Kucing yang Ingin Menguasai Dunia

6 1 0
                                    

Sepotong paha ayam melayang di udara. Warnanya kuning keemasan, terlihat berkilau dalam pelukan sinar mentari. Tulang menyembul di salah satu ujung daging ayam itu, seakan ditakdirkan mencuat dari sana untuk mempermudah siapapun membawanya. Dalam sekali lompatan, tulang itu dengan aman terperangkap di balik taringku. Aku mendarat dengan sempurna, debu tanah melayang ringan ketika keempat kakiku berpijak. Lantas, seruan kagum dan tepuk tangan terdengar. Menggantikan keheningan dengan riuh suara memuja. Heh, sangat mudah membuat para manusia itu takjub.

Dengan kepala terangkat bangga, kutinggalkan tempat bernama warung itu.

Perkenalkan, namaku Lam. Aku adalah kucing hitam paling keren di kota kecil ini. Pertunjukan yang tadi hanya sebagian kecil dari banyaknya trik yang bisa kulakukan. Cukup sebutkan trik apa yang ingin kau lihat, pasti bisa kulakukan, deh! Lam yang hebat ini lebih keren daripada para anjing yang katanya pintar itu. 

Menurutku, manusia adalah makhluk lemah dan mudah ditipu. Tinggal menunjukkan perut dengan imut, pasti mereka memberikan makanan. Menyundulkan kepala dengan imut ke kaki mereka, pasti dapat makanan. Menatap dengan imut, pasti dapat makanan! Cukup lelehkan hati mereka dan kau bisa menjadi penguasa.

Oleh karena itu, aku berniat untuk menguasai dunia!

Akan kubuat manusia-manusia itu menyembahku!

Mereka akan hidup dengan membawa sesajen ikan selama—ukh! Tunggu, aku tersedak.

Ehem, baiklah, kembali pada ambisiku untuk menguasai dunia. Meskipun manusia itu lemah dan gampang ditipu, merekalah yang memiliki kuasa di dunia ini. Kau manusia, kau punya kuasa. Sialan. Oleh karena itu, aku yang merupakan seekor kucing perlu mengambil langkah-langkah kecil terlebih dahulu untuk memperbudak mereka. Akan kumulai dari kota ini sebagai awal rencanaku.

Seekor penguasa tidak bisa menguasai sebuah wilayah tanpa adanya bawahan setia. Oleh karenanya, aku tidak bisa menguasai dunia ini sendirian. Ada satu manusia yang harus berada di sampingku setiap saat. Dia haruslah babu bodohku dan kini, entah kemana perginya. 

Mungkinkah dia menemukan manusia yang memikat hati dan kini tengah kesulitan untuk mencari perhatiannya? Terlalu sulit hingga tidak bisa pulang? Sebagai kucing jantan yang pernah dalam masalah serupa, aku tak bisa menyalahkan dia jika situasi itu memang benar nyata. Sebagai atasan yang baik, semenjak si babu bahlul menghilang, aku sudah berusaha untuk mencarinya.

Entah sudah lewat berapa purnama, tapi batang hidungnya tak kunjung ketemu. 

Sepotong paha ayam tinggal kenangan, hanya tulang yang tersisa. Setelah perut kenyang, langkahku mengarah pada tempat lain yang sering dikunjungi manusia. Tempat itu merupakan salah satu tempat kesukaan babuku. Terkadang, dia akan menggendongku—memenuhi tugasnya selayaknya babu yang baik—ke tempat ini sambil berkeliling. Memperlihatkan aneka tanaman yang hidup di sana. 

Pertama kali tinggal dengan babu ini, aku heran dengan kelakuannya. Jika dia sangat menyukai tanaman, kenapa tidak membesarkan beberapa di halaman? Kenapa harus repot-repot datang ke tempat ini? Kalau belum kukatakan, tempat tinggal kami lumayan luas tapi kosong. Hanya aku dan babuku yang tinggal dalam bangunan tua itu. Namun, aku menyadari sesuatu setelah tinggal lebih lama dengannya. Babuku tergolong manusia kurang energi. Jika aku tidak mengeong atau bertingkah menggemaskan, dia tidak akan bangun dari tempat tidurnya dan memberiku makan.

Aku berjalan mengikuti jalur berbatu. Banyak manusia di tempat ini. Ada yang berjalan sendiri, menatap benda kotak bersinar di tangan dan tertawa dengan aneh—oh, dia tersandung dan jatuh, rasakan. Ada yang berkelompok, duduk di bawah pohon sambil makan dengan bahagia. Ada yang berdua, bergandengan tangan sambil berjalan. Pokoknya, selain tanaman ada banyak manusia juga di sini.

Kucing yang Ingin Menguasai DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang