Hari Kamis yang cerah di minggu pertama tahun ajaran baru. Kelas XI MIPA 2 SMA Gemilang sedang melaksanakan jam pelajaran olahraga di lapangan sekolah tanpa didampingi oleh guru mata pelajaran tersebut.
Naara Aleena, perempuan cantik berwajah pucat−dengan tatapan matanya yang dingin−sedang melamun diantara teman-teman sekelasnya yang asyik menyaksikan permainan sepak bola putra. Sorak-sorai teman-teman perempuannya tidak mampu mengusik lamunanya.
BUGHHH!!!
Sebuah bola menghantam hidung mancung Naara. Entah apa yang sedang dipikirkannya sampai-sampai dia tidak menghiraukan teriakan teman-temannya agar menghindari bola tersebut. Alhasil, ia terhuyung dan jatuh ke belakang, siswi lainnya membantu Naara untuk kembali ke posisi duduk.
"Naara, sorry gua gak sengaja. Lo gak apa-apa kan?" Tanya Rafie, tersangka yang menendang bola dari arah lapangan.
Naara merespon Rafie dengan senyuman dan sebuah anggukan disertai tangan yang mengisyaratkan bahwa ia 'baik-baik saja'. Tetapi teman-teman barunya melihat bahwa ia tidak terlihat baik-baik saja.
"Ara, hidung lo..." Tunjuk Dania, yang 3 hari yang lalu memutuskan untuk menjadi teman sebangkunya. Sedangkan, siswi lainnya mulai panik melihatnya.
Naara refleks memegang hidungnya, ia melihat darah segar di jari-jari tangannya. Seketika itu pula ia merasakan pusing yang tiba-tiba, kemudian ia pingsan.
Saat terbangun di ruang UKS Naara terkejut melihat Dhafin Zeuron−si cowok paling popular sekaligus teman sekelasnya di sekolah−sedang bermain game online di samping tempat tidurnya.
"Dhafin?" Naara kebingungan.
Dhafin yang bisa membaca raut wajah Naara berkata,"Ga usah kePD-an, gua di sini bukan sengaja nemenin lo."
Naara yang bertanya-tanya menatap Dhafin dengan tatapan dinginnya.
"Lo tau kan sekarang jam pelajaran Fisika?" Naara melihat jam dinding di UKS.
"Gua males masuk kelas. By the way, ini pertama kalinya lo manggil nama gua." Sambung Dhafin, Naara diam dan tak menimpalinya.Disaat cewek lain ngejar-ngejar gua, cuma dia yang dingin sama gua−dalam hati Dhafin.
"Nama lo siapa? Gua lupa." Dhafin mencoba mengingat, "Mmm... Naara Aleena, Naara." Naara masih diam saja, tidak berniat untuk menimpali ocehan Dhafin.
Naara teringat sesuatu bahwa hanya ada mereka berdua di UKS. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian, berduaan dengan Dhafin di UKS akan menjadi masalah baru baginya. Kemudian, ia bangun dari tempat tidurnya dan berniat keluar UKS untuk mengikuti pelajaran fisika.
"Mau kemana lo?" Dhafin menahan Naara pergi.
Naara tidak menjawab dan hanya melihat dengan tatapan tajam tangan Dhafin yang memegangi tangannya.
Dhafin yang menyadarinya langsung melepaskannya, "Eh sorry."Naara berjalan menuju pintu UKS dengan tubuh yang masih lemas.
"Lo mau ke kelas? Udah lo di sini aja biar gua ada alasan gak masuk kelas."Naara mengabaikan Dhafin dan terus berjalan, namun saat hendak membuka pintu UKS ia merasakan sakit pada kepalanya.
Ah, lagi-lagi seperti ini−Dalam hati Naara.
"Nah kan, gua bilang apa tadi, lo di sini aja!" Dhaffin membantu Naara-yang terduduk sambil memegangi kepalanya-untuk berdiri.
Naara berusaha melepaskan diri dari Dhafin tapi Dhafin tidak membiarkan usahanya berhasil. Kemudian Naara memastikan bahwa mereka tidak hanya berduaan di UKS dan ternyata ada orang lain selain mereka berdua sedang berbaring di tempat tidur yang letaknya paling dekat dengan pintu.
"Udah lo tiduran aja, masih pusing kan lo?" Naara dibaringkan kembali oleh Dhafin.
"Tenang aja, gua gak akan ganggu lo." Naara memasang muka datarnya.
"Gua mau tidur di sebelah, kalau udah waktunya pulang bangungin gua ya Ra." Naara hanya diam dan menatap langit-langit UKS.
Gila, gila. Dari tadi gua ngomong sama tembok kali ya−Gerutu Dhafin dalam hatinya.
TET TET TEEET!!
Bunyi bel pulang sekolah. Dhafin yang mendengar bunyi bel tersebut langsung bangun dari tidurnya. Dia tidak menemukan sosok gadis yang beberapa jam yang lalu bersamanya. Dia bergegas keluar dari ruang UKS dan berlari menuju ruang kelasnya.
"Ck, itu cewek malah ninggalin gue." Decak Dhafin saat melihat kelasnya sudah kosong, tidak ada seorang pun disana kecuali dia. Dia mengambil tasnya dan berjalan santai menuju parkiran sekolah, saat itu ia melihat Naara berjalan di koridor menuju gerbang sekolah.
"Hey! Naara!" Panggil Dhafin tapi Naara tidak mendengarnya karena jarak mereka yang cukup jauh.
Dhafin sedikit berlari, berniat untuk mengejarnya tapi ia terhenti saat melihat Naara bersama seorang laki-laki yang wajahnya familiar. Dhafin bersembunyi di balik tembok dan mencoba mendengarkan pembicaraan Naara dengan laki-laki tersebut.
"Naara, gua suka sama lo............" Ucapan si laki-laki yang terdengar oleh Dhafin.
Dhafin melihat wajah Naara yang terkejut, "............." Dhafin tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Naara karena suaranya terlalu lembut dan pelan.
Di balik tembok Dhafin mencoba memahami apa yang tadi ia lihat dan ia dengar. Namun, saat kembali mengintip ia tidak menemukan kedua orang tersebut.
"Naara Aleena, lo bikin gue penasaran." Ucap Dhafin dalam hatinya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA
Teen Fiction[Cerita ini adalah draft lama yang berasal dari imajinasi kekanak-kanakan saya] YARA, artinya kupu-kupu kecil. Sebutan itu diperuntukkan khusus untuk gadis bernama Naara Aleena. Seperti kupu-kupu yang memiliki sayap rapuh, Naara yang cantik juga mud...