02: Emerson [√]

2 2 0
                                    

Enjoy!!

Emory adalah negeri indah bak dalam dongeng. Laut mau hutannya selalu indah, ibu kota sampai pedesaannya adalah tempat nyaman dan damai.

Emory adalah perwujudan dari negeri impian tiap orang yang menginginkan ketentraman hidup.

Bagai negeri yang diberi berkat oleh Sang Pencipta. Kemakmuran selalu melingkupi negeri itu.

Namun, siapa yang menyangka kalau dibalik negeri yang makmur, ada pemimpin yang selalu kelelahan di setiap nafasnya. Dia adalah, Dominic Von Emerson, pemimpin negeri Emory, pria yang lebih dikenal dengan nama Baginda Raja Dominic.

Pemimpin yang dikenal rakyatnya sebagai sosok maha adil itu selalu ahli dalam menyembunyikan rasa frustasinya. Frustasi akan kelelahan yang dirasa. Walau begitu, ia tak pernah berhentk untuk memikirkan rakyatnya. Memikirkan segala cara untuk kesejahteraan rakyatnya. Rakyat nomor satu, diri sendiri nomor kesekian.

Dan hari ini, sepertinya sang penentu takdir sedang berpihak kepadanya. Karena akhirnya ia bisa berkumpul bersama keluarganya dengan lengkap setelah sekian lamanya.

Ya, kesibukan selalu mendominasi hari-harinya sehingga jarang sekali Sang Raja memiliki waktu luang untuk sekedar bersantai bersama keluarga tercintanya.

Dan ketika hari ini datang, tak terhitung betapa bahagianya hati Raja itu.

"Terimakasih, kalian sudah ingin meluangkan waktu untuk berkumpul disini. Keluargaku tercinta."

"Ayah, tak masalah. Bukankah ini sudah wajar? Kita kan keluarga." Putri pertama, Madelyna, berucap penuh pengertian.

Ia tahu ayahnya selalu dilanda kesibukan hingga berkumpul seperti ini adalah sesuatu yang jarang. Dia pun sebenarnya sama bahagianya dengan sang ayah.

"Benar! Kayla sangat senang bisa makan bersama!" Makayla, si putri bungsu berujar semangat.

"Benar sekali, ayah." putra mahkota, Michael menimpali.

Raja Dominic menatap dengan bahagia seluruh anggota keluarganya yang sudah berkumpul di meja makan tanpa terlewat seorang pun.

Tapi... Tunggu, ia merasa ada yang kurang.

"Dimana pangeran kedua?"

"Pasti dia akan terlambat lagi! Kakak Liam selalu seperti itu!" Makayla menjawab, nadanya ketus sekali.

"Makayla!" Natalie, putri kedua menegur.

"Hah, pangeran satu itu memang tak pantas disebut pangeran." cemooh Jayden, si pangeran ketiga.

"Ekhem. Jayden, perhatikan kalimatmu." selir Raja, ibu dari Natalie dan Jayden itu menegur.

"Ya, ibu." Jayden menjawab dengan malas.

"Sudah, mungkin dia hanya terlambat sebentar dan akan datang tak lama lagi."

Sesudah Raja Dominic berujar, pintu ruang makan terbuka.

Seorang Alpha muda dengan rambut arang memasuki ruangan. Ia berjalan tenang menghampiri meja makan.

"Saya menyapa matahari kerajaan." sapanya sembari membungkuk untuk memberi hormat.

FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang