(02). Sebuah perencanaan?

53 3 0
                                    

Waktu sudah menjelang sore, kegiatan dari kelas farmasi yang Vani gandrungi sekarang sudah selesai jam pelajaran. Kini ia sekarang terlihat membawa banyak beberapa buku yang telah diperintah dosen untuk diletakkan kembali ke tempat perpustakaan.

Vani terlihat memasang wajah muram karna ia merasakan bagian sisi kepalanya yang terasa pening. Mungkin saja maagnya saat ini mulai kambuh karna tidak makan siang dikampus sebab merasa jengkel. Namun aneh nya Vani sudah sarapan sejak pagi.

Belum lagi, sekarang sudah sore. Dimana kedua temannya? Yah, Elvani lah yang menyuruh mereka untuk pulang duluan sebelumnya. Karna yang mereka tahu, Vani sangatlah keras kepala jika kalau soal pekerjaan, ia hanya menyuruh mereka yang sempat-sempat saja kecuali ia yang meminta duluan pada mereka.

Ceklek!

Suara pintu perpustakaan yang mulai terbuka. Sudah biasa memang tidak dikunci karna itu sudah menjadi peraturan kampus sebelum hari libur.

Elvani kini terlihat sedang meletakkan buku-buku bimbingannya, menuju rak dengan tersusun rapih seperti semula.

Namun disaat itu pula ia mendengar suara lelaki yang ia tak suka tersebut, dan memang sengaja Vani tidak menggubrisnya. Yah, siapa lagi kalau bukan arshaka—tetangga barunya.

"Udah setengah lima sore, lo masih disini?" Tanya nya, sembari menatap bingung kegiatan vani yang terlihat merapihkan beberapa posisi buku di raknya.

Vani terlihat menghela nafas dan berbalik badan, kemudian ia menatap wajah datar shaka yang tanpa mengeluarkan ekspreksi menyebalkan itu. Posisi pemuda itu terlihat tengah berdiri ditengah pintu sembari bersidekap dada.

'Tumben dia serius' batinnya.

Matanya kini terlihat menguntimidasi layaknya seseorang yang terlihat sedang mencurigai.

"Kenapa?" Tanya pemuda itu bingung

"Apa emang urusannya sama lo? Ini udah tugas gue kan," ketus vani, sembari mengkibas-kibaskan pakaiannya, dan itu membuat shaka menggeleng pelan.

"Tidak, hanya saja yang gue tau kedua teman lo khawatir sama lo, mangkannya gue ngikut kesini."

Elvani segera memberhentikan kegiatannya, dan kembali menatap bengis sang pemuda yang ia tak suka dihadapannya itu.

"Bisa ga sih lo, ga usah peduli sama gue? Jangan mentang-mentang lo ga punya temen, lu malah ngikutin gue dan sok perhatian sama gue." Cercah Vani.

Kemudian ia pergi meninggalkan perpustakaan tanpa menutup pintunya. Sengaja ia mendorong kasar pundak shaka dengan pundaknya, dan pergi begitu saja.

Yah, ia mengabaikan shaka.

Shaka yang melihat kegiatannya pun hanya menghela nafas pasrah dan menggeleng pelan atas tingkah laku Vani terhadapnya.

"Apa salahnya gue kenalan sama lo, sedangkan gue kesini cuma ingin mencari jejak." Gumam shaka, kemudian ia membantu menutup pintu perpustakaan tersebut, sebelum ia kembali menyusul gadis itu.
.

.

Setelah keluar dari gerbang kampus, Elvani tahu kini sudah mulai larut malam dan menunjukkan setengah enam sore. Bahkan ia masih saja berlari kecil menuju halte, meski ia belum yakin jika jam segini akan ada mobil atau driver  yang masih ada.

Sebab, Elvani hanya ingin mengabaikan Shaka yang selalu saja menganggunya setiap hari. Ia bahkan sudah lama menganggapnya seperti seorang jelangkung yang datang tanpa diundang dan pulang tanpa diantar. Mengerikan namun tak sebanding dengan wajah tampannya.

"Huff hampir saja" gumamnya, sembari menatap pintu gerbang yang tertutup, berharap tidak ada manusia menyebalkan itu lagi.

Sudah tiga puluh menit  Elvani kembali menatap ponselnya. Wajahnya terlihat kesal dan selalu saja mendumel kepada abangnya yang selalu membalas pesannya dengan alasan sibuk. Dia harap abangnya masih bisa ada waktu, dan bisa menjemputnya sekarang, namun.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang