45. Tunangan

3K 271 14
                                    




















"Mama! Om Max!"

Nada dan Max kompak menghentikan langkah. Bibir Max menyungging senyum manis saat bersitatap dengan Eila. Anak itu tampak malu-malu di gandengan pria yang Max tahu, mantan suami Nada, sementara Nada meluruskan pandangan. Janu mengedikkan dagu. "Nggak kerja?"

"Aku resign," aku Nada.

Memancing kerutan di dahi Janu. "Kenapa? Kae macem-macem sama kamu?"

"Nggak," balas Nada sekenanya.

"Terus?" cecar Janu, menyipit curiga.

Jujur, Nada risih dengan sikap Janu belakangan ini. "Bukan urusan Mas," tukasnya, ketus. "Mas mau ajak Eila ke mana?" tanya Nada kemudian, membelokkan topik. "Jangan dibawa jauh-jauh. Mas tahu 'kan kondisi Eila?"

"Kamu tenang aja. Eila aman sama aku." Sudut matanya melirik Max. "Justru kamu tuh yang nggak aman."

"Sorry, Bro," sela Max. "Gue tadi nggak sengaja ketemu Nada di jalan, terus gue ajak bareng sekalian. Nggak ada maksud apa-apa kok, jadi nggak perlu cemburu gitu." Nada memelototi Max sedang yang dipelototi menyulihkan fokus ke arah Eila, lalu berjongkok. Ia lambaikan tangan, dimintanya Eila mendekat. "Sini, La! Om punya hadiah buat Eila."

Dengan binar penuh minat, Eila lepas gandengan sang ayah, lalu menghampiri mantan pacar ibunya. Berhenti di hadapan pria itu. "Hadiahnya apa?"

"Wait." Max menyerahkan paper bag.

Diterima Eila. Ia buka paper bag tersebut dan diambil isinya. Ternyata boneka Minions. "Whoaaa! Si Mimi!" takjubnya, "Telima kasih, Om Max!"

"Sama-sama," balas Max, terkekeh geli. "Tapi itu dari Tante Cindy," terang Max.

Mata bulat Eila teralih pada Max. "Tante Cindy-nya mana?"

"Tante Cindy lagi ada urusan," jawab Max.

"Tapinya nanti Tante Cindy ke sini lagi tidak?" tanya Eila, mengerjap lucu.

"Pasti dong. Eila kangen nggak sama Tante Cindy?" pancing Max.

"Kangen sekali!"

"Sama Om Max?" Max menaikkan satu alis.

Eila berpikir sejenak kemudian menggeleng. "Tidak. Kan Om Max di sini."

"Emang kalau di sini nggak boleh dikangenin?" kekeh Max, menyentil pucuk hidung Eila dengan gemas. Dan yang disentil tertawa renyah. "Eila mau jalan-jalan sama Papa ya?" tanya Max, mengoper topik.

"Iya," angguk Eila. "Tapinya Mama sama Om Max tidak diajak."

"Yaah, sedih deh nggak diajak Eila." Max mengerucutkan bibir, sok merasa sedih.

Eila tertawa lagi. "Tapinya nanti Eya beliin maltabak, mau?" tawarnya.

"Mau lah." Wajah Max berubah semringah. "Telurnya dua ya?"

"Okay." Eila mengacungkan ibu jari.

"Eila, ayo!" sela Janu.

Eila segera meraih punggung tangan Max dan Nada bergantian, lalu ia cium dengan sopan.

Nada ikut berjongkok, digapainya tubuh mungil si kecil, ia peluk dengan sayang. "Baik-baik ya sama Papa," bisiknya. "Nurut apa kata Papa. Nggak boleh ngeyel. Paham, Sayang?"

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang