Jay memakirkan motornya di depan rumah berlantai dua itu. Seorang gadis membuka helm yang terpasang di kepalanya, kemudian ia turun dan merapikan rambutnya yang berantakan.
"Terima kasih, anak baru." Ucapnya berterimakasih pada pemuda itu.
Jay mengangguk sambil menyengir kecil. "Ya, sama-sama. Tapi, sampai kapan kau akan memanggilku 'anak baru' ... Eh, maksudku aku memang murid baru tapi tolonglah ... Panggil aku dengan namaku, itu Sudah cukup, Ruka-ya."
"Jika kita sudah akrab. Aku masih berusaha mencerna penjelasan mu tadi," ucapnya kemudian berpamitan pada Jay dan memasuki perkarangan rumah.
"Sampai jumpa lagi, gadis jutek!" Teriak Jay sambil melambaikan tangan walaupun sudah dipastikan Ruka tak akan menoleh. Setelah itu, ia segera pergi dari sana dengan motornya.
Sementara itu, Ruka menutup pintu rumahnya dan bersandar. "Gadis jutek? Huh! Menyebalkan!" Ujarnya pada diri sendiri.
Gadis itu menaiki tangga dan memasuki kamarnya, melempar buku tebal itu diatas kasur. Kemudian ia merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk. Sesekali ia melirik kearah buku itu yang kini bertuliskan Dark Moon.
Perlahan matanya mulai tertutup dengan sendirinya hingga ia berharap akhirnya ia bisa tertidur. Namun, tiba-tiba ia merasakan suhu dingin merambat ke sekitar kulit halusnya. Sejak kapan kamarku sedingin ini? Pikirnya.
Ia membuka matanya terkejut. Saat ini bukanlah atap kamar yang ia lihat melainkan sebuah hutan yang dikelilingi kabut tebal yang membuatnya merinding.
"Dimana aku?" Tanyanya pada dirinya sendiri dengan raut bingung sekaligus takut.
Ia kemudian memberanikan diri untuk melangkah, ia berjalan dengan pelan sambil mencari jalan keluar. Suara gemerisik dedaunan yang berada disampingnya membuatnya terlonjak kaget.
Ia perlahan mengamati semak-semak belukar itu yang semakin lama semakin mengeluarkan suara yang keras, tiba-tiba gemerisik itu berhenti, degup jantungnya menjadi sangat cepat. Ia harus was-was bagaimana jika itu adalah Harimau yang kelaparan dan akan segera menerkamnya.
Ia meremas piyama berwarna biru itu dengan erat sambil menelan ludah hingga keringat mengucur deras di dahinya.
Sekitar beberapa detik ia menunggu tapi tak terjadi apa-apa. Jadi, dengan perlahan ia mendekati semak-semak itu dan menyingkirkan rumput yang menghalanginya.
Cahaya berkilau kemudian menyilaukan matanya hingga membuatnya refleks menutup kedua matanya. Setelah dirasanya cahaya itu telah redup, akhirnya ia membuka kelopak matanya.
Sebuah kalung liontin berwarna ruby tergeletak di atas batu. Ruka mengambilnya dan meneliti sambil mempertanyakan kenapa ada liontin di hutan seluas ini. Kemudian, kegelapan tiba-tiba menyelimuti penglihatannya.
Tanpa sepengetahuan Ruka, ada sosok dengan mata merah menyala dan gigi taring tajam yang berdiri di puncak menara yang tinggi dan angker. Sosok itu menggeram, gerakan giginya menciptakan suara yang menyeramkan.
"Dengan cepat, aku harus bergerak. Sang Putri tidak boleh menemukan pedang itu," ucapnya dengan suara berat dan dalam yang menggema di sekeliling menara. Sosok itu memiliki jubah hitam yang bergerak-gerak ditiup angin malam, dan bulan purnama menerangi wajahnya yang pucat dan tajam.
***
"Hah?"
Gadis itu tiba-tiba membuka kedua kelopak matanya dengan terkejut, ia mendapati bahwa ia berkeringat dingin dan deras. Ia menoleh kesamping dan menemukan sesuatu yang ia temukan di mimpinya. Kalung liontin berwarna ruby yang kini tampak bersinar ketika cahaya matahari masuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/352578807-288-k370187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL NEXUS (EN-BABY)
FantasyBOOK 01: "Jika ingatanku hilang, kau harus berjanji untuk mengembalikannya." "Aku berjanji!" *** "Dia, pemuda itu, kenapa terasa familiar? Siapa dia?" "Mata itu, apa aku pernah bertemu dengannya?" *** "Sialan! Kenapa harus ingatan kami yang dihapus...