"Siapa kalian?"
Suara tiba-tiba muncul entah dari mana membuat mereka terkejut dan mencari-cari asal suara itu. Mereka melihat sekitar dengan perasaan was-was.
"Aku di atas."
Mereka dengan cepat mendongakkan kepala mereka. Seorang perempuan di atas, menatap ke bawah ke arah mereka dengan tatapan tajam. Para gadis sudah saling merangkul. Leo memberanikan diri maju lalu menunduk untuk meminta maaf pada perempuan itu. "Maaf atas kelancangan kami, Nona. Kami tidak bermaksud memasuki kediamanmu tanpa izin. Kami pikir rumah ini tidak ada pemiliknya, jadi kami berani masuk ke sini dengan maksud sekedar berteduh."
Perempuan itu terdiam sebentar lalu turun melewati anak tangga. Suara alas kaki yang bergesekan dengan lantai membawa sengatan aneh pada tubuh mereka berenam, alhasil mereka pun merinding.
Sampailah perempuan itu di hadapan mereka, tepatnya di depan Leo. Perempuan itu menatap Leo Intens dari atas hingga bawah dan berganti menatap mereka satu persatu. Wajahnya datar, tidak ada senyum ramah sama sekali. Perempuan itu rupanya sama misteriusnya dengan rumah ini.
"Kalian tersesat?" Tanya perempuan itu.
"Sebenarnya tidak atau iya ...? Tujuan kami sebenarnya bukan ke pulau ini. Tapi karena ada kerusakan pada kapal yang terjadi gara-gara badai tadi, jadi kami memutuskan untuk mencari tempat berlindung dan kami akhirnya menemukan pulau dan rumah ini," Jelas Leo panjang lebar.
Perempuan itu diam sekali lagi, kemudian menyuruh mereka mengikutinya menggunakan isyarat mata untuk menaiki tangga yang sebelumnya ia lewati. Dengan ragu, mereka mengikuti perempuan tersebut dan berhenti di depan pintu sebuah ruangan. "Kalian bisa menginap di sini kapan pun kalian mau. Akan aku tunjukkan kamar kalian. Namaku Leona. Panggil saja aku jika butuh sesuatu."
Perempuan itu kembali menggiring mereka ke ruangan demi ruangan yang akan menjadi kamar mereka. Setelah itu, perempuan yang bernama Leona itu pun pergi. Leo menatap Bella dengan tatapan bertanya. Bella mengangkat bahunya sebagai balasan.
"Teman-teman, sepertinya kita disambut baik oleh pemilik rumah ini. Beliau sudah berbaik hati mengizinkan kita tinggal di rumahnya. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan ini," Ujar Ferdy kepada teman-temannya.
Mereka saling berpandangan dan mengangguk setuju. Mereka pun pergi ke kamar masing-masing. Para anak perempuan memilih untuk satu ruangan saja dengan alasan takut.
Bella, Anna dan Gladis membuka pintu kamar mereka. Mereka bertiga nampak takjub setelah melihat isi kamar tersebut. Kamar yang luas dengan ranjang King Size. Lampu yang menggantung indah di langit-langit kamar, lemari besar, sofa panjang di dekat jendela yang menyuguhkan pemandangan rimbunan pohon dan juga kamar mandi dalam.
Gladis membanting tubuhnya ke kasur empuk di sana, lalu mendesah ringan. "Kasur yang empuk! Hey, kalian tidak mau bergabung denganku?"
Bella dan Anna tak menghiraukannya karena sibuk mengeluarkan barang-barang mereka dari tas. Menyimpan tas kosong mereka di samping ranjang setelah menata barang-barang mereka. Bella dan Anna bergabung bersama Gladis di kasur.
"Aku dari dulu bermimpi punya kamar seperti ini," Celetuk Gladis memecah keheningan di antara mereka. Bella mengiyakan perkataan Gladis tersebut.
"Memang benar kamar ini luas, tapi menurutku norak tanpa ada poster anime satu pun, he he ...," Gurau Anna. Bella dan Gladis menatapnya seolah berkata, 'dasar wibu!'
"Tapi aku heran, kenapa rumah besar dan sebagus ini hanya ada satu orang saja dan di tengah pulau aneh ini pula. Apa kalian berpikir tentang itu juga?" Ucap Bella, menatap Anna dan Gladis bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery Island (On Going)
HorrorEnam remaja memiliki hobi yang sama yaitu berpetualang. Kapal yang mereka tumpangi, mengalami kerusakan mesin akibat badai, sehingga mereka harus berlindung sementara di pulau aneh yang terdapat satu rumah misterius. "Rumah di tengah pulau seperti...