SOFT TO THE TOUCH

41 9 6
                                    





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Pada suatu hari Minggu, Off bosan setengah mati. Biasanya ia bergegas membuka dawai usai cuci muka, mengecek jadwal hari ini dan membaca berita-berita terkini yang sekiranya berdampak pada pekerjaannya. Tapi hari itu dipenuhi kehampaan seperti sebuah akhir dari suatu aktifitas. Tamat. Aneh sekali menghabiskan jam pagi terlentang di kasur mencari-cari sebuah kegiatan baru.

Dari hari Senin sampai Sabtu, biasanya ia disibukan pekerjaan. Bahkan Minggu pun sering dapat undangan ini-itu atau mengurus sisa pekerjaan yang tidak habis oleh hari Senin sampai Jum'at. Sekurang-kurangnya, di hari Sabtu malam ia masih dalam perjalanan jauh menuju pulang. Ia akan beristirahat di hari lain, hari apapun, dengan cara mencuri-curi waktu. Setelah menikah, Mama banyak melarang Off bekerja di luar jam kantor. Mestinya itu berita bagus, seandainya ia mencintai pasangan pernikahannya. Ia bisa memeluk, bercumbu, bertukar cerita dan lain sebagainya dengan pasangannya, tetapi ia tidak bisa melakukan itu dengan Gun. Yang pada akhirnya membuat dia terlentang bengong kebingungan mencari aktifitas pengganti. Gara-gara dibikin senggang secara mendadak begini, ia jadi kepikiran sesuatu.

"Kamu kok betah tinggal di sini?" kata Off, pura-pura polos sambil iseng. Matanya melotot menonton langit-langit kamar yang tinggi, yang begitu jauh dari kasurnya.

Gun di depan meja rias, sedang mengoles muka dengan entah apapun itu. "Bangun tidur nggak usah rapihin kasur... nggak usah sapu-sapu..." Jari telunjuknya mencolek krim. "...ngepel..." Off bangkit duduk, menonton bayangan Gun yang mukanya dipenuhi krim putih. "....mau makan tinggal hap!" Produk kecantikan berderet dan berkumpul di meja rias. "...mandi air anget...." Off tak pernah tahu botol-botol itu isinya apa dan untuk apa. Off bahkan tak mengira wajah yang lebarnya sejengkal bisa menghabiskan lusinan produk. Off hampir ingin tahu jawabannya. Sebab, selama ini Off pergi ke klinik sesekali dan mengikuti resep dokter, dan itu tidak membuatnya mesti menggunakan segudang produk setiap hari. "...mau jajan tinggal minta, baju dicuciin dan disetrikain, aku kenapa harus nggak betah?"

"Struktur kalimatmu itu salah." Off dengan sederhana membalas. Raut mukanya sedatar air sungai tanpa arus. Off dan Gun bertukar tatap melalui cermin. Ia sama sekali tak memahami makna di balik tatapan Gun.
"Kenapa aku harus nggak betah?" Gun mengulang kalimatnya, setengah acuh sambil meraih sponge dan memasukannya ke dalam sebuah wadah kecil. Suaminya, Off Jumpol adalah pria cerdas yang payah soal percintaan. Bagaimana mungkin Gun tidak pernah mendapat pujian atas usahanya mempercantik diri? Oh, tapi kemudian Gun mendesah pasrah. Hampir saja ia lupa, Off Jumpol tentu saja tidak mencintainya.

A Slice of Strawberry Shortcake in Your Plam ( OffGun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang