BDA - 03

548 56 1
                                    

Masih dengan malam yang sama, tidak ada inisiatif yang ingin mereka berhentikan pada aktivitas malam ini.

"Zeev kita pulang yuk, Bunda udah nanyain."

"oh ya?"

"iya... Nginep yaa sekalian, Bunda nanyain kamu."

Shelia langsung tidak mengeluarkan suara nya lagi kali ini, dia sudah cukup merasa lelah dan ngantuk setelah beberapa jam menghabiskan waktunya untuk berkeliling di kota yang ia tinggali sekarang. Malam ini menjadi malam yang sangat dingin baginya

"Dingin.." bisik Shelia

Tangan Shelia benar-benar dingin sampai ia berkali-kali menempelkan tangannya pada wajah dihadapan laki-laki yang membelakangi dirinya karena sedang mengendarai motor.

"Duh, Shel jangan ditempelin ke muka dingin tau." Shelia hanya tertawa atas kejahilan yang ia berikan kepada Zeevi

Kini tangan nya berpindah posisi ke bagian dalam kantong jaket yang Zeevi pakai agar merasa sedikit lebih hangat. Wajahnya bersandar dibagian punggung belakang, sesekali Zeevi juga memasukan tangannya ke dalam jaket yang ia kenakan untuk sekedar mengusap tangan Shelia yang terasa dingin.

"Tidur aja Shel, nanti kalo udah sampe aku bangunin."

Puluhan teori. Ratusan persoalan. Jutaan sensasi, dan Miliaran ingatan serta Triliunan perasaan. Semuanya terjebak menjadi satu dalam diri yang tak tau harus melakukan seperti apa nantinya. Di kehidupannya sekarang, ia merasa kosong dan tidak ingin memiliki harapan apapun. Baginya kini terasa seperti aliran air yang entah akan membawanya ke mana.

"Shel kita udah sampe, bangun yuk."

tidak ada respon dari Shelia membuat Zee berkali-kali harus menepuk kaki nya agar bisa terbangun. "Eughh...kita mau kemana Zee?" tanya Shelia dengan suara seraknya

"Kemana apanya kita udah didepan rumah kamu ini."

Shelia yang masih belom tersadar sepenuhnya turun dari motor Zee, lalu berjalan pelan ke depan pintu rumahnya. Zee yang melihat Shelia masih dalam keadaan ngantuk hanya bisa menahan tawa.

Tok
Tok
Tok

Ketukan ketiga membuat pintu rumahnya yang kini sudah terbuka oleh sosok Perempuan paruh baya.

"Loh Shel, kamu sendiri? Zee mana? itu terus ngapain kamu masih pake helm." tanya Bunda Shelia

"Abis parkirin motor Bun," ucap Zee yang baru datang dari halaman belakang

Zee masih melihat teman kecilnya ini setia diam berdiri didepan pintu dengan helm yang masih terpakai dikepalanya.

"Siniin dulu helmnya Shel, kamu kalo abis bangun tidur pasti blah bloh terus." kata Zeevi

Zee melepaskan pengait helmnya dari Shelia, sementara Shelia hanya terdiam sambil menatap wajah Zeevi dengan ekspresi yang masih mengantuk. Ketiga nya kini telah masuk ke rumah, berbeda dengan Shelia yang langsung berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya tanpa mengatakan apapun.

"Zee kalo kamu laper ambil dari kulkas ya, nanti tinggal dipanasin aja. Bunda tinggal dulu ke kamar "

"Iya Bun..."

Jika hidup dikota dimana ia dibesarkan, semua yang ada dipikirannya cukup berada di satu titik. Ini bukan cuman perihal dirinya yang tumbuh dari kecil sampai besar, tapi karena sebutan kota istimewa adalah saksi dimana Zeevi bertemu orang-orang yang disebut sebagai keluarga.

Waktu semakin malam, Zeevi menghempaskan segala keraguan yang ada dipikirannya. Dia berjalan keatas untuk menuju kamar tempatnya ber-istirahat, dibuka pintu secara perlahan agar tidak menimbulkan suara yang bisa mengusik waktu istirahat Bunda Shelia dan Shelia. Tiba-tiba matanya menangkap sosok yang tengah tertidur diatas kasur tanpa menggunakan selimut.

Apakah dirinya salah kamar? Setelah mengecek keluar sekali lagi untuk melihat board yang menggantung di pintu tertulis nama ; Z yang artinya Zeevi. Tidak ada yang salah dengan kamar yang ia masuki sekarang, memang sedari kecil dirinya sering menginap dan Bunda nya Shelia membuatkan kamar khusus untuk Zee agar tidak terus sekamar dengan Shelia jika akan menginap.

Mungkin ini efek ngantuk dari Shelia yang selalu membuatnya tidak memperhatikan hal sekitar. Zeevi tidak ingin mengambil pusing, dan tidak mungkin juga baginya untuk membangunkan sosok yang sudah tertidur. Dirinya mengunci pintu kamar dan berjalan menuju sofa kecil yang tertata di dalam kamar, sebelum menuju ke sofa, Zeevi memperhatikan sedikit wajah Shelia yang tengah tertidur.

Tangannya terangkat bebas membenarkan sedikit posisi tidur Shelia yang menurutnya kurang nyaman. "Kamu jangan tidur disofa," bisik Shelia serak

Zeevi sontak kaget mendengar suara Shelia, "Kamu belom tidur, Shel?"

Shelia hanya bergeser untuk memberi space kepada Zeevi agar bisa tidur dengannya sembari menepuk-nepuk pelan kasur. "Sini buruan,"

"A-aku tidur di sofa aja ya, gaboleh tidur berduaan dikasur." ucap Zeevi tidak lagi menatap Shelia

Shelia hanya mendengus kesal mendengar respon yang dikeluarkan, tidak mau berlama-lama dirinya menarik Zeevi secara paksa untuk tidur satu kasur.

"Malam ini aja sebelum kamu ke Jakarta, aku cuman mau peluk."

Kini keduanya benar-benar berada di dalam satu kasur, Shelia yang memakai tangan Zee sebagai bantalnya dan memeluk dengan posisi memiringkan badannya. Sedikit ada kegugupan yang
dirasakan oleh Zee sekarang, mungkin gambaran saat ini mereka tidak seperti teman masa kecil lagi melainkan seperti orang yang sudah lama berpacaran.

Keduanya sama-sama sudah mengenal lama, tidak ada lagi hal yang bisa ditutupi dari Zeevi maupun Shelia, tapi rasanya seperti ada garis pembatas yang membuat keduanya tidak bisa lebih dari kata teman masa kecil

"Selamat bobo, Shel"













BUMI DAN ABADI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang