2. Mulai Menerima

5 1 0
                                    

Enjoy!!


***

Seminggu berlalu, Veasha sudah mulai terbiasa dengan kehadiran mereka dan mulai menerima hidup barunya ini. Meski terkadang dia terkejut dan takut akan sosok yang dilihatnya, Veasha selalu meyakinkan dirinya bahwa mereka tidak mengganggunya dan kita hidup saling berdampingan bukan?

Dan selama seminggu ini juga Veasha selalu berpura-pura tidak melihat mereka, karena dia pernah mendengar, jika kita bisa berinteraksi dengan mereka, maka mereka akan selalu minta bantuan pada kita. Itu hal yang melelahkan bukan? Veasha harus pergi ke tempat-tempat yang tidak diketahuinya dan menemui orang-orang atau sesuatu yang berkaitan dengan 'bantuan' yang dimaksud oleh mereka.

Ini hari Minggu, dan besok adalah hari dimana penilaian tengah semester dilaksanakan. Gadis itu mendesah paruh, pasti nanti ketemu makhluk-makhluk baru di ruang tes berlangsung, mengingat jika ada ujian pasti tempat duduk yang diacak dengan kelas lain.

"Ya Allah.... capek" gumamnya seraya memejamkan matanya.

Rasanya kepalanya mau meledak mengingat semua materi yang dipelajarinya untuk tes nanti. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas.

"Setidaknya kau masih hidup. Lihat aku, hanya melayang ke sana kemari. . . . hahh, membosankan. Ingin pensiun jadi setan" ucap sosok muka hancur yang ada di kamar Veasha saat mendengar gumaman gadis itu.

'baru tahu ada setan yang frustasi'- batinnya tergelitik melihat sosok itu yang terus mondar-mandir di kamarnya.

Veasha diam-diam terkekeh pelan, sosok itu tidak tahu jika Veasha bisa melihatnya dan bahkan bisa berinteraksi dengannya. Gadis itu tiba-tiba menelan ludahnya susah payah saat melihat sosok itu menari balet dengan menyanyi lagu lingsir wengi.

'sialan nih setan! Bikin merinding aja!'- batinnya kesal.

Veasha membawa bukunya ke ruang keluarga, suasana kamarnya menjadi mencekam gara-gara sosok muka hancur tadi.

"Mau mama buatin cemilan?" Tanya wanita paruh baya saat melihat putri bungsunya duduk di sebelahnya dengan wajah lelah dan tangan menenteng beberapa buku pelajaran.

Gadis itu mengangguk dengan mata terpejam. Wanita paruh baya itu tersenyum lembut melihat anak gadisnya itu dan berlalu membuat cemilan untuk putri bungsunya itu.

Sedangkan gadis itu mulai fokus dalam mempelajari materi, sesekali mengernyit kala tak mengerti dengan penjelasannya. Dua puluh lima menit berlalu, wanita paruh baya berjalan menghampirinya dengan nampan di tangannya.

"Jangan dipaksain, nanti kamu sakit. Belajar sewajarnya aja, jangan terlalu keras" ucapnya saat sampai di samping gadis itu.

"Ini, minum dulu. Istirahat dulu, kasihan otak kamu" lanjutnya yang mendapat senyuman dari gadis itu.

Veasha meminum cokelat panas yang dibawakan oleh ibunya, setelahnya mencomot kentang goreng dan cemilan lainnya.

"Abang sama papa belum pulang ma?" Tanya Veasha saat melihat rumahnya sepi, hanya ada ibunya, Vita.

"Papa pulang habis isya nanti. Abang belum pulang, katanya ada tugas kelompok" tepat setelah Vita mengatakan itu, seseorang membuka pintu utama dan berjalan menghampiri mereka.

"Assalamualaikum" ucapnya.

"Waalaikumsalam" jawab keduanya barengan.

"Jajannya mana?" Tagih Veasha seraya mengadahkan tangannya.

"Nih" ucap Gavi seraya menyodorkan tiga bungkusan plastik sedang yang langsung disambut antusias oleh Veasha.

"Aaa thanks, bang"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Two RealmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang