47. Balada Hati

3K 310 16
                                    

Jangan lupa vote dan komen.

Bisa nggak vote-nya tembus 500?

Coba dong tembusin 500, biar aku semangat nulisnya.

Ehe.

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















"Mas Faro kenal Max sama Cindy?"

Pria di depannya mengangguk sambil menyungging senyum tipis.

Tak heran jika relasi Maxime dan Cindy ada di mana-mana. Mereka memang kombinasi pasangan yang pas. Max seorang seniman yang cukup kontroversial. Kecintaannya terhadap visual grafiti dengan teknik stensil yang mengandung satir, sarkasme, dan dark humour, berhasil diterima masyarakat yang juga mengeluhkan ketimpangan hukum. Namun, tak banyak yang tahu siapa Max sebenarnya. Cucu dari seniman legendaris, sekaligus putra tunggal mantan wakil presiden itu memilih menyembunyikan identitas, karena tidak ingin keluarganya kena imbas, walau berkali-kali dilarang sang ayah, Max tetap mengembangkan kreatifitasnya tersebut.

Sementara Cindy ... setahu Nada, dia seorang penulis kontroversial, sama seperti dirinya. Bedanya, tidak ada yang tahu siapa Black Rose. Mungkin kalau ada, Nada akan menggeser popularitas Cindy, Max, bahkan Janu. Tapi Nada memilih bersembunyi di balik nama Black Rose, sebab ia ingin dikenal lewat karya. Sudah cukup stigma janda muda, membuatnya jengah dan putus asa. Biarlah karya menjadi pengalih penat.

"Kalau dibilang kenal secara personal sih enggak," jelas Faro. "Cuma pernah ketemu beberapa kali, karena ibu kita saling kenal," lanjutnya. Menatap Nada lebih lekat sebelum topik berpindah. "Oh ya, tadi saya mampir ke apotek. Tapi nggak ada kamu. Terus saya tanya Kae, katanya kamu resign. Kenapa?"

Terbit ringisan kecil di bibir Nada selagi kepalanya mengangguk pelan. "Maaf sebelumnya, Mas," gumamnya. "Bukannya saya nggak menghargai bantuan Mas Faro, tapi ... ada beberapa hal yang kemudian saya pertimbangkan." Jeda, napasnya dihela panjang-panjang. "Tapi saya nyaman kok di sana. Fika, teman saya baik. Mas Kae juga humble orangnya."

"Kamu nggak naksir dia, 'kan?" tembak Faro.

Disambut tawa ringan Nada. "Enggak lah, Mas."

"Bagus deh." Faro tersenyum simpul. "Dia udah punya tunangan."

Nada mengangguk membenarkan. "Iya, saya tahu."

"Terus, kalau kamu sendiri gimana?" singgung Faro, berdeham.

Memancing kerutan di dahi Nada. "Maksudnya?"

"Kamu lagi deket sama siapa?" Faro mengerjap, lalu mengikis jarak. Menatap Nada dengan serius. "Atau ... mau rujuk sama Janu?" Satu alisnya terangkat. "Soalnya saya lihat, Janu belum bisa move on dari kamu."

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang