P R O L O G

11 3 1
                                    

Dentuman musik diruangan itu tampak makin kencang. Pinggul terus meliuk kesana-kemari seakan tidak mengenal kata lelah. Baik wanita maupun pria melakukan hal yang sama, bahkan tangan pria berusaha menyentuh sang partner.

Seperti yang di lakukan gadis berambut hitam itu saat ini. Dia meliukkan badannya yang menjadi penari utama disitu, namun ia tidak mengijinkan siapapun menjamahnya.

Lelah, Elena meninggalkan panggung dan duduk di salah satu kursi. Ia memesan sebuah minuman rendah alkohol lalu menegukannya hingga habis seakan itu adalah air putih.

Netranya melirik pada jam yang melekat manis dipergelangan Elena.

Shit

Gadis itu segera menuju ke sebuah ruangan tempat ia mengganti bajunya. Secepat mungkin Elena berusaha keluar dari lorong itu.

Grep

Sebua tangan meraih mencekalnya dan menariknya ke sebuah kamar. Elena berontak, ia tidak mengenal pria itu, tapi dilihat dari wajahnya tampak masih sangat muda, sama sepertinya.

"Lepasin!"

Pria itu mencampakkan Elena ke atas tenpat tidur dan menindihnya. Panas di badannya tidak tertahankan, ia harus menuntaskannya.

"Emmh...., "

Elena tersontak ketika bendal kenyal itu melahap bibirnya tanpa aba-aba. Tangan mungilnya terus memukul dada sang pelaku berharap pagutan itu dilepas.

Bukannya dilepas, ciumannya semakin dalam. Kedua tangan Elena ditarik paksa ke atas dijadikan satu. Jemari pria itu bergerak memeras gunung kembar milik Elena membuatnya tersentak kaget.

Jika begini terus maka hilang sudah masa depan Elena. Sekuat tenaga gadis itu menolak hingga menendang Satu-satuny kelemahan kaum adam. Tanpa berpikir panjang, Elena mendorongnya hingga tersunggur dan berusaha kabur dari kamar itu.

Pria itu frustasi dan kesakitan. Adiknya yang tegang di tendang begitu saja, Membuatnya mengerang kesakitan. Lihat saja, ia pasti akan membalasnya.

I'm (Not) PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang