Jeno melangkah santai menelusuri lorong kampus yang lumayan ramai. Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi dan dua puluh menit lagi ia memiliki jadwal mengajar.
Selama perjalanan, tak jarang ia mendapatkan sapaan dari mahasiswa yang kebetulan mengenalnya. Senyum tipis dan anggukan kecil ia berikan sebagai balasan.
Lee Jeno, dokter bedah yang selama tiga tahun belakangan berubah haluan menjadi dosen di salah satu universitas kenamaan di ibu kota. Hengkangnya Jeno dari pekerjaannya sebagai dokter sebenarnya disayangkan banyak orang karena Jeno termasuk dokter muda yang sangat terampil. Di usianya yang ke dua puluh depan tahun ia sudah berhasil dinobatkan menjadi dokter bedah ternama.
Namanya sering berkeliaran di dunia kedokteran karena ia sering mengisi seminar. Selain itu Lee Jeno juga memiliki paras yang rupawan membuat siapapun mau repot-repot menoleh saat ia melintas. Akan tetapi, hampir kehilangan orang yang ia cintai di atas meja operasi ternyata membuat dampak besar dalam diri Jeno.
Jeno yang saat itu bertugas menjadi pemimpin operasi hampir gagal menyelamatkan sang terkasih. Bunyi sumbang mesin pendeteksi jantung malam itu membuat si tampan berdiri bergetar hingga harus digantikan karena kondisinya yang cukup buruk.
Sejak saat itu, Jeno memutuskan untuk menjadi dosen saja, menjauhi meja operasi dan segala tetek bengeknya.
Dering ponsel menggema tepat saat kelas Jeno selesai, pria tampan itu menutup kelas dengan cepat, mempersilahkan mahasiswanya untuk keluar kelas sebelum merogoh ponselnya yang sejak tadi masih berdering dengan nada khusus di saku tas kerja.
Senyum tipis terbit dari kedua bilah bibir Jeno saat telinganya menangkap suara manja dari sebrang telpon.
"Iya sayang, kelasku udah selesai ini." Jawab Jeno sembari memasukkan barang-barang nya kedalam tas.
"Iya, aku jemput kamu dulu baru kita belanja ya?"
"Oke see you sweetheart."
Panggilan terputus lalu Jeno bergegas pergi, ia harus mengurus beberapa hal terlebih dahulu di rektorat sebelum menjemput istri cantiknya.
---
Jeno melambaikan tangannya saat matanya bersibobrok dengan sosok tampan juga cantik yang baru saja keluar dari gedung agensi.
Kedua tangan Jeno merentang lebar, menunggu kedatangan sang pujaan hati yang tengah berlari kecil ke arahnya. Senyumnya mengembang lebar saat akhirnya tubuh si cantik berada dalam dekapannya.
"I miss you"
Tawa renyah datang dari si cantik mendengar ucapan Jeno padahal mereka hanya berpisah beberapa jam saja.
"Cuma beberapa jam dan kamu udah kangen sama aku."
"Emang enggak boleh?"
"Boleh, boleh banget."
Keduanya masih betah berpelukan sampai seorang pria manis lain berjalan tergopoh-gopoh ke arah mereka.
"Na, ini ketinggalan." Ucap si pria manis yang baru saja datang sembari menyodorkan satu paper bag dengan logo brand ternama.
"Oh iya, makasih Ren."
"Oke, gue kirim schedule ke email lo, jangan lupa check. Dah sana pulang kalian jangan pelukan di sini, berabe kalo ada wartawan."
Jeno terkekeh sedangkan Jaemin yang masih berada dalam rangkulannya sudah bersemu.
"Yaudah kita balik ya ren, thanks udah jagain Nana."
"Yoi santai bro, jangan lupa minum vitamin Na, tidur yang cukup ok?"
"Iya bawel."
Jaemin melambaikan tangannya pada Renjun -sang manager, sebelum masuk kedalam mobil.
---
"Gimana kalau kita makan pasta malem ini?" Tanya Jaemin sembari menunjukkan sebungkus pasta mentah pada Jeno.
Sesuai rencana, saat ini mereka berada di salah satu pusat perbelanjaan untuk membeli bahan makanan yang sudah habis.
"Boleh sayang, apapun masakan kamu pasti aku makan." Jawab Jeno sembari membenahi topi dan masker yang dikenakan sang terkasih.
Jaemin tersenyum kecil, kemudian memastikan kembali semua barang yang sudah ia masukkan ke keranjang belanja.
"Oke, udah selesai. Ayo bayar."
"Yuk, habis ini kita ke rumah sakit ya? jadwalnya kamu kontrol sama beli beberapa vitamin yang udah habis."
Helaan nafas terdengar dari mulut si manis.
"Ga bisa di skip?"
"Jangan dong, sebentar aja kok ok?"
Jaemin hanya mengangguk sembari meraih tangan Jeno yang sudah terulur ke arahnya, minta digandeng.
---
Jeno tak pernah bosan memandangi wajah damai Jaemin. Hari sudah pagi, bahkan hampir siang tapi keduanya masih betah di atas kasur. Tadi pagi-pagi sekali mereka sempat bangun untuk sarapan sebelum kembali tidur karena Jaemin sedang tidak ada pekerjaan dan Jeno baru akan ke kampus pukul tiga sore.
"Sayang, bangun. Bentar lagi waktunya makan siang."
Jeno mengusap lembut surai coklat madu si manis, mencoba membangunkan Jaemin untuk makan siang.
Kedua mata indah dengan bulu mata lentik itu terbuka, menampilkan manik coklat jernih yang begitu mempesona.
"Udah siang?" Tanya Jaemin sembari menaikkan setengah tubuhnya, bersandar pada kepala ranjang disusul dengan Jeno yang langsung membawa kepalanya ke atas pangkuan si cantik.
"Tadi Renjun telfon, dia nanti malem mau kesini bawain beberapa berkas kerjasama produk yang harus kamu tandatangi."
"Oke, kamu kelas jam berapa?"
"Jam tiga, cuma dua sks abis itu aku langsung pulang."
Jaemin mengangguk sembari mengusap surai Jeno yang sudah panjang.
"Kamu waktunya potong rambut."
"Iya, nanti potongin ya?" Jawab Jeno sembari mengubah posisi menjadi terlentang, kini ia bisa melihat wajah si cantik dengan leluasa.
"Iya, yaudah aku mau masak dulu buat makan siang, kamu juga mandi gih abis ini ke kampus."
Jaemin mengangkat kepala Jeno dengan perlahan, memberi usapan lembut dan kecupan panjang di sana sebelum bangkit untuk membuat makan siang. Sedangkan Jeno masih belum ada niatan beranjak, waktu menunjukkan pukul dua belas lebih tiga puluh menit jadi masih ada beberapa jam sebelum kelasnya mulai. Jadi ia memutuskan untuk tetap bermalas-malasan di atas kasur sembari memainkan ponselnya.
Tangan penuh otot Jeno bergerak lincah di atas layar ponsel, melihat-lihat akun sosial Jaemin dan menyukai seluruh postingan di sana. Hal itu sudah menjadi kebiasaan Jeno, bahkan ia membuat Twitter dan sosial media lainnya hanya untuk memberi dukungan pada snag terkasih.
Setelah selesai memberi 'like' pada postingan Jaemin, Jeno berniat bermain game namun satu cuitan yang masuk ke timeline nya berhasil menarik perhatian nya.
Sebelah alisnya mengernyit saat akunnya beberapa kali ditandai di beberapa cuitan bahkan namanya sudah sangat ramai disebut.
Mata sipitnya terpaksa terbuka lebih lebar saat melihat fotonya dan Jaemin yang tengah belanja kemarin terpampang di base kampus.
Jeno menegakkan tubuhnya, jemari panjangnya menggulir layar ponsel membaca satu persatu komentar yang sebagian besar berisi kalimat negatif.
---
TBC