Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
———
"Jihoon, junkyunya di jagain ya?, dia kan jodoh kamu" . Itu perkataan aneh yang pertama kali jihoon dengar dari orang tuanya saat berusia tujuh tahun. Juga saat pertama kali ia di pertemukan dengan sosok bernama Kim Junkyu.
"Iya mamah," Jawaban yang jihoon berikan atas dasar kepolosan seorang bocah kepada orang tuanya.
Saat ia hendak pergi bermain dengan teman-teman sirkel nya, Junkyu selalu merengek minta ikut, dan kalau ia tidak mau menuruti rengekan bocah berkulit putih itu, pasti kedua orang tuanya akan berkata;
"Jangan gitu ah jihoon sayang, junkyu kan jodoh kamu?... Ajak main dong..."
"Iya mamah, yuk junkyu, tapi jangan ngeribetin ya!?"
"Iya, janji deh!"
Selalu begitu!.
——
"Papa, aku boleh pacaran nggak?"
Jihoon baru kelas enam saat mengatakan hal itu. Wajahnya penuh rona tatkala menghadap ayahnya yang sedang asyik menyaksikan saluran acara di Utube.
"Eh? Kok kamu udah tahu pacar-pacaran?." Hidung jihoon di cubit gemas. Sehingga anak itu terkikik malu.
"Tau dong pa! Aku suka banget sama dia pa~"
"Kamu udah mulai suka junkyu?"
"Loh kok junkyu sih pa!? Aku tuh suka sama cewek sekelas ku pa~"
Ayahnya langsung terdiam tatkala mendengar elakan putranya, sedangkan ibunya yang tadi terdengar ribut berkutat di dapur sontak berhenti dan memunculkan kepalanya.
