Prolog.

126 7 6
                                    

Sebelum membaca, alangkah baiknya memvote dan berkomentar dibawah, supaya author tidak malas untuk membuat cerita selanjutnya.

jangan siderss yaaa !

note : cast utama akan bertambah dengan seiring berjalannya cerita, maaf bila ada salah kata, kegunaan watak, dan alur dari tokoh tersebut, terima kasih.

Cast utama :

1). Aksa Ganendra

 Aksa Ganendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2). Zteven Ganendra

 Zteven Ganendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3). Alzerro Ganendra

(ini cast utama yah, sementara member enhypen yang lain masih akan muncul kok, tenang aja)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ini cast utama yah, sementara member enhypen yang lain masih akan muncul kok, tenang aja)

***

Happy reading bub.

.

.

.

Flashback on <<

Seoul, 18 Januari 2013

Tampak seorang anak laki-laki yang kini terlihat merayakan ulang tahunnya yang ke-11 tahun. Ia begitu bahagia dengan perayaan lumayan mewah yang digelar oleh kedua orang tuanya. Banyak beberapa tamu undangan bahkan beberapa orang besar kenalan sang ayah ikut hadir diacara tersebut.

Sebelum acara doa dipanjatkan, nampak sang ibu mengatakan kepada anak tersebut.

"Aksa, sebelum kamu membaca doa dan meminta berkat, kamu harus ingat nak. Jangan terlalu berbuat baik pada seseorang, karna itu mereka akan memanfaatkan kamu karna terlalu memperhatikan mereka."

Ucapan tersebut, seakan membuat putra bungsu bernama "Aksa" mengernyit bingung. Entah mengapa firasat anak tersebut kini menjadi tidak seperti sebelumnya.

Yah, Aksa adalah anak yang rajin membantu sesama, meski diusianya yang cukup muda. Ia adalah anak yang baik dan berbakti pada setiap orang, contohnya di Sekolah Dasar yang ia gandrungi sekarang.

Ia kerap dibully akan keluguannya, dan terlebih bisa disebut sebagai anak emas dari beberapa kalangan Guru.

Sebelum mengintruksinya untuk berdoa, sang ibu pun segera memberi isyarat kepada sang putra, kemudian menuntun sang putra untuk meniup dan memotong kue tart.

Sebelum sang ibu mengambil gagang pisau untuk memotong.

Waktu telah terlambat.

DORRRR DORRRR DORRRR

Suara tembakan menggelegar disuasana acara pesta tersebut, sang ibu yang terkejut akan sesuatu yang mengenainya dan merasakan benda panas dan tajam memasuki salah satu bagian punggung belakangnya.

Acara yang tadinya sangat meriah dan damai, kini menjadi ricuh dan ribut menjadi satu.

Mimpi?

Bukan, tapi ini nyata.

Seluruh tamu yang kerap menghadiri acara pun berteriak dan berlari berhamburan, bahkan beberapa anak kecil menangis dan beberapa orang tua pun berusaha pergi dan melarikan diri. Namun naas, ayah dari Aksa harus ikut terkena imbasnya juga.

JLEBBB SLUPPP

JLEBBB SLUPPP

Aksa terkejut saat sang ayah mengeluarkan darah lumayan banyak dari mulutnya.

"Papahhhh!!!" Teriakan aksa seakan tak mendengarkan bagi sekelompok pria berbadan kekar dan bertopeng itu.

Mereka terlihat memasuki rumah mewahnya, "Jika kalian ingin hidup! Pergilah! Atau tidak, kami akan membunuh kalian disini," ancam salah satu pria bertopeng sembari menodong pistol ke arah para tamu, yang dengan kompaknya mengangkat kedua tangan.

"Shh, nak zerro pergilah! Kau harus jaga diri, dan bawa kedua adikmu!" Titah sang ayah ditengah ringisan luka besar dibagian beberapa tubuhnya.

Aksa menggeleng, matanya perih dan memerah bahkan pipinya terasa sakit karna ia menahan tangis. Kenapa nasib ulang tahunnya menjadi buruk dan kacau seperti ini? Pikirnya.

"Aksa pergilah, amankan diri kalian!"

"Zteven, zerro, pergilah!" Perintah dari sang ibu.

Aksa mulai tak bisa menahan tangis, saat melihat kedua orang tuanya yang terluka parah akibat perampok itu. Beberapa dari mereka terlihat menaiki tangga. Mungkin ini akan menjadi kesempatan bagi ketiganya dan seluruh tamu untuk pergi.

Zerro dengan terpaksa segera menggeret tangan kedua adiknya. Tidak peduli dengan kondisi menangis dan sesak dibagian dadanya, asalkan mereka selamat termasuk dirinya.

Aksa terus menangis keras saat Zerro menggeret tangannya hingga memerah.

"Abangg cakitttt huwaaaa mamaaaa!!!" Aksa terus menangis, meski ini keadaan yang sangat menegangkan. Sungguh, sangat tersayat lah ketiga putra Ganendra ini untuk melihat kembali bagaimana kondisi kedua orang tuanya.

Zerro benar-benar tidak punya pilihan lain.

'Maafkan kami papah, mamah, kami tidak punya pilihan lain' batinnya.

Sebelum mereka meninggalkan rumah, Zerro menatap sebuah kalung salib yang dilempar oleh ayahnya. Zerro menoleh kebelakang dan mendapat ayahnya yang meringkut kesakitan bersama ibunya.

Ambilah kalung itu sebagai pelindung dari Tuhan, dan anggap saja kami berdua bersama kalian, Tuhan memberkatimu nak.

Isyarat dari sang ayah sebelum ia melambai tangan untuk terakhir kalinya kepada mereka. Membuat Zerro meringis dan menahan sesak. Hatinya merasa tersayat saat ia menatap kondisi kedua orang tuanya dengan kedua mata kepalanya sendiri.

Setelahnya Zerro mengambil dan membawa kalung itu bersama mereka untuk pergi bersama.

Entah apa yang dipikirkan Zerro. Ia sebagai kakak tertua seharusnya memutar otak untuk pergi dengan selamat. Berharap tak ada hambatan dan marabahaya yang datang untuk mereka bertiga.

Namun, dibalik semua itu ada seseorang yang terlihat tersenyum miring menatap keadaan Tn. Dan Ny. Ganendra.

Diantaranya adalah salah satu tamu atau bisa disebut kenalan dari Tn. Ganendra.


.

.

.

***

To be continued
Next or stop ?

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang