Hari berganti hari, musim berganti musim. Pada hari ini, tepatnya dua tahun yang lalu Patricia kehilangan ibunda tercinta. Hari ini Patricia berencana untuk pergi ke makam ibunya. Sayangnya, sang ayah, Ronald, tidak dapat menemaninya untuk berkunjung ke makam ibunya.
Usaha yang dirintis oleh Ronald kini sudah berkembang. Saat ini Onti May juga ikut terlibat di dalamnya untuk membantu Ronald. Jika dibandingkan dengan beberapa waktu yang lalu, belakangan ini mereka berdua memang terlihat sangat sibuk dengan pekerjaannya. Mereka sering pergi keluar bersama dari pagi dan pulang malam. Oleh karena itu, Patricia pun tidak ingin mengganggu aktivitasnya. Sehingga ia memutuskan untuk pergi seorang diri.
Pukul tujuh pagi Patricia sudah berada di dalam sebuah taksi online. Ia memilih untuk duduk di belakang dan bersandar pada pintu di sisi sebelah kanan. Diiringi alunan lagu yang diputar oleh sang sopir, Patricia pun terlarut dalam lamunannya. Ia kembali teringat akan mendiang ibunya. Kenangan masa kecilnya yang indah bersama sang ibu melintas dalam ingatannya. Senyuman tersirat di wajahnya tatkala ia mengingat hal-hal bahagia yang mereka lalui bersama.
Kebahagian mereka pun bertambah saat Ronald menjadi bagian dari keluarga ini. Ronald mampu mengisi kekosongan dalam keluarga ini. Patricia juga kembali mengingat semua hal yang terjadi dalam dua tahun terakhir ketika ia dan Ronald mulai menjalin kasih. Meskipun mereka tidak menunjukkan kedekatan mereka saat berada di muka umum, namun dalam kesehariannya mereka sudah seperti sepasang suami istri.
"Bu, sudah sampai." suara berat dari seorang pria tua menyadarkan Patricia dari lamunannya.
"Ah iya, sudah sampai yah pak?" ucap Patricia sambil meraih tas hitam kecil yang berada di sampingnya.
"Terima kasih yah pak."
Patricia turun dari mobil yang ditumpanginya. Dihadapannya terdapat sebuah gapura kecil dengan plang di atasnya yang bertuliskan pemakaman umum. Ia lalu melangkahkan kakinya melewati gapura tersebut dan menyusuri sebuah jalan kecil. Di sisi kiri dan kanan jalan tersebut terdapat banyak makam dari orang-orang yang telah meninggal dunia.
Patricia melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru dan ia tidak berhasil menemukan satu orang pun di sana. Suasana pagi itu sangat sepi. Hanya Patricia seorang diri yang ada di sana. Ia pun berjalan semakin dalam. Setelah berjalan kurang lebih 150 meter, Patricia kemudian menghentikan langkah kakinya di depan sebuah makam.
"Hai mah, apa kabar? Cia datang lagi," Patricia berlutut di depan makam ibunya dan mengusap nisan yang berdebu dengan telapak tangannya. Ini bukan kali pertama Patricia mengunjungi makam ibunya. Sebelumnya Patricia sudah pernah datang bersama dengan Ronald.
"Cia kangen sama mamah," ucapnya sambil meneteskan air mata. Patricia pun kemudian duduk disamping makam ibunya. Ia kemudian menyeka air mata di matanya dan mulai bercerita mengenai kehidupan yang ia jalani sekarang, seolah-olah mamahnya sedang duduk mendengarkannya. Kemudian Patricia pun menceritakan mengenai ayahnya dan bisnisnya. Hingga akhirnya, ia pun menceritakan mengenai hubungan cintanya dengan sang ayah angkat.
"Cia spertinya sudah jatuh cinta sama papah, semoga mamah tidak keberatan dan merestui hubungan kami berdua." Patricia masih berharap bahwa orang-orang dapat merestui hubungan mereka, sehingga mereka tidak perlu menyembunyikannya lagi.
Hingga saat ini Patricia dan Ronald masih menyembunyikan hubungan mereka dari dunia luar. Tidak ada orang yang tahu mengenai hubungan mereka kecuali diri mereka berdua. Patricia dan Ronald sangat berhati-hati saat mereka sedang berada di luar rumah. Bahkan Onti May pun tidak tahu mengenai kedekatan mereka.
"Cia?"
Patricia dikejutkan oleh suara seorang wanita. Ia yang sedang berbagi cerita dengan mamahnya pun langsung menghentikannya. Seketika itu juga Patricia menoleh ke belakang. Ia mendapati seorang wanita yang mengenakan pakaian serba hitam dilengkapi dengan kacamta hitam sedang berdiri di belakangnya. Baik suara mau pun wajahnya tampak familiar bagi Patricia, namun ia masih berusaha mengingat kembali pemilik suara tersebut. Ketika wanita itu membuka kacamata hitamnya, seketika itu juga Patricia langsung mengenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Issues
Romance"Papah kenapa diem aja?" Suara Patricia memecahkan keheningan. "Tadi katanya papah suka, papah barusan bohong yah?" "Ngga kok, papah ga bohong." "Klo gitu jangan cuma diem aja ngeliatin Cia kaya gitu, Cia kan malu. Papah boleh ngapain aja kok. Bukan...