Bab 1 : Awal dari "Great War"

12 2 0
                                    


Tahun 1361 Kalender Bintang, konflik antara Kerajaan Akhen dan Kerajaan Rhyne mulai memanas atas sebuah tambang emas di perbatasan Gunung Benver utara Kerajaan Akhen. Konflik terus berkembang dari perang kecil antar pasukan patroli perbatasan hingga akhirnya pada Tahun 1363, dua tahun setelah ditemukannya tambang emas baru di Gunung Benver Kerajaan Akhen secara resmi memulai invasi.

"Dalam nama raja, sang pelindung Akhen, penguasa yang diberkati tuhan yang agung, setiap keluarga yang berada di bawah naungan Akhen di perintahkan mengutus perwakilan dalam ekspedisi pasukan ke utara untuk merebut tanah yang telah dijanjikan. Semoga tuhan memberkati kita."

Titah raja mulai disampaikan di setiap aula kota dan desa di seluruh penjuru wilayah Akhen hingga ke telinga Kerajaan Rhyne yang seketika mempersiapkan diri untuk invasi dari Akhen.

Kedua pihak mulai mencari dukungan dari wilayah sekitar dengan mengirim diplomat, yang berakhir dengan Akhen mendapatkan dukungan perang langsung dari Kepangeranan Gothen dan Rhyne mendapatkan dukungan keuangan dari Persekutuan Mirtz.

Sedangkan saat ini di ruangan kepala keluarga Ellington, Archduke Benedict sedang gelisah memikirkan titah yang baru saja dikeluarkan raja. Dia tak ingin mengirimkan putra pertamanya yang telah disiapkan dengan matang untuk menjadi penerusnya, tapi ia juga tidak ingin memaksa putranya yang lain untuk ikut serta dalam invasi ini.

Ditengah kegelisahannya terdengar suara ketukan pintu,

"Ini aku ayah" ucapnya.

"Evan? masuklah" balas Benedict.

Pintu mulai terbuka dan dibalik pintu itu nampak seorang anak laki laki yang nampaknya baru berumur belasan tahun dengan kulit putih, rambut perak dan mata berwana hijau ke abu abuan. Ia berjalan mendekat dengan sebuah surat di tangannya.

"Ada apa? apa kau masih belum puas dengan pelatih barumu?" tanya Benedict pada anaknya.

"Iya, tapi bukan itu yang ingin aku bicarakan sekarang ayah. lihat ini, aku mendapatkannya di papan pengumuman aula kota" jawabnya sembari meletakkan surat yang dibawahnya di atas meja ayahnya.

Mendengar balasannya, Benedict lalu mengambil surat itu yang ternyata merupakan titah pemberitahuan Kerajaan tentang penerimaan prajurit untuk perang dengan Rhyne. Melihat itu Benedict menatap mata anaknya,

"Kau mau apa dengan surat ini?" tanya Benedict.

"Aku ingin bergabung ayah" balasnya

Mendengar balasan anaknya Benedict sedikit tersentak.

"Tidak kah kau tahu kalau kau masih muda anakku? meskipun kalau kita harus mengutus seseorang setidaknya aku akan mengutus kedua kakak lelakimu".

"Jujur lah ayah, aku tahu kalau ayah tidak akan mengirim Kak Elric untuk perang, lagi pula dia penerus keluarga kita. Juga kalau ayah mengutus Kak Emil dia akan menolaknya mentah mentah" balas Evan dengan penuh percaya diri.

Jujur saja sebenarnya Benedict setuju dengan perkataan anak bungsunya itu, tapi tetap saja dia tidak ingin mengirimnya.

"Anakku, kau masih terlalu muda untuk ikut dalam ekspedisi ini. lagi pula kau belum mencapai usia dewasamu, kau akan menghabiskan masa remajamu di medan perang jika kau ikut ekspedisi ini".

"Aku tahu itu ayah, aku sudah memperhitungkan semua konsekuensinya. Lagi pula jika aku tetap tinggal di mansion ini itu tidak akan menjadikanku pewarismu, aku ingin menambah pengalamanku dalam ekspedisi kali ini ayah".

"Hah... baiklah jika memang itu keinginanmu, tapi dengan syarat kau harus pastikan dirimu kembali dengan selamat dalam ekspedisi ini" balas Benedict dengan dengan pasrah menuruti keinginan anaknya yang begitu gigih.

"Iya ayah, aku berjanji tidak akan mengecewakanmu dan kembali dengan selamat" jawab Evan.

Dan dengan persetujuan ayahnya Evan pun mulai berpamitan dengan ibunya, lalu berangkat mengikuti ekspedisi Kerajaan Akhen untuk menginvasi Rhyne.

Dengan sebuah kereta kuda berlambangkan House of Ellington dan ditemani oleh seorang supir, Evan pun memulai perjalanannya menuju ibukota.

Awalnya perjalanan itu berjalan dengan mulus, tapi semakin jauh ia dari kota pusat wilayah ayahnya semakin buruk pula jalan yang harus di tempu. Untung saja dia telah berlatih menunggangi kuda sejak kecil sehingga hal itu tidak terlalu mempengaruhinya, tapi tetap saja membuatnya tidak dapat menikmati perjalanan.

Seminggu telah berlalu, dengan setengah hari perjalanan di tiap harinya akhirnya jalan dari batu bata mulai terlihat. Hal itu menandakan bahwa mereka sebentar lagi akan mencapai Ibukota Kerajaan.

Benar saja, tidak lama setelah itu selepas mereka melewati kanal yang mengelilingi ibukota mereka akhirnya berhasil sampai ke Ibukota Kerajaan Akhen.

Didalam terasa sangat hidup, kegiatan sosial dan jual beli terjadi dimana mana. Tercium aroma roti dari toko roti di pinggir jalan, pandai besi yang sedang menempa dan banyak lagi lainnya. Kota itu terasa sangat hidup dengan berbagai macam toko.

Mereka melanjutkan perjalanan hingga mencapai kastil. Kesatria yang berjaga kemudian membuka gerbang kastil seketika mereka melihat lambang keluarga Ellington di kereta kuda yang Evan kendarai.

Evan lalu berjalan ke arah barak kastil dan benar saja, perwakilan setiap keluarga bangsawan dari seluruh penjuru Akhen telah berkumpul disana.

Ia kemudian berjalan mendekat ke arah pos penjaga barak,

"Dari keluarga mana kau? perlihatkan identitas mu" tanya salah seorang penjaga.

"Aku Evander Ellington, Putra bungsu dari keluarga Ellington. Aku datang kesini mewakili wilayah Archduchy Hassen - Rettemburg" balas Evan sambil memperlihatkan plakat keluarganya.

"Keluarga Ellington?? A-Anda boleh segera masuk" jawab penjaga itu sedikit gugup dan lebih formal setelah mengkonfirmasi plakat tadi.

Evan lalu beranjak masuk ke dalam barisan di dalam barak. belum selang lama keberadaannya di sana, muncul lah seorang dari dalam Barak. Ternyata itu adalah Kepala Kesatria Ordo Pengawal Kerajaan.

"SEMUANYA SIAP!!"

Semua orang terdiam lalu segera bersiap setelah mendengar perintah dari kepala kesatria, begitu pula Evan yang melakukan hal yang sama.

"Mungkin kalian semua telah tahu alasan kalian berada disini, sebagian dari kalian mungkin datang dengan sukarela dan sebagian lainnya datang dengan paksaan. Tapi aku tidak peduli dengan itu semua, aku tidak peduli kalian dari keluarga bangsawan mana, selama kalian telah menginjakkan kaki kalian disini maka ku anggap kalian telah siap menjalankan titah raja" ucapnya dengan lantang

Mendengar perkataannya, tidak ada orang satupun yang berani protes.

"Seperti yang kalian ketahui, Kerajaan Rhyne dengan beraninya mengklaim tambang emas kita yang berada di Gunung Benver. Maka dengan itu kita, dengan cara apapun akan mengambil kembali hak yang kita miliki!! Tuhan menyertai kita semua" lanjutnya mengakhiri orasinya lalu kembali beranjak masuk ke dalam Barak.

Dan dengan itulah, perang antara Kerajaan Akhen dan Kerajaan Rhyne dimulai. Perang yang awalnya diperkirakan hanya akan berlangsung selama 2-3 tahun, tapi dengan kerakusan Raja Akhen untuk mengambil kembali wilayah yang berhasil Rhyne rebut dari mereka di perang sebelumnya dan dukungan finansial yang Rhyne terima dari Perserikatan Mirtz mengakibat perang itu berlangsung selama enam tahun lamanya yang kemudian di sebut sebagai "Great War".

White BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang