PROLOG

37 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA DAN MENIKMATI CERITA PERTAMAKU. JIKA TIDAK DIKASI VOTE APALAGI KOMEN TIDAK MASALAH, YANG PENTING DAPAT DIBACA SAJA. 😚

“Don, kamera udah siap belum?” Tika bertanya setengah berteriak pada Doni yang menjadi kameramen vlogger-nya.

Si Doni hanya mengacungkan jempolnya sebagai jawaban. Tika pun langsung menegakkan tubuh langsingnya, dan mulai memerankan sebagai seorang vlogger setelah Doni memberikan aba-aba kalau kamera sudah action.

Tika menayapa para penggemarnya dalam kamera serta memperkenalkan gedung yang ia kunjungi saat ini sudah lama terbengkalai. Tika membahas tragedi yang membuat gedung itu mendadak bangkrut, sebuah rumor yang bikin para klien pada ngeri dan takut mau menyewa gedung itu lagi. Tika penasaran sama gedung dulunya tempat penyewaan pernikahan, konon katanya ada penunggu di sana setelah ditinggal lama oleh pemiliknya, Tika sampai rela datang jauh-jauh dari Jakarta dengan mengajak teman laki-lakinya demi melihat secara langsung dan membuat video gedung itu yang letaknya di desa terpencil.

Tika dan Doni lekas masuk ke dalam gedung yang pintunya sengaja tidak dikunci oleh penjaga gedung itu. Sebelum membuat konten di sana, Tika dan Doni kemarin sudah meminta izin pada penjaganya terlebih dahulu. Butuh 15 menit berjalan untuk mereka menuju rumah penjaganya dari area tempat tujuan utama mereka, dikarenakan gedung terbengkalai pada 2019 itu letaknya sedikit jauh dari rumah penduduk warga. Di sekelilingi gedung itu hanya semak belukar dan perpohonan besar yang menemaninya di jalan sepi tersebut.

Pertama kali masuk dalam gedung itu Tika dan Doni dibuat takjub dengan kebersihan di dalamnya, tidak ada keropos sedikitpun di plafonnya. Bahkan dinding-dinding minimalis dan lantainya yang granik putih susu masih terlihat awet dan seperti baru. Namun sayangnya, fasilitas-fasilitas khusus untuk acara pesta pernikahan tidak ada, mungkin saja sudah dijual oleh pemilik gedung ini, membalikkan modal kegurugian besar-besaran mereka. Hanya ada satu barang yang masih mengisi gedung itu. Guci antik yang diletakkan di atas meja kecil.

Sangat sekali disayangkan. Padahal gedung itu masih layak ditempati dan bisa dijadikan rumah sebagai penggantinya, setidaknya ada orang yang menempati. Kalau diperbolehkan mereka tinggal di sana secara gratis, mungkin saat itu juga mereka langsung pindah ke gedung itu.

15 menit mereka berdua menyusuri beberapa ruangan yang ada gedung itu. Lama-kelamaan mereka berada di sana, entah kenapa hawa yang tadinya panas karena ruangan yang begitu pengap, tidak ada lubang udara sama sekali, mendadak dingin menyelimuti sekujur tubuh mereka. Seakan-akan ada AC hidup di sana.

Doni pun merasakan tak biasa dibalik hawa dingin menerpa mereka. Firasatnya juga mulai tidak enak seperti memberinya kode akan terjadi sesuatu pada mereka. Lain hal dengan Tika, gadis berkacamata mata itu masih saja enjoy mengeskpor, ia tampak tak peka terhadap keadaan mencekam yang dikhawatirkan Doni.

“Tik, kita udahan aja yuk? Gue mulai merinding nih. Gue curiga ada yang nggak beres di sini!” ujar Doni sambil mengusap tengkuknya yang merinding. Ia sesekali melihat sekeliling, Doni merasa ada yang memperhatikan mereka secara diam-diam.

Lagi, Tika tak mempedulikan Doni yang kini tengah dilanda kegelisahan. Ia terus sibuk sendiri dengan aktivitasnya saat ini, hingga membuat Doni kesal dibuatnya.

“Nah, guys, kalian liat–”

“Tik, gue serius, Tik!” sentak Doni memotong ucapan Tika. Doni lekas menarik tangan Tika dan hendak melangkah keluar dari gedung, setelah ia mematikan kameranya terdahulu. Perasaannya sudah benar-benar tidak enak, mau tak mau ia bersikap tegas sedikit pada Tika. Toh, Tika juga keras kepala, padahal demi kebaikan bersama.

Hal itu membuat Tika marah, apalagi tangannya ditarik paksa oleh Doni. Gadis itu pun menyentak kasar tangannya hingga terlepas dari tarikan Doni.

“Lo apa-apaan sih, Don? Pengecut banget jadi Cowok! Gue yang cewek aja biasa-biasa aja tuh! Kalau lo mau keluar, keluar aja sendiri! Biar gue vlog sendiri di sini!” Tika merebut kamera dari pegangan Doni. Begitu kameranya ditangan Tika, Doni pun mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Betapa keras kepalanya sahabatnya ini, bila udah kejadian baru tau rasa, pikir Doni.

GEDUNG MISTERIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang