Prolog

6 1 0
                                    

Di sebuah rumah beraksen kayu dan batu khas jaman dulu yang sederhana dengan halaman yang dipenuhi oleh rumput hijau, rembulan tampak bersinar dengan cantik memantulkan cahayanya di kolam kecil berisikan ikan-ikan didalamnya.

Di ruang tamunya, duduk tiga orang dewasa saling berhadapan dengan denting jam yang terus bergulir tanpa henti menimbulkan suara denting khas yang membekas jelas di gendang telinga.

Dua wanita dewasa yang mengenakan hijab untuk menutupi auratnya sedangkan satu lagi adalah seorang pria dengan menggunakan sarung dan juga peci di kepalanya.

"Kamu yakin mau bekerja di Jerman, nak?" Tanya ummi dengan nada perlahan.

Aisyah menganggukkan kepalanya tanpa ragu, "InsyaAllah Aisyah sudah yakin bu."

"Sudah kamu pikirkan baik-baik nak? Jarak antara Medan dan juga Jerman bukanlah sedikit nak, itu jauh." Tanya abinya.

Seminggu yang lalu Aisyah sudah memberitahu ummi dan abinya perihal tawaran pekerjaan yang ia terima dari salah satu teman kuliahnya yang saat ini bekerja di Jerman.

Temannya menawari Aisyah untuk bekerja dengannya di sebuah kantor kantor start-up disana untuk posisi HR Job Analyst bersama dengan temannya.

Awalnya Aisyah ragu, ia ragu untuk meninggalkan abi dan umminya di Medan. Namun, setelah beberapa hari berpikir, Aisyah merasa ini adalah sebuah peluang yang bagus untuk dirinya bisa mengembangkan kemampuannya dan memberikan pengabdian yang baik untuk orang tuanya.

Aisyah tersenyum, sebuah senyuman yang begitu manis bak buah syurga yang menenangkan. Kedua matanya bersinar begitu cerah saat ia menatap abi dan umminya.

Perlahan Aisyah beringsut, memegang tangan kedua orang tuanya dengan hangat dengan senyuman manis dan mata yang masih berbinar terang.

"Ummi, Abi, Aisyah sudah memikirkan ini semua dengan penuh hati-hati. Kemarin malam, Aisyah bermimpi bertemu dengan sebuah cahaya terang tepat di Jerman. Aisyah rasa ada sesuatu yang baik untuk Aisyah disana." Jelasnya pelan-pelan.

"Abi.. izinkan Aisyah untuk bekerja disana ya? Insyaallah Aisyah bisa menjaga diri dengan baik." Pintanya dengan penuh kelembutan.

Ummi dan abi saling bertukar tatap. Abi menghela nafasnya panjang, "Kalau kamu memang yakin dan bisa menjaga diri, abi izinkan kamu untuk merantau nak." Ucapnya.

Aisyah langsung tersenyum senang dengan penuh keceriaan, "Alhamdulillah.." ucapnya.

Pandangan Aisyah beralih kepada umminya yang masih terlihat berat untuk memutuskan. Guratan dalam di kening umminya dan kedua mata yang terlihat sayu dan penuh keraguan cukup menjelaskan kepada Aisyah bagaimana berat umminya untuk mengizinkannya pergi.

"Ummi.. Aisyah mohon restu dari ummi. Tidak cukup restu dari abi untuk memberikan perlindungan dan keselamatan untuk Aisyah selama disana. Aisyah butuh restu dari abi dan juga dari ummi." Jelasnya.

Aisyah memeluk umminya dengan hangat, "Ummi tau satu hal?" Tanyanya.

Ummi menggelengkan kepalanya, "Tidak, ummi tidak tau. Apa itu?" Tanyanya balik.

Aisyah tersenyum dalam pelukan hangatnya dengan ummi, menyeruak ke ceruk leher terdalam umminya yang berbalutkan hijab lebar dan menghirup dalam-dalam aroma umminya yang sangat menenangkan.

"Aisyah paling suka aroma tubuh ummi. Menenangkan dan nyaman sekali." Ucapnya.

*****

Dua minggu kemudian....

"Kamu jaga diri baik-baik disana ya nak. Ummi akan selalu mendoakan kamu disini agar kamu selalu dilindungi Allah dimanapun kamu berada." Ucap umminya.

Sekarang Aisyah tengah berada di bandara Kuala Namu bersama dengan kedua orang tuanya untuk mengantarkan keberangkatannya ke Jerman yang dijadwalkan take off satu jam lagi.

Cinta Aisyah (The Story of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang