1; Bertemu Kembali

220 46 7
                                    

Di tengah asyik dan fokusnya seorang guru muda itu membimbing serta mendampingi satu per satu siswanya mengerjakan tugas, tiba-tiba saja bel berbunyi, tanda bahwa jam pelajaran telah berganti. Kedua kakinya yang terbalut pantofel ber-hak itu seketika terhenti melangkah mengitari kelas.

Suara riuh seketika menyapa gendang telinganya karena pelajaran di kelas telah usai, kini waktunya mata pelajaran bahasa Inggris, yang pelaksanaannya selalu dilakukan di luar kelas, yaitu di perpustakaan sekolah.

Tentu saja siswa-siswinya merasa girang bukan main. Sebagai seorang guru, ia sedikit banyak mengerti karakteristik siswa, terutama siswa-siswinya yang kini berada di kelas 2 sekolah dasar. Mereka cenderung bosan jika pembelajaran terus dilaksanakan di ruang kelas, jadi saat ada pelajaran yang pelaksanaannya di luar kelas, anak-anak kelas 2 pasti senang bukan kepalang.

"Semua alat tulis dan bukunya segera dimasukkan, pastikan nggak ada yang tertinggal! Setelah ini pelajaran bahasa Inggris di perpustakaan," Katanya memberi instruksi.

Tak ada yang menjawab, seakan-akan kedua telinga itu hanya aksesoris di kepala mereka semua. Guru muda itu hanya menggeleng dengan senyuman, tak merasa sakit hati ataupun kesal karena ia paham kalau para siswanya hanya merasa begitu bahagia untuk keluar dari ruangan kelas yang bagi mereka mungkin terasa seperti penjara ini.

Ia pun pernah muda, ia pernah jadi siswa sekolah dasar. Ia mengerti dan ia paham.

Memantau siswa-siswinya dari depan kelas dan mendapati kalau semuanya telah membereskan semua barang yang tadinya digunakan untuk menuntut ilmu, guru muda dengan rambut yang dikuncir satu itu segera melakukan pembiasaan yang sebisa mungkin harus selalu ia terapkan sebelum siswa-siswinya meninggalkan kelas, yaitu berdoa, baik sebelum atau sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran.

"Seperti biasa, pergi ke perpustakaannya yang rapi, berbaris! Nggak boleh berisik soalnya kelas yang lain masih pelajaran, harus langsung ke perpustakaan, nggak boleh mampir mampir," Pesannya setelah kegiatan doa usai, "Terus nanti pulangnya hati-hati, ya! Jangan lupa tugas yang tadi belum selesai diselesaikan di rumah, besok kita bahas sama-sama. Paham?"

"Paham, bu Raya cantik!" Seru siswa-siswinya serentak dengan keras membuat guru muda yang kerap dipanggil 'Bu Raya' itu terkikik geli.

"Pinter! Yaudah, sana cepetan ke perpustakaan, nanti miss Hani kasian kalau nunggunya kelamaan," Ujarnya bermaksud menyuruh seluruh siswanya untuk segera meninggalkan kelas.

Saat siswa-siswinya satu per satu hendak meninggalkan kelas, Raya berdiri di ambang pintu dan siswanya dengan rapi berbaris untuk bersalaman dengannya. Kegiatan ini juga jadi salah satu kegiatan yang selalu Raya biasakan, yaitu bersalaman sebelum pulang.

Hingga saat siswi terakhirnya hendak bersalaman, Raya menghentikan gadis kecil itu sambil berkata, "Sena, jangan lupa belajar untuk olimpiade matematika-nya, ya! Acaranya udah minggu depan."

Salah satu siswi berprestasi bernama Sena itu membuat gestur hormat, "Siap, bu Raya cantik! Sena udah nambah jam les kok, bu! Tenang aja, sesuai perkataan Bu Raya, Sena belajar sebisa Sena."

Raya tersenyum dan mengangguk, "Jangan belajar terus, nanti pusing! Belajar sebisa Sena aja, berusaha semampu yang Sena bisa. Kalau juara ya syukur, kalau kalah ga boleh berkecil hati. Oke?"

Kali ini siswi itu mengacungkan jempolnya, "Oke, bu!"

"Yaudah, sana!"

Sedetik kemudian Sena berlarian meninggalkan Raya dan kelas untuk bergabung bersama teman-temannya yang sudah melangkah jauh di depan sana menuju perpustakaan sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Try AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang