Hubungan Gelap

7.4K 108 9
                                    

Setelah wawan meminta no WA wiryo, setiap ada kesempatan baik wiryo maupun wawan selalu bertemu di kost untuk melampiaskan kepuasannya. Dalam seminggu bisa 3 atau 4 kali melakukan hubungan sex. Wiryo hanya menganggap wawan sebagai orang yang tepat untuk pelampiasan sex, mendapat pengalaman baru dan sensasi yang lebih nikmat lagi. Sedangkan wawan mulai jatuh hati pada wiryo. Sosok kebapakan dan memiliki kontol besar yang selalu memuaskan hasratnya adalah idaman terbesarnya. Bersama berhubungan dengan wiryo, wawan merasa bahagia dan nyaman.

Pada hari minggu, saat wiryo libur kerja dan selesai aktivitas beres beres rumah, membersihkan kandang burung, mengelap mobil dan sepeda motornya lanjut duduk santai menikmati kopi hangat dan sebatang rokok sebagai teman setianya. Istrinya di dapur sedang menggoreng pisang sebagai tambahan camilan pagi itu.
Pisang goreng bikinan istrinya yang wiryo suka. Rasa manis dan kematangannya pas sesuai seleranya.
Pisang goreng sudah di sajikan yang baru saja istrinya menaruh di atas meja.
Wiryo mengambil satu pisang goreng panas di piring. Di tiup tiup nya pisang goreng itu agar berkurang panasnya, lalu di gigit sedikit ujungnya. Rasa panas masih terasa sehingga wiryo memakannya sambil membuka mulut.
"HUA.HUA.HUA" Suara mulut wiryo saat memakannya.
"Makanya sabar dulu, tunggu dingin"
"Masih panas juga main nyomot dan lahap aja" Kata istrinya menemani duduk di sebelah wiryo 
"Mumpung masih panas, rasa nya enak lebih nikmat" Balas wiryo membela diri.
"Yaudah, mama mau jemur baju dulu" Kata istrinya berdiri meninggalkan wiryo duduk seorang diri.
Wiryo asik memakan pisang demi pisang walau sebagian masih panas.

Nada hpnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Segera wiryo mengambil dan membaca notifikasinya. Terbaca pesan dari wawan. Buru buru wiryo membukanya dan menghapus pesan agar istrinya tidak curiga.
"Om jalan jalan yuk" Ajak wawan dalam pesan WA.
"Kemana? " Balas wiryo
"Kemana gitu, atau ke puncak aja yuk" Balas wawan.
"Yaudah, tunggu ya" Balas wiryo.
"Ok" Balas wawan.
Wiryo menghapus setelah selesai chat. Lalu wiryo ke kamar mandi dan berganti pakaian. Wiryo mengenakan celana sport dan kaos.
"Ma, papa futsal dulu ya. Di tunggu temen temen nih" Pamit wiryo pada istrinya.
"Iya pa" Jawab istrinya tidak curiga karena suaminya hobi main futsal.
Wiryo menenteng tas dan sepatu futsal lalu berangkat. Sesampainya di kost wawan, dan wawan sudah menunggunya. Wiryo memasukkan sepatu futsal dalam jok lalu mengenakan jaketnya. Menunggu wawan yang sudah mengetahui kedatangannya keluar mengunci pintu kamar. Wawan lalu naik di boncengan dan wiryo langsung tancap gas menuju jalan raya ke arah puncak.

Wawan merasa bahagia bisa jalan berduaan sama wiryo. Sesekali wawan membonceng sambil memeluk perut wiryo.
"Jangan dek, malu di lihat orang" Kata wiryo menepis tangan wawan jika memeluk pinggangnya.
Wawan menghargai sikap wiryo dan hanya saat saat tertentu pas ngerem mendadak tangan wawan sengaja memeluk tubuh wiryo sesaat. Sesampainya dipuncak wiryo berhenti di persimpangan.
"Ke arah mana nih? " Tanya wiryo.
"Manut om saja" Jawab wawan.
"Ke air terjun gimana?" Tanya wiryo.
"Iya om" Jawab wawan.
Wiryo ambil tikungan ke arah kanan menuju ke air terjun. Hari minggu biasanya rame pengunjung di tempat air terjun itu. Ternyata benar juga jalur ke arah itu sedikit macet dan rame kendaraan.
Wiryo lalu mencari jalan alternatif yang sudah pernah dia jelajahi dengan motor trail saat bersama teman sehobi dengan nya.  Wiryo keluar masuk melewati jalan perkampungan dan juga kebun kebun petani lokal.  Lama wiryo memutar mutar ternyata melenceng jauh ke arah air terjun.
"Hmmm aku lupa jalannya nih" Batin wiryo. Wawan hanya diam tengok kanan kiri karena dia juga baru pertama kali nya. Wiryo melanjutkan perjalanan lalu berhenti di sebuah warung.
"Kita ngopi dulu aja dek"
"Dah sarapan belum?" Tanya wiryo.
"Belum om" Jawab wawan.
"Yaudah sarapan dulu" Ajak wiryo. Berdua memesan soto dan teh panas.
"Mau kemana mas?" Tanya penjual warung saat menyajikan soto dan juga minuman.
"Keliling saja pak, lihat pemandangan" Jawab wiryo sekenanya.
"Emang mas nya dari mana?" Tanya bapak penjual itu lagi mengajak ngobrol.
"Dari solo pak" Jawab wiryo.
"Oh" Balas bapaknya.
"Masih jauh nggak pak kalo ke air terjun" Tanya wiryo.
"Grojogan sewu? Mas muter lagi" Jawab si bapak.
"Kalo mas mau, ada tuh di bukit sana ada air terjun. Tapi kecil"
"Ada kolam nya juga" Penjual warung menunjuk ke arah bukit sebelah kampung.
"Tapi harus jalan kaki" Jelas si bapak itu lagi.
"Jauh nggak pak?" Tanya wiryo.
"Deket aja sih" Jawab si bapak santai.
"Yaudah pak, semuanya berapa?" Tanya wiryo selesai makan dan ingin lanjut perjalanan.
Wiryo dan wawan pamit pada bapak penjual warung. Lalu mengendarai kendaraan menuju lokasi air terjun yang di kasih tunjuk si bapak.
Melewati kampung dan berhenti di ujung jalan yang di cor. Setelah itu jalanan setapak menuju ke bukit yang ada air terjun.
Wiryo melihat rumah di bawah jalan agak kebawah seperti lereng bukit. Dia lalu mengarahkan kendaraan kesana.
Rumah itu pintunya terbuka namun tidak ada orang.
"Permisi" Teriak wiryo.
"Ya" Ada sahutan suara wanita dari dalam rumah.
Setelah pemilik rumah keluar wiryo langsung mengutarakan maksudnya.
"Permisi bu, boleh numpang parkir, saya mau ke bukit yang ada air terjun itu" Kata wiryo sopan dan menunjuk ke arah bukit.
"Oh iya mas, silahkan"
"Mas mau apa ya kesana?" Tanya si ibu pemilik rumah.
"Sekedar mandi dan lihat pemandangan  aja" Jawab wiryo.
"Oh ya, tapi hati hati ya mas" Ucap si ibu.
"Kenapa bu? " Tanya wiryo.
"Disana agak angker, numpang permisi dulu, dan jangan macem macem ya mas" Si ibu menjelaskan.
"Oh iya bu. Terimakasih sebelumnya" Jawab wiryo.
"Sama sama mas, masukin motornya dj teras aja, bentar lagi mungkin hujan" Kata si ibu.
"Iya bu"
Wawan yang di nunggu di luar rumah tidak mendengar percakapan wiryo dan si ibu. Melihat wiryo memarkirkan motor di teras dia tahu di ijinkan numpang parkir.
Wiryo berjalan menuju ke arahnya dan mengajaknya untuk segera naik ke bukit. Si ibu memperhatikan langkah mereka saat wiryo menoleh melihat balik ke arah rumah itu.
Lalu si ibu masuk ke dalam rumah dan wiryo terus melanjutkan langkah kakinya.
Ternyata jauh untuk ke arah air terjun itu. Kedua nya merasa kelelahan, padahal si bapak penjual warung bilang dekat. Ternyata naik turun bukit dan jauh kira kira 40 menit untuk jalan kaki.
Dalam perjalanan keduanya banyak diam dan percakapan hanya awas, hati hati hati dan komentar suasana yang sejuk juga indah setiap melihat pemandangan dari atas bukit. Hamparan hijau landai di sekitar perbukitan. Dan kejauhan tampak dataran padat rumah. Wawan mengabadikan keindahan alam dengan mengambil foto kadang selfi kadang berdua dengan wiryo.
Akhirnya perjalanan mereka berakhir di sebuah pohon besar dan di sekelilingi kolam air penuh dan tumpah ke segala arah melalui celah celah bebatuan.
Berdua tampak lega dan puas kelelahan terbayar semua keindahan di depan mata.
Wiryo mulai melepas kaosnya dan langsung terjun ke kolam. Begitu melihat wawan melihat wiryo nyemplung di kolam segera ikutan. Airnya begitu dingin, seperti air es. Wiryo berenang kesana kemari menjajaki semua wilayah kolam. Dan mencoba berada di bawah pancuran air terjun. Pancuran tidak terlalu deras dan wiryo menikmati percikan air dari pancuran ke atas kepalanya. Wawan mengikutinya dan selalu ingin dekat dengan wiryo.
Wawan mulai bergairah melihat lekuk tubuh wiryo yang basah. Kontolnya langsung ngaceng dan tangan meraba selangkangan wiryo.
"Jangan dek! " Ucap wiryo.
"Nggak ada orang kok om" Balas wawan.
"Janganlah" Wiryo ragu melihat sekeliling kolam. Lalu menyelam dan menjauhi wawan. Wawan terus mengikutinya sampai wiryo duduk di batu besar tepi kolam. Wawan mencoba memancing wiryo dengan melepas kolornya. Telanjang bulat dia berenang di sekitar wiryo. Menikmati pemandangan alam sekitar tiba tiba wawan sudah di hadapan selangkangannya.
Kedua tangannya meraba raba paha wiryo lalu menyentuh gundukan kontol di balik kolornya. Wiryo diam memperhatikan wawan melakukan aksinya. Wiryo lupa segala hal setelah melihat wawan telanjang. Nafsunya muncul dengan suasana hawa yang dingin dan perlahan tampak kabut melewati seberang bukit  wawan menarik kolor celana wiryo dan tampak batang kontolnya menyembul mulai menegang. Celana kolor wiryo terlepas dan wawan mulai meraba, meremas dan mulai menjilati kepala kontolnya. Mulailah wawan mengulum ngulum kontol wiryo keluar masuk dalam mulutnya. Kepala nya maju mundur pelan pelan.
"Ouggssshhhhh.... Aaarrghhh... " Desah wiryo pelan. Wiryo menyandarkan tubuhnya di sebuah batang pohon dengan kedua tangan menjadi sandaran. Sesekali menunduk memperhatikan wawan mengulum batang kontolnya.
"Ough... Ssshhh... Ough... Ssshhhh" Desah wiryo mendesah nikmat sekaligus hawa dingin tiba tiba di rasakan. Wiryo melihat sekitarnya kabut menyelimuti bukit dan juga merayap di atas riak air kolam.
SREK SREK....
Mendadak wiryo menoleh ke arah suara   kemresek semak semak. Sekilas dia melihat sesuatu lalu menghilang.
Wiryo menyipitkan mata dengan jeli memperhatikan arah semak itu. Secara logika dia berpikir bukan manusia melainkan mungkin seekor binatang yang sedang lewat. Semak semak itu persis di tepi jurang jadi tidak mungkin seorang manusia berada di sana tanpa melalui kolam yang sekarang dia dan wawan sedang memadu hasrat nafsunya. Rasa nikmat kembali wiryo rasakan, kepandaian wawan mengulum membuat birahinya semakin memuncak di tambah suasana dingin berkabut di sekitar. Di tariknya wawan keluar dari kolam dan di suruhnya terlentang di dasar bebatuan pinggir kolam. Di angkatnya kedua kaki dan tampak lobang duburnya. Wiryo menjilat dan menyodokkan lidah di lobang wawan.
"Ough... Enak om... Yeah.... " Desah wawan.
Wiryo terus menjilat sekaligus membasahi lobang dubur dengan air ludah nya. Setelah basah wiryo meludah di telapak tangan lalu di usapkan di batang kontolnya. Jeraminya yang masih ada sisa air ludah di usap usap ke lobang dubur dan menusuk masuk membuka lobang untuk siap di sodomi. Setelah siap wiryo mulai mengarahkan batang kontolnya ke dalam lobang.
BLESSGGHHHHHHH....
Kontol menyodok masuk pelan pelan karena kurang licin dan sedikit perih saat kulit batang kontol menyentuh dinding lobang dubur yang belum lentur.
"AAARRGGGGSSSHHIIIT... "
"PELAN.. OOOOM... SSSHHHH... MYEAAAAHH... "
desah wawan mulai rileks menerima dan menikmati batang kontol wiryo dalam lobangnya.
"Yeeahh.... Om.... Enak.... Mainin pelan pelan om.... " Desah wawan.
Wiryo mulai menggenjot pelan pelan sambil menatap wawan yang mendesah mulai menikmati gerakan pinggulnya.
Makin lama genjotan wiryo makin cepat dan terus bertahan dengan kekuatan yang wiryo punya. Desahan demi desahan hingga gerimis mulai turun. Kedua nya tidak peduli terhanyut dalam nafsu birahi tetap terus mendesah. Lama permainkan gerimis semakin rapat pertanda hujan akan segera turun. Keduanya tetap terus bertahan karena kenikmatan hampir menuju puncaknya.
"OUGH.. OM... TERUS OM... WAWAN MAU CROT OOOOM.. SSSHHHHAAARRGGH... " Wawan mulai menahan tubuhnya dan lalu mengejang.
Bersamaan pula wiryo mengenjan mendorong mentok kontolnya memuntahkan pejuhnya di dalam lobang.
"ARRRGGGHHHSSSSHAAAARRRGGHHHHH..... " Desahan panjang wiryo mengakhiri genjotan. Wiryo puas begitu juga wawan saling tatap dan tersenyum.  Wiryo hendak mencabut batang kontolnya secara tak sengaja wiryo menoleh arah semak semak yang tadi di amatinya. Berdiri sosok hitam dengan gigi putih tersenyum ke arahnya lalu menghilang. Mendadak wiryo merasa ketakutan segera mencabut batang kontolnya keluar.
"Ayo dek, pulang" Ucap wiryo dengan suara bergetar mengenakan celana kolor dan berjalan kearah kaos dan tas nya.
"Bentar om, mandi dulu" Kata wawan.
"AYO BURUAN" ucap wiryo tegas. Dan wawan segera keluar kolam mengenakan celana kolor langsung memburu mengikuti langkah kaki wiryo. Hujan turun tidak begitu deras membuat suasana semakin suram. Mendung pekat bercampur kabut mulai tebal. Wiryo melangkahkan kaki begitu cepat dan wawan kewalahan mengimbanginya. Beberapa kali terpeleset karena jalan setapak basah dan licin. Sampai lah kedua nya di ujung jalan merasa lega. Karena disana tidak hujan hanya kabut menyelimuti perkampungan. Wiryo paham dengan apa yang barusan terjadi. Ada benarnya apa kata si Ibu yang punya rumah pernah menasehatinya. Wiryo hanya berdoa dalam hati semoga tidak terjadi apa apa. Dia diam dan menyimpan kejadian ini dalam benaknya sendiri.
Wiryo ingin segera pulang.
Setelah wiryo mengambil motor dan hendak pulang tanpa basa basi dengan si Ibu cukup mengucapkan terimakasih dan pamit pulang.
"Ada apa mas? Kok buru buru pulang?" Tanya si ibu.
"Nggak ada apa apa bu, takut kesorean aja" Jawab wiryo berbohong dengan alasan yang tepat.
"Nggak makan atau minum teh hangat dulu?! " Si ibu menawari.
"Tidak usah bu, terimakasih" Ucap wiryo buru buru pamit tancap gas setelah wawan naik di atas boncengannya.
Selama perjalanan pulang wiryo dan wawan saling diam. Sampai kost wawan turun dan wiryo langsung pamit pulang.

GAIRAH TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang