Meski dicap keluarga harmonis, tapi sebagai seorang ibu rumah tangga Irene mempunyai rasa khawatirnya tersendiri. Bukan tanpa sebab semua bermula saat dokter memvonis bahwa ia tidak bisa 'lagi' memberikan keturunan. Lagi? Ya, Irene memang sudah mempunyai seorang putra dari pernikahan pertamanya. Namun sayang, pernikahan pertama kandas karena mantan suami nya ketahuan selingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Hal itu membuat Irene sering merasa khawatir jika semuanya akan terulang kembali. Ditambah umur suaminya yang jauh lebih muda dari dirinya. Tidak menutup kemungkinan bukan jika suatu saat suami barunya mencari wanita lain, yang lebih muda, lebih cantik dan yang pasti bisa memberikannya keturunan???
Oh ayolah Irene selalu berusaha menepis pikiran seperti itu tapi sebagai orang yang pernah gagal dalam berumah tangga, pikiran itu selalu menghantuinya.
Untuk itu Irene menyuruh putra semata wayangnya memata matai suaminya. bukan dia tak percaya pada sang suami hanya saja beberapa hari ini sikap suami yang sedikit berbeda membuat irene gelisah.
Dengan gerakan tergesa Irene membantu sang putra memakai helm dengan stiker pororo, bukan hanya helm baju dan motor matic nya pun begambar Pororo.
"Sudah pakai sunscreen kan???" Bukannya apa cuaca diluar sangat panas meskipun sudah sore, Irene tentu tak mau saat pulang nanti wajah putranya seperti kendi.
"Engg" jawabnya singkat sambil memakai jaket.
"Hati hati ya sayang, maafin bunda nyuruh kamu kaya gini bunda hanya.."
"Ish bunda nanti Daddy nya keburu jauuuh" bukan bermaksud menyela ucapan sang bunda hanya saja mobil daddy keluar sekitar 5 menit lalu. Takutnya daddy ngebut dan dia ketinggalan jejak.
Rengek sang putra membuatnya tersenyum.
"Jangan ngebut ya""Iyaaa".
Ngeennnggggg.
Motor Pororo tersebut keluar dari halaman rumah membututi mobil milik Daddy nya dengan jarak beberapa meter."Untung saja Daddy nyetirnya gak ngebut" batin Lee Jeno. Nama bocah Pororo tersebut.
Belasan menit berlalu mobil sang Daddy akhirnya berhenti disebuah toko bunga.
Jeno pun ikut memakirkan motornya. Namun tetap memberi jarak agar tak ketahuan. Jujur saja menjadi detektif dadakan seperti ini membuat Jeno panas dingin, ia merasa senang sekaligus takut, tapi lebih banyak takutnya. Takut jika yang dipikirkan bunda benar terjadi itu artinya apa Jeno tidak akan mempunyai ayah lagi??Dalam keluarga yang pernah mengalami kegagalan bukankah anak yang plg mempunyai dampak psikologis paling besar??
Lama menunggu, daddy-nya keluar dengan membawa buket besar bunga mawar warna merah. Tiba tiba hati Jeno berdenyut sakit. Pasalnya tadi daddy-nya meminta ijin untuk menemui klien. Tapi mana ada bertemu klien malah bawa bunga mawar. Bukankah itu sedikit berlebihan. Tanpa sadar Jeno mulai menangis. Apa mungkin ini akan menjadi kali kedua Jeno menjadi saksi perselingkuhan Daddy nya sama seperti ayah kandungnya waktu itu?.
Seolah bertubi-tubi banyangan masa lalu kembali menghantam fikirannya. Membuat hatinya melemah, antara ingin melanjutkan menjadi mata mata sang Daddy saat ini atau berhenti. Jujur saja jika benar Daddy nya berselingkuh rasanya jeno ingin pura pura tidak tau saja, setidaknya dengan begitu dia tetap mempunyai sesosok ayah.
Kring. Sebuah notifikasi muncul dari salah satu aplikasi milik ponselnya. Jeno sempatkan untuk membalas pesan tersebut sebelum akhirnya kembali mengikuti mobil sang Daddy yang akhirnya berhenti disebuah restoran mewah.
Kembali Jeno menangis. Karena rasanya seperti Dejavu. Dimana dulu dia tak sengaja melihat ayah kandungnya bertemu dengan sahabat bunda Irene, awalnya mereka bertemu disebuah restoran, namun setelahnya mereka pergi ke hotel. Iya hotel, Jeno mengikuti mereka sampai hotel tersebut dan ternyata mereka memesan 1 kamar yang sama.