(01). Sebelum kita bertemu

90 6 0
                                    

Author pov >>

10 Tahun kemudian.

Terlihat ada beberapa orang yang kini tengah menyiksa salah satu seorang pria paruh baya dengan merantai kedua tangan dan kakinya. Kondisinya sangat lemah, kulit tubuhnya bahkan banyak sekali luka lebam dan ada beberapa bercak darah yang lebih sedikitnya terlihat menetes.

Basement, adalah tempat ruang bawah tanah khusus dan tempat persembunyian rahasia. Namun orang-orang disana sering menyebutnya sebagai tempat penyiksaan bagi orang-orang yang telah melakukan kesalahan.

Pria paruh baya kini terlihat kumuh dan tersiksa, dia tetap saja meringis kesakitan dan selalu mengelak beberapa jawaban dari pemuda didepannya.

Pemuda itu terlihat menatap intens aksi didepan matanya kini. Dan sepertinya pria itu terlihat kesakitan atas hukuman cambuk yang mereka lakukan.

Tidak peduli seberapa tersiksanya pria tersebut. Karna bagi pemuda itu, tak ada satu kata ampun sekecil apapun untuk melepaskannya sebelum ia bisa membalaskan dendam, dan siapa dalang diatas kematian ayah dan ibunya.

Ia tahu karna waktu itu tidak akan bisa terulang kembali.

"Baiklah paman, tadi adalah hukuman terakhir. Sekarang kasih tau aku jawabannya, apa yang dimaksud dari huruf 'Y' dan 'A' yang ku temui dimobil paman beberapa tahun lalu, hm?"

Pria didepannya terlihat ngos-ngosan, badannya terlihat lemas dan tak berdaya. Bukan ia tidak mau untuk menjawab, ia sendiri saja bahkan terlihat sulit untuk mengangkat kepalanya yang terunduk lemas.

Pemuda yang didepannya kini menatap kian mengernyit. Apakah pria ini akan mati? Tentu tidak, dia hanya terlihat sekarat.

"Jawab aku pamann!!"

Pria tersebut mulai membuka kedua matanya, dan berusaha menatap pemuda itu meski samar.

"De-mi Tuhan nak, kami hanya disuruh dan dibayar untuk melakukannya. Tuan it-shh d-dia mengusir kami, entah bagaimana ceritanya. Kami yang terpaksa untuk merebut harta dan membunuh kedua orang tuamu."

Pemuda didepannya, terlihat mendekati pria itu dengan tatapan amarah. Segera ia mencengkram kuat dagunya, tak peduli dengan darah yang mengenai tangannya, setidaknya pemuda itu-

"CUIHHH!"

Meludahi wajahnya dengan kasar.

"Kami tidak segan menyiksamu kebanding membunuhmu paman, sebelum kau memberikan jawabannya padaku."

Tatapan pemuda itu kian menajam, "Biar aku yang mencari tahu sendiri, tetapi hukuman ini masih tetap kian berjalan," gumamnya.

Segeralah ia menepis dagu pria itu dengan kasar, dan kembali berjalan menuju pintu keluar basement. Sudah beberapa tahun lebih, ia hanya percuma menunggu jawaban yang hanya itu-itu saja. Meski ia tahu ia telah menyiksa pria tahanan itu selama bertahun-tahun.

Karna pemuda itu pikir, pria tersebut tidak akan pernah merasa jera atas hukuman yang telah dapatkan.

"Daebak, aksa yang sekarang memang bukan seperti aksa yang dulu."

Gumam salah satu bodyguard itu, kemudian dibalas anggukan oleh salah satu yang lain.
.

.

.

Pada suasana pagi hari ini, memang terasa sedikit damai dan sejuk. Bahkan hembusan angin pun tak sungkan mengenai sisi rambut seorang gadis yang berponi ini. Ia kini tengah berada di rooftop bersama kedua temannya, yang bedanya mereka terlihat duduk bersantai.

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang