Arrayan Farzen Ali Bagaskara

4.1K 125 0
                                    

Mereka semua berkumpul hingga akhirnya tinggal menghitung hari Zahra lahiran.

"Nanti kita konsultasi ke dokter ya ra." ujar Ali.

Zahra duduk di samping Ali "Kapan - kapan aja deh mas jangan sekarang, mas Ali juga kan baru pulang takutnya nanti mas Ali cape." titah zahra.

Ali tersenyum dan membenarkan rambut Zahra yang keluar dari jilbabnya.

"Bucinnn trosssss." sindiran fadya karna merasa iri.

Ali dan Zahra menoleh "Kalo iri bilang aja." ucap zahra.

"Dih ngapain iri bentar lagi kan fadya juga kaya gitu." ucap fadya dengan nada tinggi.

Bunda alin dan ayah Bagas hanya bisa terkekeh melihat kelakuan anak perempuannya.

"Udahhh jangan berantem." ucap Alin.

"Mba Zahra tuh kaya gitu sama fadya." ucap fadya pada alin.

Bunda alin menggelengkan kepalanya "Iyaa iya bunda tau kok." ucap alin sembari mengusap kepala fadya.

"Assalamualaikum." ucap farhan.

"Waalaikumussalam." jawab semua yang dirumdin Zahra.

Farhan masuk ke rumdin zahra dan hormat pada Ali, Ali pun membalas hormatnya.

"Letda Ali gimana kabarnya?." tanya farhan.

"Alhamdulillah baik." jawab Ali.

Tak lupa Farhan juga Salim dengan orang tua fadya dan orang tua Ali.

"Calon mantu dah kesini hmm da apa ya." ucap bunda Alin.

Farhan merasa malu dibilang seperti itu.

"Bundaa apaan sih." ujar fadya sambil menyenggol Alin.

"Heii."

Mereka semua tertawa lepas karna sebentar lagi fadya akan menikah setelah Zahra melahirkan.

"Itu anaknya cewek apa cowok ndan." tanya farhan pada Ali.

"RAHASIA." jawab Ali.

"Ish komandan gak asik." rengek Farhan.

Ayah Bagas membuka mulut "Kamu setelah menikah sama fadya mau dinas dimana?." tanya Bagas pada farhan.

"Dinas?." ucap fadya dengan bingung.

"Belum tau om, ya sepertinya di Medan." jawab Farhan.

"M-medan?." tanya fadya.

Bagas tersenyum tipis mendengarnya "Jaga putri saya." ucap Bagas.

"Yah, apaan sih ini kenapa ga disini aja fadya tinggalnya." ucap fadya sambil kesal mendengar omongan ayah dan farhan.

Zahra paham apa yang dirasakan oleh fadya, ya seperti itu lah kalau menjadi istri prajurit dimana suaminya di tempatkan sang istri harus ikut walau jauh dari keluarga.

"Ya! kamu harus ikut sama suamimu." tegas Bagas.

Sontak fadya langsung lemas "G-gamau." lirih fadya.

Alin mencoba untuk menenangkannya "Kamu itu kan calon istri tentara jadi harus mau dimana suamimu berada, kamu harus ikut." ucap bunda Alin.

"Bun, fadya gabisa jauh dari bunda sama ayah." rengek fadya.

"Harus bisa nduk, kamu harus bisa mandiri karna kewajibanmu kelak menjadi ibu rumah tangga, ditambah suami mu ini seorang tentara gak mungkin juga kamu harus jauh sama suami mu." ucap umi Zulaikha.

"Bener kata umi." ucap Ali.

"Tapi bun-."

Omongan fadya dipotong oleh Zahra "Tapi apa? kamu mau bilang kenapa mba Zahra ga jauh dari bunda sama ayah???, letda Ali ini baru lulus Akmil 3tahun yang lalu dia baru aja di tempatkan disini." tegas zahra.

Aku Kamu Dan Negara [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang