𝐆𝐮𝐫𝐮 𝐥𝐞𝐬

3K 101 2
                                    

Setiap kali datang ke dalam kelas tempatnya memberikan les, Abramovich selalu menampilkan ekspresi datar seakan tidak pernah tertarik pada sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kali datang ke dalam kelas tempatnya memberikan les, Abramovich selalu menampilkan ekspresi datar seakan tidak pernah tertarik pada sesuatu. Namun itu sangat jauh jika tersisa Adinda - Satu satunya murid tingkat akhir favoritnya.

Abra mendekat dan duduk tepat di depan posisi Adinda yang sedang merapihkan ransel. "Bisa tinggal sebentar setelah ini? Ada yang ingin aku bicarakan." Berbisik dengan nada provokatif.

Adinda yang kaget, reflek menjauhkan badannya dan menarik ranselnya didepan dada. "Maaf pak, tapi hari ini saya ada jadwal les mata pelajaran lain. Bapak tau kan sebentar lagi ujian untuk masuk universitas?"

"Oh, aku kira kamu mau untuk..." Abra menjeda kalimatnya, langkahnya terkesan mencoba mendekati gadis itu semakin agresif. "Pergi ke rumahku." Tiba tiba ia memasukkan tangan kanannya ke dalam seragam, menggerakkan tubuh Adinda untuk lebih mendekat.

Adinda semakin kaget dengan perilaku guru les nya yang terasa tidak wajar. "Maaf pak, tapi tolong jangan seperti ini. Orang orang akan salah paham jika melihat kita nanti." Adinda berusaha. Berusaha sekuat tenaga untuk bisa lepas.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan." Abra dengan cepat membawa tubuh Adinda melekat ke dinding, kemudian membuat tubuh keduanya menjadi satu. Tubuh Adinda kini menjadi lebih intim dengan guru lesnya. "Ingin pergi ke rumahku?" Tanya Abra dengan nada penuh gairah.

Lagi. Adinda mencoba memberikan perlawanan. Tubuhnya menggeliat tidak nyaman, tanpa tau itu semakin memancing libido seorang pria. "Tidak. Saya tidak ingin kemana mana, apalagi kerumah bapak. Jadi tolong hentikan semua kegilaan ini."

Adinda menatap sinis pada Abra, jika semakin di lecehkan, Adinda tidak akan ragu memaki Abra walaupun keduanya memiliki jarak usia 7 tahun. Setau Adinda, guru lesnya ini belum menikah dan masih berstatus mahasiswa disalah satu universitas favorit dalam negeri. Itulah alasan Abra dipilih menjadi guru les sekolahnya untuk mata pelajaran matematika.

"Tidak. Kau harus ikut denganku." Abra memeluk tubuh Adinda semakin kencang, tidak ingin lepas. "Jika tidak dengan cara yang lembut, aku akan melakukannya dengan kasar dan tanpa belas kasihan."

Kehilangan rasa respect, Adinda kini mulai memberanikan diri. Gadis berusia 17 tahun itu mengeluarkan pisau tajam kecil dari saku seragam. Benda yang diberikan ibunya untuk berjaga jaga pada orang jahat. "Coba paksa aku dan benda ini akan menusuk jantungmu hingga mati."

Sepersekian detik kemudian, pisau tersebut sudah di remas dengan tangan kosong oleh Abra. "Kau tidak berani melakukan hal itu." Pria itu tersenyum dan menarik pisau dengan mudah. Tangannya yang berdarah menyusup masuk kedalam seragam milik Adinda.

!!

Adinda menendang tulang kering di bagian kaki milik Abra. Mencoba melarikan diri, nyatanya sebuah tarikan kasar menghentikan gerak tubuhnya.

"Kau pikir aku akan roboh dengan rasa geli itu?" Abra mulai membuka seragam Adinda. "Masih ingin mengancam ku? Kalau begitu aku akan memberikanmu perhatian lebih hari ini."

𝐎𝐍𝐄𝐒𝐇𝐎𝐎𝐓 𝐘𝐀𝐍𝐃𝐄𝐑𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang