Tahun 1369 kalender bintang, enam tahun telah berlalu sejak Evan bergabung dengan pasukan ekspedisi kerajaan. Selama enam tahun itu ia telah memanjat jabatannya dalam pasukan kerajaan hingga akhirnya saat ini dengan prestasi yang dimilikinya, ia menjadi jendral yang memimpin pasukan ekspedisi.
Ketajaman pedang dan kepintarannya dalam ilmu strategi membuatnya menjadi salah satu jendral terbaik Akhen dan sangat di takuti oleh pasukan Rhyne. Hingga saat ini, dengan keberadaannya saja para pasukan Kerajaan Rhyne ketakutan.
Saat ini di kota pertahanan terakhir Kerajaan Rhyne Evan sedang memimpin seluruh pasukannya untuk menyerang. Kota itu telah kehabisan pasokan makanan akibat pengepungan yang dilakukan oleh pasukan Akhen selama sebulan lamanya.
Setelah sebulan penuh menunggu, hasil yang ditunggu tunggu akhirnya terlihat. Pada malam itu, tiada angin tiada hujan, gerbang kota terakhir Kerajaan Rhyne terbuka. Terlihat para rakyat dari dalam kota memberontak dan membuka gerbang kota karena pasokan makanan didalam kastil telah habis.
Melihat kesempatan itu, Evan tanpa ragu memerintahkan pasukannya untuk menyerang kota terakhir Rhyne itu.
"Semuanya, Serang!!" teriaknya diatas kuda berzirah lengkap sambil mengangkat pedangnya keatas.
Seluruh pasukannya mulai bergerak. mereka bergerak masuk kedalam kastil melalui gerbang yang terbuka walau terhadang oleh lautan manusia yang berlarian keluar dari dalam.
Pasukan musuh tidak berkutik. Setelah menghabiskan beberapa dari mereka, mereka langsung kehabisan moral dan menyerahkan diri.
Mereka yang menyerah kemudian di ikat tangannya lalu dijadikan tahanan perang. Seluruh kota dipenuhi oleh genangan darah. Kemudian datang lah beberapa prajurit yang membawa seseorang ke depan Evan.
Orang itu nampak lusuh, dengan tangan yang diikat. Tapi dari zirahnya saja dapat diketahui bahwa dia adalah orang penting dalam kota ini.
"Siapa dia?" ucap Evan
"Dia adalah Jendral musuh tuan, kami menemukannya di saat dia mencoba kabur keluar kota"
Wajah dari jendral musuh itu nampak panik tapi disisi lain, dia nampaknya telah pasrah terhadap apa yang akan terjadi padanya.
Evan lalu mengeluarkan pedangnya, dan seketika memenggal kepalanya. Dia terkena cipratan darah di wajahnya.
"Bawa kepalanya, kita akan menghadiahkannya untuk raja" ucapnya sembari membersihkan wajahnya.
"Baik tuan"
"Bagaimana situasi dengan para tahanan perang? apa kita bisa membawa mereka semua?" tanya Evan
"Kami mengalami sedikit masalah tuan, kita berhasil menahan sekitar tujuh ribu pasukan musuh. Tapi dengan pasokan makanan yang kita bawa, kita hanya dapat membawa lima ribu dari mereka" jawab anak buahnya dengan sedikit gugup
Evan berpikir sejenak, lalu keluar dengan sebuah solusi.
"Bawa lima ribu dari mereka, dan sisanya terserah mau kalian apakan. Terserah mau kalian bunuh atau lumpuhkan, tapi pastikan mereka tidak bisa kembali lagi ke medan perang" jawabnya
"Baik tuan"
Dan dengan itu, setelah kota pertahanan terakhirnya hancur, Kerajaan Rhyne mengibarkan bendera putih yang menandakan mereka menyerah dan mengirim diplomatnya ke Kerajaan Akhen.
Perundingan pun dimulai, Diplomat Rhyne bersikeras mempertahankan wilayahnya.
Perundingan pun berakhir dengan Kerajaan Akhen mengambil beberapa wilayahnya kembali yaitu: Tambang emas di Gunung Benver serta keseluruhan Gunung Benver, County of Alber, County of Lower dan Upper Avaria, dan Duchy of Corrith. Dengan County of Alber diberikan kepada Kepangeranan Ghoten atas bantuan mereka selama perang.
Perang akhirnya telah berakhir, Evan kemudian berangkat dengan pasukannya beserta hasil jarahan yang mereka dapatkan kembali ke Ibukota Kerajaan. Dan dengan wilayah baru yang kaya akan sumber daya dan tanah subur, Kerajaan Akhen akhirnya kembali ke masa kejayaannya.
Sesampainya di Ibukota, Evan beserta pasukannya disambut dengan hangat oleh warga. Mereka mengadakan perayaan untuk menyambut pasukan yang mengembalikan kejayaan kepada Akhen. Tampak wajah yang gembira di antara mereka semua dan para prajurit juga tertawa ria.
Mereka lalu kembali ke Barak Kerajaan, berpesta dan bernyanyi sembari merayakan kemenangan yang selama ini mereka impikan. Dan sebut saja, malam itu berakhir begitu cepat dan indah.
Melihat pasukannya yang satu per satu mulai tenggelam dalam kemabukan, Evan lalu kembali ke dalam kamarnya. Membersihkan dirinya sendiri dan mengasah pedangnya lalu tidur mengakhiri malam.
Di pagi harinya ia mulai bersiap siap untuk menemui Sang Raja. Dengan pakaian mewah yang terbuat dari sutra yang berwarna coklat keemasan dengan warna corak dan aksen yang lebih muda, membuatnya seketika mencari bahan perhatian para wanita di Istana Kerajaan saat di perjalanannya menuju ruang tahta.
Ruangan itu dipenuhi oleh marmer dan lapisan emas di seluruh sudut ruangan. Terdapat sebuah karpet merah yang di kiri dan kanannya terdapat pilar pilar marmer yang terukir dengan indah. Dan diujung karpet merah itu terdapat Raja yang sedang duduk di singgasananya, bersama dengan beberapa orang pemerintahan dan bangsawan tinggi yang menemaninya.
Evan lalu berjalan ke hadapan Sang Raja lalu berlutut, sambil mengangkat sebuah kotak. Dia membuka kotak itu yang membuat Raja cukup kagum terhadapnya. Terlihat didalam kotak itu terdapat Kepala Jendral Tertinggi pasukan Rhyne yang Evan sempat penggal sebelum balik ke Ibukota Kerajaan.
"Saya persembahkan untuk anda yang mulia".
"Luar biasa, sungguh menarik. Kepala Jendral Ronald itu adalah persembahan yang sangat menarik"
"Saya sangat tersanjung yang mulia"
Setelah persembahan itu lalu datanglah waktu pemberian hadiah pada kontributor berpengaruh selama perang enam tahun lamanya itu. Muncullah seseorang dari samping Raja yang membaca sebuah surat.
"Evander Ellington, Putra ketiga dari Archduke Benedict Ellington of Hassen - Rettemberg. Seorang prajurit yang memanjat jabatannya hingga menjadi Jendral dalam perang melawan Rhyne yang berlangsung selama enam tahun terakhir. Adapun di umurnya yang masih muda kontribusinya selama perang sangatlah banyak, hingga pada akhirnya menaklukkan kota pertahanan terakhir Kerajaan Rhyne yang berakhir dengan menyerahnya Kerajaan Rhyne. Juga berhasil memenggal Jendral musuh Ronald yang merupakan Jendral tertinggi pasukan Rhyne. Maka atas dasar itu, yang mulia raja menghadiahkannya gelar Duke dan menyerahkan wilayah Duchy of Corrith"
Yang Mulia Raja pun mulai berdiri lalu berjalan ke arah Evan dengan seorang asisten yang mengikutinya dari belakang dengan sebuah pedang.
Evan menundukkan kepalanya dan Sang Raja lalu mengeluarkan pedang dari sarung pedangnya.
"Dan dengan ini, kau Evander Ellington mulai saat ini akan dikenal sebagai Duke Evander Ellington of Corrith" ucapnya sambil meletakkan bilah pedangnya di bahu kiri, Evan lalu mengangkat pedangnya dan meletakkannya di bahu kanan evan.
Raja lalu mengangkat pedangnya kembali dan memberikannya kepada asistennya. Kemudian Raja pun duduk kembali di singgasananya.
Evan lalu mengangkat kepalanya dan seketika semua orang lalu bersorak, ruangan itu dipenuhi oleh suara tepuk tangan dari orang orang yang berada di dalam ruangan.
Saat Evan bangun dan hendak meninggalkan ruangan, sang raja mengetuk kursi singgasananya. Rupanya sang raja masih ingin menyampaikan hal lain.
"Berhubung semuanya telah berada di ruangan ini, aku akan menyampaikan bahwa mulai hari ini Duke Evan akan bertunangan dengan Putri bungsu ku, Putri Eleanor" ucap Sang Raja dengan senyuman lebar, senyumannya terasa nyata tapi juga licik.
Mendengar itu semua yang berada di ruangan itu terkejut mendengarnya, Archduke Benedict pun yang berada di ruangan itu terkejut, ia tidak pernah memberikan proposal pertunangan dan begitupun ia tidak pernah menerima proposal itu. Entah pikiran licik apa yang raja pikirkan saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Blind
RomanceEvander Ellington, putra muda dari House of Ellington yang sama sekali tidak tertarik dalam jalur suksesi Archduke of Hassen - Rettemberg. Enam tahun telah berlalu sejak dia mengajukan diri sebagai perwakilan Archduke of Hassen - Rettemberg dalam "G...