Apa Boleh Sebrutal Ini? (HaliTau)

414 28 4
                                    

Genre: romance, comedy, slice of life, minor angst

×

×

Taufan menatap tak percaya orang- atau mungkin lebih tepatnya calon suami? Suami??- di hadapannya. Taufan sendiri bingung bagaimana cara memanggilnya untuk saat ini.

"Jadi? Apakah lamaran saya diterima?"

Beliung sebagai Kakak Taufan langsung menengahi. "Hali, bukannya kau terlalu terburu-buru untuk langsung ke jenjang pernikahan? Kalian memang temenan dari kecil, waktu umur 6 tahun kalau gak salah. Tapi setelah itu kami pindah, kalian juga gak ada kontak apa-apa selama ini kan? Masa iya kau mau menikahi Adikku tanpa mendekatinya terlebih dahulu?"

Tumben-tumbennya dia berguna di saat-saat seperti ini. Batin Taufan. Eh, tunggu, kalimat terakhir gak membantu sama sekali!!

Taufan merasa Kakaknya mengiyakan lamaran Halilintar secara tidak langsung. Apa Beliung tidak menyadari kata-katanya sendiri itu? Atau justru Beliung sadar, paham, dan setuju?!

Kurang ajar betul kalau bener mah!! Teriak Taufan tidak terima dalam batin. Ingin menjambak rambut Kakaknya sampai rontok ke akar-akarnya sekalian.

Si Halilintar terdiam sejenak, mungkin mempertimbangkan perkataan Beliung. "Baiklah. Bagaimana dengan pendekatan? Kira-kira selama dua Minggu."

Kan, malah dikasih ide!

"Bukannya terlalu dekat? Enam bulan." Setelah berucap, Beliung menyodorkan enam jari.

"Terlalu lama." Halilintar menggelengkan kepala. "Dua Minggu lebih satu hari."

"Lima bulan?"

"Satu Minggu."

"Loh, loh, kok dikurang?"

"Kak Beliung yang terhormat saja tidak mendengar perkataan sendiri, kenapa saya harus?"

"... Tiga bulan?"

"Lima hari."

Situ ngebet nikah atau ngebet malam pertama buset?! Panik Taufan.

Saking paniknya, Taufan lah yang menjawab. "Satu Minggu! Satu Minggu!! Gak boleh kurang..!"

"Oke, satu Minggu." Tanpa perasaan bersalah sedikit pun, Halilintar beranjak berdiri. Senyuman tipis- sinis, menurut Taufan- tersungging di bibir, dia melirik Taufan. "Anggap saja sedang trial version, cuma enggak ada tombol cancel-nya."

Licin banget ngomongnya, sering minum oli bang? Belum selesai mencibir, Taufan melihat Halilintar mengulurkan tangannya.

"??" Meski bingung bukan main, Taufan mau tidak mau menaruh telapak tangannya di atas tangan Halilintar. Setiap ujung jari Halilintar terasa agak kasar, mengingatkan Taufan akan jari pemain piano. Apa Halilintar sering bermain piano? Dengar-dengar bermain piano itu susah, entah benar atau tidak rumornya. Taufan bukan orang yang punya talenta dibidang alat musik.

Tangan Taufan tiba-tiba diangkat. Tanpa peringatan, punggung tangannya dikecup lembut oleh Halilintar. Pipi Taufan memerah, dirinya ingin sekali meledak saat itu juga. Apalagi ketika ditatap selekat itu.

"Sampai ketemu besok pukul delapan pagi, calon Istri."

Bodat!! Bisa-bisanya hampir terkesima sama orang ini!!!

Pawang hewan mana pawang hewan? Ada buaya kabur dari kebun binatang! Tolong segera tangkap sebelum memangsa warga, terutama Taufan.

• ^ •

Lembaran demi Lembaran (Oneshots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang