Pagi Yang Damai?

879 61 0
                                    







Pagi yang indah, matahari mulai menampakan dirinya. Kicauan burung-burung terdengar merdu mengiri pagi yang cerah ini.

Ahh, Damai sekali rasanya.

Bercanda.

Pasalnya kediaman Gandhani sudah ribut bagai orang tawuran.

"Ayah, kita pindah aja yah? Leon gak kuat tiap pagi harus bangun karena tetangga sebelah ribut" Begitulah suara hati Leon, Anak Bapak Arjuna. Tetangga samping rumah Keluarga Gandhani.

"Bunda, Ella pup dicelana" begitu kira-kira teriakan Antony, membuat gadis kecil yang menjadi tersangka tidak mampu membendung air matanya.

"Bunda lagi masak. Bantu cebokin Sana"Matheo lewat sambil membuang suara.

Antony memandangi Ella yang yang masih enggan diam dari tangisnya itu.

Ingin sekali dia membantu,tapi dia jijik.

"Enak aja"

"Emmily, Dipanggil Bunda!"Teriak Antony keras

Usaha yang membuahkan hasil. Tidak lama dari arah tangga, muncul Emmily. Masih memakai handuk yang memilit di badannya, juga membungkus rambutnya.

"Kenapa? Ada apa?"Tanya Emmily heboh

"Hhe, Cebokin Ella"

"Lah, lu gila? Gue udah mandi wangi gini masa main pup? Lu aja sana, masih iler tuh, pas lah habis cebokin Ella langsung mandi"Keduanya sibuk berdebat memicu Ella yang semakin keras menangis.

Ella itu type anak yang Jijik sama Pupnya sendiri. Kadang suka muntah-muntah. Terbukti sekarang, gadis kecil imut itu sudah mual-mual.

"Noh lihat, anak orang udab nangis sampe mual gitu. Cebokin kek, adek lu tuh"Suruh Emmily

"Gue jijik"

"Sama adek sendiri lu jijik? Gimana entar kalo udah punya anak?"

"Itu beda,bangke"

Ribut terus.

"Astaga, Ini Ella kenapa?" Vino datang, Pria tampan itu baru pulang dari jogging paginya.

"Ella pup, tapi Anton gak mau cebokin" Adu Emmily.

Vino hanya mampu menghela nafas panjang. Mau marah, tapi sudahlah.

Jennie juga pasti sedang sibuk menyiapkam sarapan dan bekal untuk anak-anaknya.

Segera Vino menggendong Ella. Berat, Sebagian mungkin karena pempres gadis kecil itu.

"Anton, Sana mandi. Kamu juga Emmily! Pakai seragam kamu sana, Ayah gak tanggung jawab kalo sebentar abang-abang kamu gangguin" Suruh Vino.

Antony berhambur lari menaiki tangga, Dia belum mandi.




______________________


"BIAN BALIKIN SEPATU GUE"Keributan kembali tercipta. Kali ini pelakunya adalah Matheo. Wajahnya bengis, bediri di anakan tangga sambil menatap Bian yang tengah duduk disofa ruang keluarga sambil memakai sepatunya.

"APASIH UPIL KUDA, NOH SI ANTON YANG AMBIL"balas Bian ikut berteriak

"Bocah ingusan, sok manggil gue pake nama! Gak sopan banget" Dumel Bian, sambil memakai kaos kakinya kasar.

"ANTONY, LO KEMANAIN SEPATU GUE?" Salah target sebelumnya, kini Matheo bertanya kepada Antony, tentunya dengan teriakannya. Ini yang namanya kalem? Pentingnya menilai orang jangan dari luarnya saja.

"BERISIK!" Bukan Anton kali ini, melainkan si sulung Anjelo yang memang sering darah tinggi.

"Bilisik!ckck, dasar tua!darah tinggi pula" Emosi Bian

Suasana ruangan keluarga tepatnya di lantai satu kini sudah tidak baik-baik saja. Keributan susah tercipta.

Bian belari mengitari sofa sambil membawa sepatunya yang belum sempat dia pakai, diikuti oleh Anjelo dibelakangnya dengan sapu.

Sang biang keributan yakni Matheo,malah asik mengambil video.

"ANAK-ANAK" Sudah cukup Jennie menahan sabar. Setelah kejadian Ella menangis tadi, dan disusul keributan sekarang.

Melihat Jennie, Bian langsung belari, berlindung di balik tubuh Mungil sang Bunda.

"Ada apa sih sebenarnya? Ini masih pagi loh, kasihan tetangga sebelah"

"Non Bunda, Si Theo nuduh Bian ngambil sepatunya"Adu Bian. Sontak Matheo langsung kicep, menyembunyikan HPnya.

"Terus, sih tua bangka darah tinggi ini, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba datang sambil marah-marah"Adunya lagi. Kali ini, tersangkanya adalah Anjelo.

"Alah, banyak alasan!"

"Diam lo Tua"

"Bocah! Bunda dengar tuh, mulut Bian emang minta di sekolahin lagi"

"Hush, udah-udah. Bian, Tua-tua gini, Jelo itu Kakak kamu. Dan Theo, lain kali jangan nuduh orang tanpa bukti"

"Dengarin tuh!"Peringat Bian

"Sekarang, Ayo ke meja makan buat sarapan" Matheo segera bangkit dan mengekori sang Bunda menuju ruang makan.

Saat Bian hendak melangkah ikut, Jelo segera dengan sengaja menarik baju Pemuda itu dan mendorongnya hingga jatuh.

"Laki kok lembek" Cibirnya

"BUNDA"teriak Bian kencang

"ANJELO"

"Gak kok Bunda. Orang dia jatuh sendiri'

_______________________










Anjelo melimpir duduk disamping Emmily. Semua anggota sudah ada disini, kurang Bian.

Tidak lama, Pemuda itu datang sambil menyeret kakinya dengan muka kesakitan.

"Drama" Cebik Jelo

"HALO SELAMAT PAGI AYAH DAN BUNDA SERTA PARA BEBAN. Ehhh,kok ada dia? Kamu siapa? Kok muka kamu beda? OHH INI BOCAH YANG TADI PAGI NANGIS SAMPE MUNTAH-MUNTAH KARENA BOKER?"

Jennie hanya mampu geleng-geleng kepala. Ella yang belum paham pasti dengan perkataan Abangnya itu malah terlihat tertawa.

"Bian, udah deh jangan bertingkah. Sekarang duduk dan sarapan!" Perintah Vino. Tidak mampu membantah sang Ayah, Bian duduk disamping Matheo.



Sarapan pagi ini berjalan baik dan tenang. Tidak ada pertengkaran antara anak-anak ataupun adu mulut. Karena yang sering itu adalah Anjelo dan Sabian.

Setelah sarapan, satu persatu dari mereka berpamitan untuk berangkat ke kantor, sekolah maupun kampus.

Karena searah, Vino berangkat bersama anak kembarnya, Emmily dan Antony. Anjelo mengendarai mobilnya sendiri lalu Sabian bersama dengan Matheo.

Kepergian mereka benar-benar membuat rumah yang tadinya berisik menjadi tenang. Benar-benar terasa damai sekarang.

"Sekarang Saatnya Ella mandi" Jennie mengangkat Anak bungsunya itu tinggi-tinggi mengundang tawa riang Ella.

Lalu setelah puas menciumi pipi anaknya itu,Jennie melangkah masuk kedalam rumah. Saatnya dia mandi dan memandikan Ella.

Rumah akan kembali seperti neraka sore nanti. Jadi Jennie harus memanfaatkan kesunyian dan kedamaian ini dengan sebaik-baiknya.

Keluarga Bapak AlvinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang