hanya menjawab dengan anggukan.

"Jangan banyak-banyak nanti perutnya sakit." Kirana masih menatap kesal kearah piring Suga yang berisikan nasi goreng ampela dengan taburan bawang goreng kesukaannya.

"Ini hanya beberapa suap! Jangan berlebihan Kiran."

Ingin rasanya Kirana menangis, dia tidak suka dengan pancake, lalu bagaimana dia akan sarapan sedang jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan itu artinya, setengah jam lagi dia harus segera berangkat. Jadi mana bisa dia membuat ulang nasi goreng untuk sarapan paginya?

"Terimakasih!" Ucap Suga sambil mengusap bibirnya menggunakan tisu.

"Mas." Kirana mengigit bibir bawahnya, dia ingin mengutarakan keinginannya tetapi Kirana terlalu takut untuk mengatakan itu.

"Ada apa?' Suga masih menunggu jawaban Kirana. "Kiran!" Suga menatap jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Emm" Kirana masih berusaha untuk mencari pertanyaan yang pas untuk suaminya.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scandal Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang