SUNG HANBIN: Their story

47 5 0
                                    


'CERITA TENTANG AKU BUKAN DIA'

'CERITA TENTANG AKU BUKAN DIA'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

Kalau ditanya hubungan apa yang aku butuhkan saat ini, saat ini lebih nyaman mencari teman komunikasi. Entah terikat satu hubungan yang tidak pasti ini, membuat hubunganku dan hubungannya menjadi hubungan tanpa status. Aku sendiri ga pernah paham, kenapa kita lebih nyaman seperti ini, bahkan apakah aku adalah cadangan saja?

Aku mengusap wajahku, aku terbangun di tidur yang lama. Hari ini aku bener-bener terlalu banyak untuk tidur. Aku melihat arah jam dan ternyata sudah jam 11 siang, aku baru ingat kalau aku ada janji. Aku pun bersiap-siap dan pergi, namun aku berhenti ketika tetanggaku datang dan tersenyum kearahku.

"Hai?" ucapnya sambil membawa kresek yang berisi keperluan mingguan. Sepertinya baru pulang belanja, idaman sekali. Pagi-pagi udah dibelanjain, aku pun menampar pipiku melihatnya, ah, aku kurang konsentrasi. Aku malu, dan aku cuma menunduk. Aku langsung pergi meninggalkannya. Aku malu sekali.

Aku malu dengan kondisiku baru bangun, niatnya mau pergi. Dandan alakadarnya, keluar dengan catatan ingin memperbaiki penampilan di mobil, malah ketemu Hanbin yang lagi pakai pakaian rumahan. Ya walaupun kami tinggal samping-sampingan, interaksi kita tidak banyak. Aku cuma tahu Hanbin suka ngomel-ngomel bahkan suaranya terdengar sampai bilik apartemenku.

Mungkin hubungannya dengan pacarnya tidak baik, Aku pun jalan nyelonong aja setelah dia menyapaku. Aku tidak mau dicap sebagai pelakor, tidak mau dicap aneh-aneh. Hanbin sama aku juga ga sedekat itu, jadi buat apa jika kita terlalu banyak tebar pesona. Aku tidak mau masalah ini makin rumit.

Hanbin terlalu terkenal. Pacarnya juga cantik.
.
.
.
.
Keesokan harinya , suara Hanbin terdengar lagi. Ia sedang marah-marah, kamu bayangin aja. Gimana ga takut Hanbin marah-marah, nama gadis itu diucap berulang kali. Namanya Kak Minyeon, dia adalah teman seangkatan denganku, eh, dia kakak kelas yang cuti, jadinya kita seangkatan. emang dia terkenal, penyanyi juga.

Mereka terkenal dekat namun, apa hanya aku saja kalau gatau mereka itu pacaran? atau emang mereka pacaran?

Tentu aku menolak realita dengan alasan emang Hanbin ganteng, cuma tidak untuk dimiliki. Kalau ditanya aku jomblo apa engga, nanti diakhir juga lanjutannya. Sepertinya Minyeon sudah menjadi salah satu bagian hidup Hanbin saat itu. Iya gak sih,m?

Aku mendengar beberapa barang dibanting, entah apa itu. Intinya suara Hanbin bingung, keras tetapi kok menghilang?

Aku berinisiatif untuk keluar kamar dan mengintip kearah pintu samping, ternyata memang terbuka. Hanbin sedang duduk kedua kakinya, ia menangis? Kondisi kamar Hanbin sedang berantakan.

Aku terlalu bodoh, mengapa sekarang aku berada di hadapannya dan peduli. Bahkan ia tidak pernah menganggapku, Ia menatapku, dan ia melihat kearahku, ia memelukku sambil mengucapkan, "Maaf kak Minyeon.." ia mengusap punggungku, ia masih menangis. Ia menganggapku kak Minyeon, lagi-lagi gadis itu terpanggil namanya berulang kali. Sepertinya benar, ia hanya ingat Minyeon, bukan aku.

"Inget Hanbin aku bukan Minyeon.." pikirku saat itu, sepertinya Hanbin tak sadar. Aku memindahkannya ke kasur saja. Apartemen milik Hanbin kecil, tipe studio. Hanya tempat tidur, meja belajar dan lemari,tv dan dapur mini. Tidak ada yang spesial,

Hanbin tertidur pulas setelah itu, aku sebenarnya berpikir, seberapa ngelantur anak ini. "Kak, kamu kemanaa.." ucapnya lagi, ia menarikku. Bahkan aku melihat kearahnya, Hanbin dengan kondisi terpejam mata saja, aku tidak bisa menolaknya.



.
.
.
.

Namun setelah keesokan harinya, aku selalu mendapati Hanbin tidak tersenyum kepadaku. Entah heran, kenapa hari ini kita keluarnya bareng. Kali ini dia menggunakan setelan pakaian kuliah. Baru saja ia ingin menyapa kembali, rasanya aku pengen lari.
Namun Hanbin menahanku, "Maaf tapi kunci apartemenmu masih tercantol di pintumu.." ucap Hanbin, aku mengambil kuncinya dan menaruhnya di dalam tas.

Aku sebenarnya juga takut bertanya, soalnya masalah kemarin. Apakah ia sadar atau benar-benar melantur kemarin? Aku pun menjalani urusanku sendiri.
.
.
.
.

Hari ini bukan hari yang baik untukku, it's not my day, hari ini bukan aku harapkan. Aku kembali bertemu Hanbin di kantin belakang bersama kak Minyeon lagi bertengkar. Entah hubungan mereka ini lagi panas atau bagaimana, intinya yang aku dengar cuma satu 'penjelasan'.

Entah aku sebenernya pengen pergi lagi, tetapi langkahku terhenti ketika ada yang mengikuti pergerakanku. Aku mendapati wajahnya yang cukup dekat lekat, ia menaruh tangannya di mulutku. Lalu menarikku. Dia membawaku ke sebuah tempat. Aku sama sekali tidak mengharapkan bahwa ia datang padaku di saat waktu yang tidak tepat ini. Aku mau menangis, aku takut aku gemetaran.

"Ohh jadi ternyata lo suka sama Hanbin.."ucapnya lagi, dan aku cuma bisa bilang ke dia. Aku benci padamu. Aku takut, jika orang yang dihadapanku marah, aku tahu dia siapa, dan aku tahu alasannya kenapa dia marah. Iya, dia cowok yang dekat denganku. Dia bisa dibilang pacar namun bukan pacar saat ini, selalu diam aja ga banyak ngomong, aku lelah diperlakukan seperti ini.

Aku mengernyit dahiku, aku tidak paham. "Aku? menyukai Hanbin gila aja.." ucapku mengelak mentah-mentah aku menyukai Hanbin, notabene pacar orang kak Minyeon. Tentu tidak. Aku mengelak, namun bibir ini gemetaran, dia marah, dia ga terima. Kenapa responku begini. Ah, aku tidak terima.

"Cihh, masih ngelak kamu.." ucapnya sambil merangkulku, ia tidak memukulku, mengusap rambutku pelan lalu mencium rambutku. Aku bingung, benar-benar bingung, dia seperti ini, ahh. kenapa seperti ini. Aku melihat kearahnya, dan tatapan kita bertemu. Aku bisa mendengarkan degupan jantung miliknya, sepertinya ia cemburu.

"Aku minta maaf Jeong, bener-bener minta maaf." ucapku sambil menatapnya lagi. Benar, tanpa aku sadari aku memang banyak memperhatikan orang lain. Namun bagaimana dengan cowok ini? Dia sepertinya tetap begini-begini saja.

Dia menarik nafas pelan, "Kemarin aku ke apartemen, ngelihat kamu dipeluk Hanbin. Makanya aku pulang." aku juga salah, mengapa aku peduli tentang Hanbin sementara masih ada seseorang yang selalu ada untukku walaupun dia tidak memberikan kepastian. Aku pun menceritakan bahwa aku hanya berniat membantunya, namun di sisi lain aku tidak sadar diri.
"Sekarang masih ngintip Hanbin lagi bertengkar sama Kak Minyeon, apakah masih bisa ngelak?" skak mat sudah harapanku. Aku tidak tahu harus berbicara, namun dia tertawa pelan dan menggelengkan kepala.

Sepertinya dia bakal semarah itu, namun nyatanya tidak. "Lain kali jangan gitu ke cowok lain okay? Mungkin Hanbin habis minum.. biarlah setiap cerita orang memang rumit. Entar kalau kamu kenapa-kenapa bagaimana? Kamu mau diapain sama Hanbin entar gimana?"tambahnya dan tumben saja si batu ini banyak bicara dan maunya. Ia tumben bersikap seperti ini.

"Tapi bagaimana dengan ceritamu? Apakah aku pernah jadi peran utama diceritamu?" ucapnya sambil merangkulku, membawaku kedekapannya.

Intinya aku tersadar, Jeonghyeon selalu ada untukku, namun ceritaku selalu tentang Hanbin, bukan dia.

FIN

FIN

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

FT. Lee Jeonghyeon EVNNE





EDISI SHORT STORY
NEXT?

Choose your Fav || ZB1 verWhere stories live. Discover now