01: Alpha dan Omega [√]

5 2 0
                                    

Enjoy!


Emory adalah kerajaan yang memiliki suasana damai. Walau wilayahnya kecil, tidak menghentikan para rakyatnya untuk selalu berbahagia.

Dengan mengandalkan tanah suburnya, kerajaan itu dikenal dengan penghasil pangan terbaik. Kerajaan ini juga dikelilingi hutan luas, sebagian besar wilayahnya didominasi oleh hutan, disana sering di jumpai berbagai macam hewan untuk di buru.

Emory, negeri damai di timur, itu adalah julukan kerajaan ini dari orang luar. Sering juga di jadikan destinasi wisata laut karena kerajaan ini juga berbatasan dengan laut.

Dan pagi yang cerah menyambut tanah negeri itu. Dalam sebuah istana, tepatnya di salah satu ruangan istana itu, terdapat seorang pangeran berambut hitam arang tengah bergelung nyaman dalam selimut, otot tubuhnya setia bermanja pada kasur, pikiran tenangnya seolah menolak segala hal. Terlampau nyaman sampai tak menyadari entitas yang tengah memandangnya marah.

"Pangeran kedua. Dengan segala hormat, saya meminta anda untuk bangkit dari hibernasi anda." wanita bernama Isabella Oslo, berujar. Dia adalah wanita yang di tugaskan mengurus kediaman pangeran kedua, keluarganya sudah melayani keluarga kerajaan dari zaman nenek moyang.

"Enyah, sialan. Biarkan aku tidur." maki sang pangeran.

"Bocah sialan." geraman rendah Isabella terdengar, tanpa takut ia memaki Alpha berstatus pangeran itu. Ditangkap jelas oleh pendengaran si pangeran pemalas, namun enggan dihiraukan, terbukti dari gerakannya yang semakin menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya.

Isabella memang sudah terbiasa dihadapkan dengan sifat bebal pangeran yang seperti ini. Walau begitu, rasa lelah selalu saja ia rasakan, tak jarang emosi mendominasinya.

"Yang Mulia, saya pinta kepada anda sekali lagi. Mohon bangunlah, anda sudah akan terlambat untuk menghadiri makan bersama seluruh keluarga kerajaan." Isabella masih berusaha membujuk, harap-harap pangeran asuhannya itu mau mengikuti.

Tapi tidak, pangeran berjiwa bebas dan tak suka diatur itu tetap diam tak berkutik.

"Pangeran tolong patuhlah untuk sehari saja." nada Isabella terdengar memelas.

"Aku bukan peliharaan."

"Tidak ada yang melabeli anda sebagai peliharaan, Yang Mulia."

"Enyahlah, Isabella."

"Tidak sampai anda bangkit dari tempat tidur, Yang Mulia."

Pangeran sudah tak bersuara, entah mungkin sudah terlelap kembali.

"Oh Tuhan, aku masih ingin hidup lama." Isabella menggerutu kesal, karena rasanya ingin mati saja kalau selalu mengurus pangeran pemalas itu.

Terlampau emosi, amarah Isabella menggerakan wanita itu untuk menyibak kasar selimut sang pangeran. Menampakkan tubuh berkulit pucat dengan otot seksi di berbagai sisi yang semulanya tersembunyi dibalik selimut. Uuhh, erotis.

"Isabella!"

"Maximiliam!"

Teriakan Isabella yang menyusul teriakan pangeran membuat dua pelayan di belakang Isabella menutup mata mereka karena takut juga terkejut.

"Ck, wanita sialan." Maximiliam berdecak tanda kesal, pangeran bersurai hitam itu membangkitkan diri dengan malas. Tangan besarnya mengusak rambut arangnya kasar.

Tatapan tajam dari netra merahnya mengarah kepada Isabella.

Hal itu tak membuat wanita bergender Alpha itu ketakutan seperti dua pelayan Omega di belakangnya. Malahan, ia menatap balik netra itu sama tajamnya.

FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang