Pandangan Pertama

12 0 0
                                    

Dua minggu sebelumnya...

Padahal hari ini, Zyro berharap bertemu lagi dengan gadis itu hingga mengambil tempat duduk yang sama seperti sebelumnya. Tapi, walaupun begitu, ia tetap senang di kereta ini karena bayangan gadis itu tergambar jelas. Matanya yang berbinar, senyum yang tak henti-hentinya, suaranya yang sangat terdengar bahagia. Zyro penasaran bagaimana gadis itu menjalani hidup sampai hal kecil seperti drama yang ditonton dapat membuatnya sebahagia itu.

Disaat Zyro berada di gerbong 3, namun orang yang ditunggunya berada di gerbong 5. Takdir Tuhan biasanya memang lucu. Bahkan disaat di tempat yang sama, namun belum tentu dapat bertemu. Jangankan beda gerbong, sama gerbong saja belum tentu akan sadar bertemu dengan orang yang kita kenal. Karena duduknya saling berhadapan dan kursinya yang tinggi membuat mata kesulitan melihat orang-orang satu persatu.

Apakah cinta pandang pertama itu nyata? Entahlah, awalnya Zyro tidak percaya sampai ia merasakan ada yang aneh ketika setiap mengingat gadis itu. Sempat ia tanyakan pada temannya-Afkar.

"Cinta pandang pertama? Dari cerita lo, itu bukan cinta. Yang ada interest pada saat pertama ketemu. Ya, tertarik. Kalau cinta gak mungkin semudah itu. Orang-orang terlalu melebih-lebihkannya aja." Begitu jawabnya. Setelah ia pikir-pikir mungkin benar adanya.

Melihat beban yang gadis itu bawa saat di kereta api saja, rasanya Zyro juga ingin menolongnya. Selain itu, ia pun menjadi semangat menunggu update drama moving. Melihat bagaimana dia sesuka itu dengan Kim Bong-seok, ia juga mencari tau karakter mana yang dapat memikat hatinya. Pasti gadis itu akan senang jika ia membicarakan drama itu bukan?

Walaupun saat pulang, tidak bertemu dengan orang yang ingin ia lihat, Zyro tidak menyerah. Ia memilih untuk kursi dan gerbong yang sama. Walaupun sebenarnya tipis kemungkinan, tapi ia berharap hal tipis tersebut bisa berpihak padanya. Ini baru percobaan kedua. Sebuah kegagalan bukanlah hal yang menakutkan disaat peluang yang sedikit.

Diperjalanan balik, mata Zyro tak lepas dari jendela setiap kereta berhenti di stasiun. Apalagi tempat gadis itu naik. Rasa harap cemas bercampur. Namun, begitulah kenyataan selalu menamparnya keras. Mana mungkin secepat itu peluang terjadinya sedangkan ia dan gadis itu hanyalah orang asing yang tak sengaja saling menyapa.

Hari-hari Zyro seperti biasa terjadi. Kuliah, membuat tugas, ngoding, terkadang juga merindukan gadis tak dikenalnya itu. Aneh 'kan merindukan orang yang cuma sekali dilihat? Kenapa diri ini bisa seperti itu padahal suka dengan seseorang saja tidak pernah? Aneh. Dunia memang aneh, tapi perasaan ini lebih aneh. Ya sudah, ia memilih untuk membiarkan keanehan itu menguasainya. Toh, jika pada akhirnya tak bisa bertemu lagi, perasaan itu akan hilang. Bukan begitu?

Seorang Zyro yang lebih senang bergelut dengan komputer dan malas untuk pulang tiap minggu, sekarang malah excited melihat hari Sabtu dan Minggu. Sebenarnya Zyro punya motor dan tidak perlu naik kereta api untuk pulang. Tapi, sejak hari itu, kereta api dan stasiun adalah tempat kesukaannya. Hatinya menghangat hanya karena melihat hal-hal kecil seperti kereta api yang lewat disaat pergi keluar dengan motor. Apa ini? Terlihat aneh, tapi ia suka.

Langkah besarnya menuju kereta api di stasiun. Hatinya lagi-lagi berdebar tanpa sebab. Boleh tak sih, segila ini dengan orang asing? Tapi ia memilih untuk tidak peduli dan yakin dengan langkahnya. Tangannya mengeratkan pegangan tas dan tersenyum kecil. Harapan itu kembali datang.

Kereta api mulai berjalan perlahan, matanya lagi-lagi melihat dan memperhatikan dunia luar. Ia mulai menghafal setiap stasiun, apalagi stasiun tempat gadis itu naik dan juga turun atau sebaliknya. Di saat kereta api tetap jalan, tanpa ada sosok gadis itu yang tampak, lagi-lagi pupus harapan. Tapi, tak masalah. Peluang ini memang rumit, tapi tak serumit layaknya coding. Ia saja bisa menyukai kegiatannya dengan komputer yang kompleks, jadi mengapa harus sedih hanya karena peluang yang sedikit?

Keluarga Zyro heran kenapa lelaki itu pulang kampung tanpa motornya, apalagi naik kereta seraya minta tolong dijemput di stasiun. Apalagi sang adik perempuannya yang enggan untuk disuruh. Tapi, Zyro selalu bisa membuat adiknya nurut dengannya.

"Ih, bang. Kenapa pulang mulu sih? Naik kereta lagi! Lama-lama aja di Padang-nya. Sekalian cari cewek kek! Ganggu orang aja!" omel Serla.

"Ini lagi nyari," jawab Zyro yang membuat Serla bingung.

"Hah? Dimana emang?" Serla justru bertanya, sedangkan sang Abang tertawa.

"Bocil, gak bakal paham."

Serla tak pernah suka jika abangnya pulang, karena kamar yang ia tempati akan dikuasai oleh Zyro. Menjadi anak tengah tidak pernah menyenangkan karena harus terbiasa sabar. Ia hanya bisa berharap Zyro bisa cepat lulus dan menikahi wanita luar kota biar dia bisa menguasai rumah.

Sedangkan, Zyro justru tak pernah peduli. Tapi, ia bisa memahami adiknya dengan baik. Contohnya saat ini, jika bukan karena ia malas untuk naik ojek, ia tak akan membelikannya novel yang harganya lumayan untuk anak kos seperti dirinya. Aneh memang, padahal apa susahnya naik ojek? Tapi sebagai abang, ia lebih senang melihat adiknya senang. Lebih senang lagi kalau adiknya sebal.

Zyro hanya bisa berharap bahwa peluang kecil itu bisa dikabulkan oleh yang di atas. Biarkan ia merasa sedikit bahagia. Melihat kamar, ia langsung merebahkan diri, mengistirahatkan jiwa yang sempat lelah hanya karena harapan dari orang yang sempat singgah.

Esok tiba dengan cuaca yang terang, entah kenapa perasaan Zyro lebih tenang seakan harapannya akan terjadi. Serla mendekati abangnya yang sedang merapikan barangnya untuk dibawa balik ke Padang. Dengan mata berbinar-binar, gadis kecil itu bersuara, "Abang harus nepatin janji, ya! Belikan aku novel judulnya Hello Cello! Awas aja enggak, gak bakal aku sapa lagi!"

"Iya. Doakan aja abang berhasil, ya! Baru abang belikan," jawabnya iseng.

"Berhasil? Apaan? Ah, gak tau! Semoga aja berhasil! Biar aku dapat novel," celoteh Serla dengan riang. Zyro justru tertawa lebar dan mengacak rambut adiknya gemas. "IH, ABANG!" teriak Serla seraya melotot.

Sekarang...

Setelah tiap minggu pulang dan selalu naik kereta di bangku yang sama, akhirnya penungguan dan usahanya jadi nyata. Gadis itu mungkin akan mengira kebetulan yang luar biasa, padahal ada Zyro yang seberusaha itu melihatnya kembali.

Seiring dengan berjalannya waktu🎶

Agya yang sebelumnya salah mengambil jadwal tiket menjadi jam terakhir, justru bertemu dengan lelaki yang sangat ia hindari itu. Zyro juga telat mendapat jadwal tiket seperti Agya, hanya saja ia tetap di tempat duduk yang sama. Sedangkan Agya bahkan tidak pernah memperhatikan dimana ia duduk di kereta. Yang penting dia dapat tempat duduk, bukannya tidak. Karena berdiri selama sejam membuatnya lelah, lalu remaja jompo memang nama belakang Agya.

Akhirnya kita berdua bertemu🎶

Mungkin memang takdir yang diatas menjadi alasan ketemunya dua insan tersebut dan juga campur tangan Zyro. Mungkin benar, jodoh itu tidak hanya ditunggu, juga diambil dengan kesungguhan. Padahal cuma pertemuan singkat, tapi Zyro berpikiran yang sangat jauh. Langsung saja pikiran itu ia halau, karena dapat menganggu akal sehatnya. Sedangkan Agya hanya diam, meskipun saling tahu bahwa mereka sempat berbicara walaupun satu arah.

Satu arah yang membuat Agya malu, namun membuat Zyro terpaku. Lihatlah bagaimana Tuhan mengendalikan perasaan manusia. Semudah itu dan kadang mudah juga untuk terpenjara dalam kegelapan. Beberapa hal di dunia ini, selalu ada baik dan buruknya. Bahkan tiap kata saja memiliki lawannya. Seakan mereka adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

"Lo inget gue 'kan?"

Mampus! Agya menatap takut-takut pada Zyro. Ia mengangguk kecil sebagai jawaban. Sedangkan lelaki itu justru merasa gemas. "Gue juga suka Kim Bong-seok loh, fyi." Lelaki itu mulai menarik perhatian Agya.

Tatapan takut itu seketika berubah jadi semangat. "SUMPAH?" Tanpa sadar, suara Agya justru keras membuat orang-orang disekitar memperhatikannya. Seketika gadis itu menutup mulutnya. "Kim Bong-seok emang selucu itu sih," lanjutnya dengan berbisik, tapi masih dapat Zyro dengar.

Lo juga.

Diriku tersipu malu
Melihat sikapmu yang lucu

-Pandang Pertama _RAN

To be continued

I miss u on a trainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang